Para ilmuwan, pemerintah, institusi riset, perusahaan pengembang vaksin hingga investor berkejaran dengan waktu. Mencari vaksin penangkal COVID-19. Tapi sebelum itu terwujud, perlu ada jaring pengaman untuk bertahan.
PEMERINTAH baru saja meluncurkan bantuan bagi masyarakat terdampak COVID-19. Paling gres ialah Program Bantuan Subsidi Gaji Peserta BPJS Ketenagakerjaan. Dengan bantuan itu, diharapkan dapat memeprtahankan daya beli, sekaligus membantu korporasi dalam menghadapi adaptasi kebiasaan baru.
Wakil Ketua Bidang Konstruksi dan Infrastruktur Kadin Kaltim, Heru Cahyono mengatakan, krisis saat ini tidak hanya menimpa pelaku usaha kecil. Pengusaha besar juga mengalami masalah yang tak kalah pelik, sehingga butuh uluran tangan pemerintah.
Saat ini, kata Heru Cahyono, pengusaha banyak melakukan strategi bertahan. “Kami hanya mempertimbangkan karyawan. Walaupun operasional tak menutupi cost,” kata pengusaha properti ini.
Upaya bertahan dilakukan pelaku usaha sambil menunggu pemerintah menemukan obat atau vaksin penangkal COVID-19. Pengusaha, kata Heru Cahyono berupaya menjaga cashflow untuk membayar gaji.
Menurut Heru Cahyono, saat ini semua pelaku usaha terdampak. Tidak hanya pelaku usaha kecil, namun usaha besar juga mengalami kesulitan. “Bahkan tantangan yang dihadapi pelaku usaha dengan jumlah karyawan banyak, semakin berat,” ujarnya, Senin (10/9).
Salah satu upaya yang ditunggu pengusaha ialah upaya pemerintah menggerakkan sektor yang memiliki kontribusi lapangan kerja. Seperti properti yang memiliki 121 sektor turunan.
Ia mengapresiasi pemerintah yang membentuk Satgas untuk menangani dua hal, yakni kesehatan dan ekonomi. Ia menilai dua hal itu tetap butuh perhatian karena sama-sama saling menunjang. “Seperti kata Presiden harus diperhatikan, gas dan rem.”
Selama belum ada obatnya, ia meyakini dunia usaha belum dapat berjalan 100 persen. Namun jika vaksin sudah ditemukan, diperkirakan bisa mendorong roda ekonomi sampai 90 persen.
Terkait dengan rencana ujicoba vaksin hari ini, kalangan pelaku usaha, menurut Heru Cahyono menanti penuh harap. “Dengan adanya ujicoba vaksin, saya pikir titik terang dunia usaha,” imbuhnya. Para pengusaha, sebut Heru, memperjuangkan bagaimana ekonomi cepat bergerak, walaupun tidak seratus persen.
Sebelumnya, pemerintah meluncurkan paket stimulus ekonomi yang diharapkan dapat memompa kembali aktivitas ekonomi di tengah pandemi. Sederet diskon diberikan, agar masyarakat tidak terbebani dengan situasi sulit akibat COVID-19.
Salah satu yang krusial, adalah menggartiskan pembayaran listrik kepada 20 juta pengguna selama 6 bulan. Pemerintah pun akan menggelontorkan dana setidaknya Rp 695,2 triliun untuk penanganan dampak dari pandemi COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional, dengan konsekuensi defisit anggaran yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya.
Adapun perinciannya, pembiayaan korporasi dari Rp 44,57 triliun menjadi Rp 53,57 triliun. Anggaran ini akan difokuskan untuk penempatan dana restrukturisasi padat karya, belanja padat karya, penjaminan modal kerja, PMN serta talangan untuk modal kerja.
Untuk membantu K/L dan pemda dari Rp 97,11 triliun menjadi Rp 106,11 triliun. Akan diberikan untuk program padat karya di pemda dan KL, insentif perumahan, pariwisata hingga fasilitas pinjaman daerah.
Anggaran Kesehatan tetap Rp 87,55 triliun. Ini diberikan untuk belanja penganan Covid-19 termasuk insentif tenaga medis hingga insentif perpajakan di bidang kesehatan.