Turun Naik Sawit tetap Menarik

Selasa 28-07-2020,11:20 WIB
Reporter : Yoyok Setiyono
Editor : Yoyok Setiyono

Langkah pemerintah mendorong penyerapan CPO domestik melalui program biofuel disambut gembira pengusaha sawit. Kebijakan itu turut menopang kelangsungan sektor perkebunan ini. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) optimistis industri sawit masih mampu bertahan menghadapi pandemi, mengingat kebutuhan produk sawit masih sangat baik. 

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Dewan Pembina GAPKI Kaltim, Azwal Ridwan mengatakan para pelaku usaha masih berupaya mendorong efektifitas dan menjaga produktifitas agar kelangsungan bisnis sawit terus terjaga. Hal ini  sebagai reaksi ketidakpastian global yang masih mewarnai pergerakan harga komoditas.

“Operasional kebun relatif tidak ada gangguan. Artinya bisa berjalan lancar, tetapi bicara penjualan ada masalah,” katanya. Kondisi itu menyebabkan pelaku usaha industri sawit butuh napas lebih panjang. “Pada semester I/2020 terjadi perlambatan proses pengiriman sehingga menyebabkan perpanjangan kontrak,” kata Azwal. 

Seharusnya proses pengiriman bisa dilakukan dalam enam bulan. Belakangan menjadi 10 bulan. Hal ini disebabkan pemeriksaan di pelabuhan yang semakin ketat.

Memang kebijakan itu tidak menyebabkan perubahan pada nilai kontrak. Tetapi mengganggu rantai produksi lantaran kapasitas penyimpanan yang dimiliki pengusaha terbatas. 

azwal Ridwan

“Kalau kapasitas penyimpanan penuh, orang mau panen ditaruh dimana?  Itu jadi problem juga,” sebut Azwal.

Untuk mengurangi penyimpanan, pengusaha menjual CPO sedikit demi sedikit. Meski pada saat dipasarkan harga kurang menguntungkan.  Tetapi cara itu jah lebih menguntungkan daripada menahan produksi baru atau menahan hasil panen. 

Akibatnya bisa ditebak. Kondisi itu sempat menyebabkan cashflow perusahaan tertekan. “Ini seperti mata rantai. Satu terganggu berpengaruh terhadap yang lain,” ucapnya.

Tahun ini, pengusaha juga mesti menyisipkan ongkos kegiatan yang tidak terprogram. Misalnya penyemprotan disinfektan, pembelian masker, hand sanitizer dan lain sebagainya, untuk mematuhi protokol kesehatan. 

Selain memenuhi permintaan ekspor ke Tiongkok, India dan sebagian kecil Eropa, pengusaha sawit dari Kaltim juga memasok kebutuhan ke Surabaya dan beberapa daerah lain. 

Dikatakan Azwal, saat ini pasar domestik cukup prospektif meski porsinya tidak terlalu besar disbanding ekspor. Hal itu karena kebijakan pemerintah mendorong pemanfaatan produksi sawit. Sebagai catatan, dari 4 juta ton produksi sawit Kaltim per tahun, lebih dari 50 persen untuk memenuhi permintaan ekspor. Dalam skala nasional, jumlah itu masih sangat kecil. 

Hanya 10 persen dari total produksi nasional yang mencapai 40 juta ton. Jadi, potensi untuk meningkatkan produksi masih sangat terbuka karena pasar luar negeri sangat besar.  

Merujuk hasil dari tim penetapan harga Tandan Buah Segar (TBS) Sawit Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) bulan Juni 2020 untuk perhitungan harga TBS pada periode Juli 2020, menetapkan harga sawit umur > 10 tahun turun Rp 72,59/kg menjadi Rp 1.396,61/Kg. 

Sawit umur 3 tahun Rp 1.167,62/Kg; sawit umur 4 tahun Rp 1.247,51/Kg; sawit umur 5 tahun Rp 1.253,01/Kg; sawit umur 6 tahun Rp 1.266,01/Kg; sawit umur 7 tahun Rp 1.273,31/Kg; sawit umur 8 tahun Rp 1.283,12/Kg.

Sementara sawit umur 9 tahun Rp 1.308,51/Kg dan sawit umur > 10 tahun Rp 1.324,02/Kg. Dimana harga minyak sawit mentah (CPO) ditetapkan Rp 6.657,44/Kg dan harga Kernel Rp 3.131,43/Kg dengan indeks K 82,16%. 

Tags :
Kategori :

Terkait