Tak Ada Cara Lain Pulihkan Ekonomi, Jokowi: Tergantung Belanja Pemerintah

Rabu 29-07-2020,10:56 WIB
Reporter : Y Samuel Laurens
Editor : Y Samuel Laurens

Pekerja di Jakarta beraktivitas menggunakan masker. Saat penerapan PSBB. Untuk mencegah penularan COVID-19. (Int)

Jakarta, Nomorsatukaltim.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut, belanja pemerintah menjadi instrumen yang dapat dijadikan daya ungkit untuk memulihkan ekonomi di saat krisis akibat pandemi COVID-19.

Dalam Rapat Terbatas secara virtual tentang Rancangan Postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2021 di Istana Kepresidenan Bogor, Selasa (28/7/2020), Jokowi mengatakan, APBN tercatat hanya berkontribusi kurang lebih 14,5 pada PDB negara.

“Dalam situasi krisis seperti ini, belanja pemerintah menjadi instrumen untuk daya ungkit,” ujar Jokowi. Ia mengatakan, sektor swasta dan UMKM dapat dipulihkan kembali dengan stimulus.

“Mesin penggerak ekonomi ini harus diungkit dari APBN kita. Yang terarah dan tepat sasaran,” kata Jokowi.

Ia juga menekankan pentingnya pemerintah pusat dan daerah agar tidak melupakan agenda-agenda besar dan strategis bagi bangsa ini. Meskipun saat ini bangsa Indonesia masih dihadapkan pada situasi krisis dan sulit akibat pandemi COVID-19.

“Terutama agar kita keluar dari middle income trap dan sejak 1 Juli Indonesia telah masuk meraih predikat aktor middle income country. Tapi untuk keluar dari middle income trap ini, masih besar dan panjang,” kata Jokowi.

Di lain sisi, Jokowi mengutip lembaga keuangan global yang mengatakan, pemulihan ekonomi Indonesia pasca-pandemi COVID-19 diproyeksikan tercepat setelah China.

“Indonesia juga diproyeksikan masuk ke kelompok dengan pemulihan ekonomi tercepat setelah Tiongkok. Kalau proyeksi ini benar, saya kira patut kita syukuri,” kata Jokowi.

Meski diprediksi ekonomi Indonesia dapat pulih dengan cepat, namun Jokowi tetap meminta semua pihak agar waspada.

“Kemungkinan dan antisipasi kita terhadap resiko terjadinya gelombang kedua, second wave, dan masih berlanjutnya sekali lagi ketidakpastian ekonomi global di tahun 2021,” tambah Jokowi.

Presiden mengingatkan, situasi ekonomi global berkembang sangat dinamis. Penuh dengan ketidakpastian.

“Beberapa lembaga keuangan dunia juga selalu merevisi prediksi-prediksi atas pertumbuhan ekonomi global di tahun 2020 maupun perkiraan di 2021. Artinya, sekali lagi masih dengan penuh dengan ketidakpastian,” ungkap Jokowi.

Ia mengutip tiga lembaga keuangan global: Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia dan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). Mengenai prediksi perekonomian dunia akan mulai tumbuh positif pada 2021.

“Bahkan IMF memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 5,4 persen. Ini sebuah perkiraan yang sangat tinggi menurut saya. Bank dunia 4,2 persen, OECD 2,8-5,2 persen. Saya kira kalau perkiraan ini betul, kita akan berada pada posisi ekonomi yang juga mestinya itu di atas pertumbuhan ekonomi dunia,” ungkap Jokowi.

Padahal lembaga-lembaga itu sebelumnya menyatakan pertumbuhan ekonomi global pada 2020 akan minus. IMF memprediksi minus 2,5 persen. Bank Dunia menyatakan akan minus 5 persen. Sedangkan OECD menilai pertumbuhan ekonomi akan minus 6-7,6 persen.

Tags :
Kategori :

Terkait