Kebutuhan Sapi di Kaltim Naik Terus

Rabu 05-08-2020,11:10 WIB
Reporter : Yoyok Setiyono
Editor : Yoyok Setiyono

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Kebutuhan sapi potong di Kalimantan Timur terus mengalami kenaikan, sementara kemampuan peternak loka mencukupi kebutuhan masih terbatas. Tahun ini saja,  Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Provinsi Kaltim, mencatat konsumsi daging sapi mencapai 65 ribu ekor per tahun. Naik 5 ribu ekor dari konsumsi tahun lalu.

“Dari jumlah itu, baru 28 persen atau sekitar 18 ribu ekor yang mampu dipenuhi peternak lokal,” kata Dadang Sudarya, Kepala DPKH Kaltim, Selasa (4/4).

Karena defisit yang longgar, daerah harus memasok sapi dari luar. Sebagian besar, pemasok sapi ke wilayah Kaltim berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT) Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Sulawesi Tengah (Sulteng).  

"Yang dari NTT itu kita hanya mendatangkan sapi jantan. Karena hanya khusus untuk keperluan sapi potong. Bukan sapi bibit," kata Dadang Sudarya.

Sementara untuk sapi bibit, kata dia, banyak didatangkan dari Sulsel, NTB, dan Jawa Timur. Sapi yang didatangkan deri NTT sendiri kata Dadang, saat ini juga sudah banyak yang dilakukan proses penggemukan di Kaltim.

Untuk mencukupi kebutuhan daging sapi, pemerintah membuka keran bagi para pengusaha untuk memasok sapi. Tahun ini ada 13 pengusaha dengan kuota sapi sebanyak 16.250 ekor. Bina Insan Pertiwi tercatat sebagai pemasok terbesar dengan jumlah 8.250 ekor.

DPKH menyebut para peternak biasanya membeli sapi dari NTT dengan bobot 200 kg hingga 250 kg. Kemudian digemukkan selama 3 bulan sampai 4 bulan. Baru kemudian dijual kembali dengan harga yang lebih mahal.

Sapi yang sudah melalui proses penggemukan juga memiliki kualitas daging yang lebih baik. Berbeda dengan sapi yang langsung dipotong dari luar daerah. Biasanya sapi masih dalam kondisi stress. Sehingga mempengaruhi kualitas daging.

"Dagingnya relatif lebih kurus. Makanya banyak tukang jagal hewan yang beli dari usaha penggemukan saja. Jadi ada nilai tambahnya bagi para peternak sapi lokal," terang Dadang.

Hal ini juga dapat meningkatkan pasokan kebutuhan sapi dari dalam daerah. Saat Iduladha saja, Dadang menyebut kebutuhan sapi kurban sebanyak 13 ribu ekor.  Dari kebutuhan tersebut, Kaltim mampu memasok 8.500 ekor sapi. Artinya 65 persen dari kebutuhan itu sudah mampu dipenuhi oleh peternak lokal. Sisanya, baru didatangkan dari luar daerah.

Meski banyak kuota sapi yang datang dari luar daerah, Dadang memastikan pihaknya tetap mengontrol dan memperhitungkan. Sesuai dengan kebutuhan dan berapa persen sapi lokal yang mampu dipasok. Jangan sampai ada kekurangan sapi atau kelebihan kuota dari luar daerah. Sehingga sapi lokal tidak terjual.

"Jangan sampai populasi sapi dalam daerah juga turun itu yang harus kita jaga. Supaya keseimbangan supply dan demand," sambungnya.

Pihaknya juga terus berupaya mengembangkan sektor peternakan sapi di Kaltim. Di antaranya dengan mendatangkan bibit sapi indukan dari luar Kaltim.  Sebagai pabrik anak sapi. Kemudian, untuk meningkatkan produksi dan produktivitas sapi melalui program Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri (Sikomandan).

Program ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan produksi ternak sapi dan kerbau dalam negeri. Dengan mengoptimalkan reproduksi sapi melalui kawin alam atau inseminasi buatan alias kawin suntik.

Proses kawin alam dilakukan pada sapi yang dilepas di pengembalaan. Terutama di mini ranch sapi-sawit. Yakni pemeliharaan peternakan sapi di lahan perkebunan. Dan pengembangan ternak sapi di lahan bekas tambang. (krv)

Tags :
Kategori :

Terkait