Lebih Dekat dengan Si Pedas Penjaga Inflasi

Kamis 23-07-2020,11:00 WIB
Reporter : Yoyok Setiyono
Editor : Yoyok Setiyono

Cabai menjadi salah satu komoditas bahan makanan atau volatile food yang memberikan pengaruh besar pada inflasi. Oleh karena itu, ketersediaan komoditas ini perlu dijaga agar nilai inflasi tetap stabil. 

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Secara ekonomi, komoditi pertanian cabai juga memiliki keunggulan tersendiri. Selain hasil panen yang cepat. Harga jual cabai juga cenderung stabil. Hal itu dikatakan Minarko. Salah seorang petani cabai, Lubuk Sawah Kelurahan Mugirejo Samarinda. 

Disway Kaltim mengunjungi secara langsung, perkebunan cabai yang terletak di atas pegunungan ini. Minarko menyebut, ia sudah menanam cabai sejak 10 tahun lalu. Total luas lahannya seluas 2 hektare yang kini ditanami berbagai tanaman holtikultura. Seperti cabai, tomat, terong, pepaya, dan melon. 

"Cabai ini harga jualnya stabil. Rp 15 ribu per kilo gram. Paling murah Rp 10 ribu. Itu pun masih untung," kata Minarko kepada Disway Kaltim, Rabu (22/7). 

Tidak seperti komoditas lain. Contohnya seperti timun dan kacang panjang. Yang harganya relatif rendah. Ia menyebut, paling murah, timun dan kacang panjang hanya dihargai seribu rupiah per kilo gram.  Tidak sebanding dengan biaya tanam dan tenaga yang dikeluarkan. 

Jenis cabai yang ditanam Minarko adalah cabai hijau besar. Ia menanam 7.500 pohon di lahan seluas lebih kurang 1 hektare. Dari 7.500 pohon cabai yang ditanam tersebut, bisa menghasilkan maksimal 12 ton cabai. Yang bisa dipanen selama 2 bulan. Dengan masa produksi kurang lebih 6 bulan. 

Namun Minarko menyebut, hasil panen terkahir ia hanya mendapat 3 ton cabai. Dikarenakan cuaca buruk dan penyakit yang menyerang tanaman. Meski begitu, ia mengaku masih menerima keuntungan dari hasil panennya itu. 

Ia menghabiskan modal tanam cabai sebesar Rp 30 juta. Dengan hasil panen 3 ton cabai ia bisa menghasilkan dana kotor sebesar Rp 45 juta. Masih untung, meski menipis.

Bertani cabai besar hijau dinilai Minarko juga lebih memudahkan dibanding menanam cabai rawit. Terutama dalam proses memanen. Ia menyebut, 1 buruh tani bisa memanen 1 kuintal cabai besar hijau dalam waktu sehari. Sementara jika dibandingkan dengan cabai rawit, 1 buruh tani hanya bisa memanen maksimal 12 kilo gram cabai. 

"Karena kalau cabai rawit kan kecil. Ribet. Mending cabai besar. Cepat, mudah, dan berat. Sehingga mempengaruhi harga jual juga," jelas Minarko. 

Hasil panen cabainya dijual melalui tengkulak. Untuk dipasarkan ke pasar Segiri Samarinda. Nantinya dari para tengkulak, cabai tersebut dijual lagi secara eceran ke para pedagang kecil. "Jadi di pasar itu, sudah tangan ketiga dari kami," pungkasnya. (krv)

Tags :
Kategori :

Terkait