Korsel Alami Resesi setelah Ekspor Merosot Tajam

Jumat 24-07-2020,09:07 WIB
Reporter : Y Samuel Laurens
Editor : Y Samuel Laurens

Seorang pria menggunakan masker berjalan di depan stasiun kereta di Daegu, Korea Selatan. (Int)

Seoul, Nomorsatukaltim.com - Korea Selatan (Korsel) mengalami resesi pada kuartal II. Ini adalah kemunduran ekonomi terparah negara itu sejak lebih dari dua dekade terakhir. Dengan ekspor yang merosot tajam akibat krisis pandemi COVID-19.

Pada Kamis (23/7/2020), Bank Korea menyatakan, ekonomi negara menyusut. Dengan penyesuaian musiman sebanyak 3,3 persen pada Juni. Dibandingkan tiga bulan sebelumnya. Angka tersebut merupakan kontraksi paling tajam sejak kuartal pertama 1998.

Negara ekonomi terbesar keempat di Asia itu menyusul Jepang, Thailand, dan Singapura. Yang sudah lebih dulu mengalami resesi teknikal atau kemerosotan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut.

Walaupun begitu, analis dan pembuat kebijakan Korsel berupaya untuk melakukan pemulihan ekonomi. Yang memungkinkan dan lebih cepat dibanding dengan negara-negara lain di kawasan.

“Memungkinkan bagi kita untuk rebound seperti China pada kuartal ketiga. Selagi pandemi melambat serta aktivitas produksi di luar negeri, sekolah, dan rumah sakit yang kembali berjalan,” ujar Menteri Keuangan Korsel, Hong Nam-ki.

Ia merujuk pada perekonomian China yang kembali tumbuh pada kuartal kedua. Usai terperosok tajam selama kuartal pertama. Karena menjadi episentrum awal wabah COVID-19.

Produk domestik bruto (PDB) Korsel jatuh dengan angka 2,9 persen dalam hitungan tahun-per-tahun (YoY). Ini menjadi penurunan terbesar sejak kuartal keempat 1998.

Kegiatan ekspor, yang menyumbang hampir 40 persen perekonomian, adalah sektor yang paling besar menarik kemerosotan pertumbuhan. Dengan penurunan sebesar 16,6 persen dalam satu kuartal. Ini terburuk sejam 1963.

Sejauh ini, pemerintah Korsel telah menggelontorkan stimulus ekonomi sekitar 277 triliun won (setara Rp 3.374 triliun). Namun, pembuat kebijakan tak cukup mampu mengendalikan permintaan global terhadap ekspor dalam negeri.

“Bagian terburuk nampaknya telah usai. Base effect dan pembiayaan fiskal dari anggaran tambahan akan meningkatkan investasi,” kata Park Sung-hyun, analis dari perusahaan HI Investment & Securities.

Untuk keseluruhan 2020, analis memperkirakan perekonomian akan turun rata-rata 0,4 persen. Namun Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan kontraksi yang bahkan lebih dari 2,1 persen.

Pekan lalu, gubernur Bank Korea menyebut, revisi yang lebih besar dari proyeksi 0,2 persen yang dinyatakan sebelumnya. Untuk penurunan ekonomi 2020. Sebagai sesuatu yang tak dapat dihindari. (an/qn)

Tags :
Kategori :

Terkait