Dituding Jadi Bagian dari Oligarki Politik, Ini Jawaban Ketum PAN Zulhas

Jumat 14-08-2020,11:12 WIB
Reporter : Y Samuel Laurens
Editor : Y Samuel Laurens

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan. (Int)

Jakarta, nomorsatukaltim.com - Ketua Umum (Ketum) Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan alias Zulhas angkat bicara. Ia menjelaskan maksud dari pernyataannya yang ingin menjadi mentor politik putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka.

Penjelasan ini disampaikan Zulhas untuk menjawab berbagai pertanyaan sejumlah koleganya. Termasuk yang datang dari pendiri PAN, Amien Rais.

"Banyak kolega yang bertanya kepada saya. Bagaimana maksudnya Bang Zul menjadi mentor politik Gibran itu? Di antara yang bertanya itu banyak politisi senior, mantan pejabat tinggi negara, dan lainnya," kata Zulhas, Kamis (13/8).

Ia menyatakan, anak muda seperti Gibran adalah calon pemimpin yang sudah mempunyai banyak hal. Mulai dari ide, kreativitas, inovasi, hingga optimisme.

Menurutnya, sebagai senior ia merasa punya tugas mengajarkan visi kebangsaan. Yang biasanya tidak dimiliki oleh anak muda sebagai calon pemimpin.

Zulhas menyampaikan empat pesan kepada Gibran. Pertama, Gibran tidak boleh melupakan perjuangan para pendiri bangsa. Yang menginginkan persatuan. Karena telah memperjuangkannya dengan keringat, darah, hingga mengorbankan nyawa.

Ia meminta Gibran tidak membangun politik yang justru mendorong perpecahan.

Zulhas mengaku mewakafkan diri untuk calon pemimpin bangsa. Siapa pun yang akan menjadi pemimpin di Indonesia.

Pasalnya, menurut Zulhas, calon pemimpin memerlukan visi kebangsaan.

"Dari para calon pemimpin muda itu, Gibran adalah salah satunya," kata Zulhas.

Kedua, ia berpesan kepada Gibran bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila adalah hasil kesepakatan dan konsensus yang harus betul-betul dijaga serta diperjuangkan. Agar masyarakat bisa merasakan keindahannya.

Menurutnya, hal itu hanya bisa terwujud jika Pancasila ditafsirkan dan diimplementasikan dengan benar.

Ketiga, Gibran tidak boleh melupakan perjuangan para ulama. Yang sudah berjuang untuk tegaknya Indonesia.

Tanpa para ulama, Zulhas mengingatkan, Indonesia akan kehilangan kompas rohaninya.

"Selalu bersama mereka (ulama) adalah cara terbaik untuk terus menjaga bangsa ini di rel yang benar," katanya.

Tags :
Kategori :

Terkait