PAD Sektor Pertanian PPU Masih Nol

Selasa 21-07-2020,18:42 WIB
Reporter : Y Samuel Laurens
Editor : Y Samuel Laurens

Pelaksana Tugas Kepala Badan Keuangan (BK), Muhajir. (Dok/nomor satu kaltim)

Penajam, nomorsatukaltim.com - Hingga saat ini Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) masih belum mendapatkan pemasukan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pertanian.

"Belum ada sama sekali," kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Keuangan (BK), Muhajir, Selasa (21/7).

Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) PPU untuk menggali potensi itu ialah dengan mengusulkan landasan hukum.

Melalui rancangan peraturan daerah (Raperda) penyertaan modal ke salah satu perusahaan umum daerah (Perumda) Penajam Benuo Taka (PBT).

"Kaitan dengan itu nanti. Tapi prosesnya masih lama itu. Berjalan sampai ada target yang sudah ditentukan," imbuhnya.

Senada, Bupati PPU Abdul Gafur Mas'ud (AGM) menegaskan hingga saat ini PAD sektor pertanian masih kosong. Padahal potensinya sangat besar. Khususnya pada komoditas padi.

Dari survei yang ia lakukan, di Kecamatan Babulu ada sekira 8.000 hektare sawah produktif. Dari 18.000 hektare yang ada.

"Kalau ini didata, dimanfaatkan secara baik, Insya Allah pendapatan daerah kita tidak hanya dari migas. Yang mudaratnya lebih banyak," ujarnya.

Selain pemanfaatan areal yang ada, juga bisa ditingkatkan hingga 20.000 hektare. Dengan cara pendampingan ke petani.

"Juga bisa diberikan pengertian bahwa padi ini lebih baik dari sawit, dari batu bara atau yang lainnya. Padi itu bahan pokok yang tidak bisa ditinggalkan," jelasnya.

AGM mengatakan, mekanisme dari penyertaan modal sekira Rp 26,9 miliar ke perumda itu langsung ke petani. "Kira-kira (bekerjasama dengan) sekitar 100 sampai 1.000 kelompok tani," sebutnya.

Namun belum menghitung besaran PAD yang ditargetkan. Ia justru menjelaskan terkait penyelesaian tiap masalah petani. Utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan petani terlebih dahulu.

Salah satunya dengan melakukan pembelian sesuai standar harga gabah. Katanya, gabah petani biasanya dibeli dengan harga Rp 3.500. Sesuai standar ialah Rp 4.200.

"Nanti gabah bisa Rp 5.000. Nanti akan meningkatkan ekonomi. Lalu, tinggal dihitung dari hasil itu berapa. Kita lihat dulu hasilnya (baru ada target PAD). Yang terpenting itu dulu. Peningkatan kesejahteraan petani," pungkasnya. (rsy/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait