Es Krim YouTube

Kamis 30-07-2020,11:00 WIB
Reporter : Yoyok Setiyono
Editor : Yoyok Setiyono

Irmawati adalah seorang ibu rumah tangga. Dia tak hanya andal mengurus anak dan suami. Dia sukses membesarkan bisnis. Inspirasi bagi yang ingin memulai usaha.

Sejak anaknya berumur 6 bulan, Irmawati sudah bertekad, hanya ingin memberikan makanan terbaik bagi buah hatinya. Makanan yang harus terjamin. Baik kebersihan dan kesehatannya. Oleh karena itu, sebisa mungkin ia mengusahakan, makanan pendamping ASI, adalah buatan tangannya sendiri.

Ketika anaknya beranjak 3 tahun, makanan yang diinginkan mulai beragam. Anaknya mulai menggemari es krim. Jenis makanan yang sebelumnya tak pernah dibuat oleh Irmawati. Alhasil, melalui tutorial YouTube ia pun mencoba berbagai resep es krim homemade.

"Saya coba bikin. Karena kalau beli di luar kan takut ga cocok. Bikin batuk atau sakit tenggorokan," katanya memulai kisah kepada Disway Kaltim, Rabu, (29/7).

Berkali-kali mencoba resep trial and error. Akhirnya Irma berhasil membuat es krim yang disukai anaknya. Tak berhenti sampai di sini. Irma melihat, es krim rumahan buatannya bisa menjadi peluang usaha. Apa lagi banyak anak-anak yang menyukai es krim.

Ia pun mulai menawarkan es krim buatannya ke berbagai sekolah dasar. Untuk dititipkan di kantin sekolah. Target pasarnya, adalah anak-anak. Sayangnya, tak satu sekolah pun menerima. "Banyak ditolak, karena pihak sekolah tidak mau dititipin orang dari luar. Kecuali dari guru di lingkungan sekolah," kenangnya.

Irma tak patah arang. Ia terus berkeliling sekolah. Menawarkan produk usahanya. Akhirnya ada satu sekolah, sebuah Madrasah Ibtidaiyah yang menerima tawarannya. Percobaan pertama, ia menjual es krim sebanyak 30 cup. Dengan dua varian rasa. Coklat dan vanilla. Per cup ukuran 16 ml dengan harga Rp 2 ribu rupiah. Murah meriah untuk ukuran anak-anak.

Es krimnya pun mulai disukai anak-anak. Per hari, Irma mampu menjual 300 cup es krim. Sembari ia mencari link di sekolah lain. Sayangnya, tak lama kemudian musibah wabah pandemi datang. Sekolah tutup dan anak-anak diliburkan. Alhasil, Irma harus putar haluan. Kemana lagi ia akan menjual dagangannya.

Irma kemudian menitipkan es krimnya di warung-warung sekitar rumah. Sayang, hasil penjualan tak seberapa. Hingga akhirnya, Irma memulai menjual es krimnya secara online. Melalui sosial media.

 "Sekitar Mei mulai coba online. Selain itu, saya juga kalau nerima tamu, atau saya bertamu, saya selalu bawa es krim buatan saya sebagai buah tangan," katanya.

Selain sebagai langkah promosi, ia juga berusaha merubah target pasar. Dari yang seblnya anak-anak, kini ke konsumsi keluarga. Ia pun menambah varian rasa dengan kemasan yang lebih besar. Mulai dari 300 ml, 700 ml, dan 1 liter.

Daya magis online, usahanya laris manis. 3 bulan berjalan, Irma merasakan peningkatan bisnis yang signifikan. Per hari ia bisa memproduksi 20 liter adonan es krim. Dan kini, ia telah memiliki 3 reseller yang membantu memasarkan produknya.

Rasa yang disajikan pun beragam. Dan pelanggan bisa memilih rasa yang diinginkan. Ada 10 varian rasa. Di antaranya coklat, vanilla, stroberi, taro, bubble gum, tiramisu, creamy latte, grentea, avocado dan vanila oreo. Dengan harga mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 30 ribu.

Irma juga menjamin, es krim homemade buatannya tidak menggunakan bahan pengawet. Sehingga aman dikonsumsi bagi keluarga.  Bahan-bahan yang dipilih juga murni hanya menggunakan susu, gula dan tepung maizena. Dengan takaran dan komposisi yang pas, tanpa menggunakan pemanis buatan.

"Dari segi perasa, tektur, dan komposisinya pas. Gulanya juga asli, jadi inshaallah sehat," ungkap Irma.

Tags :
Kategori :

Terkait