Tak Usah Khawatir, Ekonomi Kaltim Masih Sehat

Senin 20-07-2020,11:02 WIB
Reporter : Yoyok Setiyono
Editor : Yoyok Setiyono

Meski ekonomi tergencet virus, masyarakat Kalimantan Timur tak perlu takut. Itu kata Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kaltim, Made Yoga Sudharma. Banyak indikator perekonomian mulai bangkit. Dari sector keuangan, sampai pasar saham. 

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Memang, kata Made Yoga, sektor jasa keuangan ikut tertekan akibat  pandemi COVID-19. Bahkan, dampak perekonomian akibat wabah corona ini disebut jauh lebih besar dibandingkan krisis ekonomi pada tahun 1998 dan 2008. Di mana pada masa itu, lembaga jasa keuangan sempat kolaps.

Namun, setelah periode itu, lembaga jasa keuangan kini sudah mengimplementasikan prinsip-prinsip manajemen risiko yang lebih kuat lagi.

Sehingga, lembaga jasa keuangan kini lebih resilien atau mampu beradaptasi terhadap tekanan. "Sampai dengan posisi Juni 2020, kondisi lembaga jasa keuangan, baik perbankan mau pun perusahaan pembiayaan, masih menunjukkan angka yang sehat," katanya.

Lebih lanjut, Made Yoga menjelaskan, meski kredit perbankan selama pandemi COVID-19 mengalami tekanan. Secara tahunan (yoy), kredit perbankan tetap tumbuh.  Pada Maret 2020 contohnya, tercatat Rp 5.712,04 triliun. Meski pada Mei 2020 turun menjadi Rp 5.583,25 triliun.

Tetapi, jika dilihat secara yoy kredit perbankan tetap tumbuh sebesar 3,04 persen. Begitu pula dengan dana pihak ketiga, pengumpulan dana masyarakat pad Maret mencapai Rp 6.214,31 triliun. Turun  menjadi Rp 6.174,60 triliun pada Mei 2020. Namun, secara yoy penempatan dana masyarakat ini masih mengalami penigkatan sebesar 8,87 persen.

Beralih ke pasar modal. Made menyebut angka di pasar modal menunjukkan pergerakan yang anomali. Jika dibandingkan dengan sektor keuangan yang lain. Penghimpunan dana di pasar modal sampai dengan 23 Juni 2020,  sebesar Rp 39,6 triliun. Meningkat dibandingkan posisi April yang tercatat diangka Rp 28,3 triliun.

"Bulan Juni kalau kita perhatikan bersama, IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan,red) di Bursa Efek Indonesia menunjukkan peningkatan," ungkap Made.

Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana juga meningkat. Tercatat sejak April 2020 NAB reksa dana sebesar Rp 477,7 triliun. Dan pada Juni 2020 meningkat menjadi Rp 485,84 triliun. Ini yang diharapkan bisa mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional.

Kredit Macet Rendah

OJK juga ingin membangun optimisme masyarakat. Bahwa, meski di tengah besarnya tekanan terhadap perekonomian, lembaga jasa keuangan masih dalam kategori yang sehat. Dimana untuk risiko kredit NPL Gross perbankan masih terjaga di angaka 3,01 persen. Sedangkan NPF Gross perusahaan pembiyaan masih di angka 3,99 persen.

"Masih cukup rendah," ungkap Made.  Risiko likuiditas disebut Made juga masih terjaga di angka yang aman. Yakni sebesar 123 persen untuk AL/NCD. Sedangkan AL/DPK yang tercatat 26 persen juga masih dalam kondisi terjaga.

Sementara untuk pertumbuhan kredit perbankan didominasi oleh kredit investasi yang tumbuh sebesar 6,75 persen yoy. Kredit modal kerja tumbuh 1,43 persen, kredit konsumsi juga tumbuh sebesar 2,25 persen.

"Jadi over all, pertumbuhan ekonomi kita di saat yang susah ini, masih bergejolak. Masih terus tumbuh," ujarnya.

Dari jumlah tersebut, sektor yang menyumbang peningkatan terbesar untuk pertumbuhan kredit perbankan, ada di sektor pertambangan sebesar 8,23 persen. Kemudian industri pengolahan sebesar 5,41 persen. Konstruksi 5,25 persen dan pertanian 3,77 persen.

Tags :
Kategori :

Terkait