Pantang Mundur Proyek Sepur

Rabu 29-07-2020,11:30 WIB
Reporter : Yoyok Setiyono
Editor : Yoyok Setiyono

“Lebih cepat mana, kereta api dengan pesawat?” tanya mendiang Presiden RI Ke-3, Abdurrahman Wahid kepada dokter yang melarangnya bepergian dengan kereta. Presiden humoris itu menjawab sendiri pertanyannya, “Saat ini memang lebih cepat pesawat, itu karena kereta baru bisa merangkak. Coba kalau nanti sudah bisa berdiri dan berlari,” jawabnya.

Dialog itu memang tidak bisa dibuktikan kesahihannya. Tapi cerita soal kereta yang semakin cepat, memang benar adanya. Meski belum bisa mengalahkan pesawat.

Membahas soal kereta api di Bumi Etam, jadi ingat peristiwa beberapa tahun silam. Presiden Joko Widodo melakukan ground breaking atau peletakan batu pertama pembangunan jalur kereta di Buluminung, Penajam Paser Utara (PPU). Persisnya pada 19 November 2015.

Lima tahun berlalu, kabar buruk pun menghampiri. Investor mundur. Tapi anggota Komisi VII DPR RI, Awang Faroek Ishak membawa angin segar. Mantan Gubernur Kaltim ini terus mendorong supaya moda transportasi darat itu bisa diwujudkan.

“Tidak ada pernyataan dari pihak Rusia untuk menghentikan proyek itu,” kata Awang Faroek di Balikpapan, Selasa (28/7). Ia mengaku bertemu dengan pihak Rusia pada Juni lalu membicarakan kelanjutan proyek itu.

“Mereka tidak membatalkan. Hanya saja penundaan karena ada masalah pendanaan,” kata Awang Faroek. Ia menjelaskan, Rusia mengucurkan dana kepada beberapa perusahaan plat merah di negaranya. Dua di antaranya adalah Russian Railways (RZD) yang merupakan pemegang proyek kereta api Kalimantan Timur (Kaltim) dan Blackspace Group.

Awang Faroek Ishak

Dua perusahaan tersebut berebut dana dari pemerintahnya. Inilah klaim Awang yang membuat pengerjaan tertunda.

“Siapa yang bisa batalkan perjanjian antara dua negara, antara Presiden Rusia dan dengan Presiden Indonesia? Itu hanya persaingan bisnis antara Russian Railways dan Blackspace,” jelasnya.  

Pada 2018, proyek ini masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023, yakni mengusung misi berdaulat dalam memenuhi kebutuhan infrastruktur kewilayahan.

Sayangnya, tahun ini, proyek transportasi ‘ular besi’ ini kembali tersendat. Gubernur Kaltim saat ini, Isran Noor menyebut Rusia mengundurkan diri karena telah mengalkulasi kembali nilai investasi dengan keuntungan yang didapat.

Isran menduga modal yang lama balik menjadi penyebabnya. Itulah sebabnya RZD Melalui anak usaha gabungan dengan Indonesia, PT Kereta Api Borneo (KAB) mengajukan penghentian proyek, baik kepada provinsi maupun pusat.

Kepala Seksi Perkeretaapian  Dinas Perhubungan Kaltim, Yuki Subekti menjelaskan secara resmi Russian Railways belum menyatakan mundur dari proyek ini. Namun, hanya menangguhkan. "Karena pemutusan kerja samanya belum ada," ungkap Yuki, Senin (27/).

Namun diakui, pembangunan di lapangan memang sudah berhenti sejak tahun lalu. Sudah tidak ada kegiatan pembangunan di lokasi Buluminung, tahap awal pembangunan rel kereta. Alasannya, kata Yuki, pihak Russian Railways melihat prospek batu bara di Kaltim mulai menurun. Karena saat itu harga batu bara sedang drop. Sementara, proyek KA ini diperuntukkan untuk mengangkut komoditas batu bara.

"Jadi mereka menganggap, prospeknya kurang potensial," ungkapnya. Pemerintah provinsi (pemprov) Kaltim, saat ini sedang mencari skema pembiyaan baru. Seperti diinstruksikan oleh Kementerian Perhubungan, agar pemprov mencari investor baru secara business to business. Karena untuk meminta skema pembiyaan dari APBN, saat ini tidak memungkinkan.

Yuki menyebut, pihaknya sudah menerima tawaran investasi dari perusahaan jasa konstruksi asal Tiongkok, China Railway Liuyuan Group Co, Ltd (CRL). Dan perusahaan swasta asal Jepang. Namun, karena ini kerjasama luar negeri maka prosedur perizinan harus melalui pemerintah pusat.

Tags :
Kategori :

Terkait