Tarif Rapid Test Akumulasi dari Layanan, Perlu Diatur Juga Distributor

Tarif Rapid Test Akumulasi dari Layanan, Perlu Diatur Juga Distributor

"Ketika antibodinya terbentuk berarti orang itu pernah terpapar dengan virus COVID. Artinya bahwa apakah dia masih dalam posisi infeksi COVID atau tidak, itu tidak bisa dibuktikan. Sekadar untuk mengukur IgG dan IgM," jelas Nataniel. 

Pemeriksaan rapid test baru bermakna jika menunjukkan hasil positif. Jika negatif maka tidak ada gunanya rapid test. Karena tidak ada sesuatu yang bisa ditunjukkan. Karena ketika tidak reaktif, tidak bisa dikatakan pasien tertular atau tidak.

"Kalau positif, ada kemungkinan dia pernah kontak dengan virus COVID-19. Baru ditindaklajuti apakah ada gejala. Nah, atas dasar itulah seharusnya tidak bisa dijadikan sebagai kebijakan ya. Hanya screening awal," tegasnya.

Ketika ditanya, rekomendasi alat rapid test yang memiliki nilai akurasi tinggi, Nataniel enggan menjawab. Menurutnya itu adalah ranah Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik (PDS Patklin). "Saya tahu, tapi saya tidak bisa jawab," pungkasnya.

BELUM MAU TERBUKA

Sejumlah fasilitas kesehatan (faskes) di Samarinda mulai menyesuaikan diri. Menerapkan Surat Edaran (SE) Kementerian Kesehatan Nomor: HK.02.02/1/2875/2020 tentang Batasan Tarif Tertinggi Pemeriksaan Rapid Test Antibodi.

Dari penelusuran media ini di lapangan, sejumlah faskes yang menyediakan jasa rapid test telah menerapkan tarif Rp 150.000. Di UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kaltim, misalnya. Tarifnya sudah menyesuaikan. Sebelum ada ketentuan tersebut, tarifnya Rp 350 ribu.

"Di sini sudah Rp 150 ribu. Ini beroperasi sejak 2 Juni. Waktu itu diresmikan Pak Wagub (Hadi Mulyadi)," kata dr. Yeti Fauzan, penanggung jawab laboratorium medik di UPTD itu.

UPTD Labkesda mulai menerima pasien rapid test pada 8 Juni. Bersamaan dengan dibukanya jasa tes swab. Jumlah pasien tiap harinya bisa 5 orang hingga 20 orang. "Kurang lebih begitu tiap harinya," tambah Yeti.

Hasil rapid test, bisa diketahui atau keluar di hari yang sama. Pengambilam sampel darah bukan dari jari tangan. Melainkan di bagian siku dalam. Ketika tes keluar, pasien akan menerima secarik kertas hasil tes tersebut. Tanpa ada embel-embel seperti surat kesehatan.

Sebelum menerapkan tarif Rp 150 ribu, alat yang digunakan VivaDiag dan Wondfo. Setelah menerapkan tarif tersebut, yang digunakan Cellex. "Pergantian alat tes bukan karena perubahan tarif. Tapi karena memang itu (Cellex) yang tersedia," kata Ihsan, sebagai pranata laboratorium di fakses tersebut.

Berkaitan dengan pasokan alat , baik Yeti dan Ihsan tak menjawab. Mereka mengaku tak tahu akan hal itu. Karena urusan tersebut tugas dari bidang pengadaan dan bagian gudang. Pun ditanya lebih rinci soal berapa harga alat rapid test dari pemasok atau distributor, keduanya tak bisa menjawab.

"Kalau tanya pengadaan, mohon maaf saya enggak tahu," ujar Yeti.

PAKET HARGA

Selain di UPTD Labkesda, media ini juga melakukan penelusuran ke RS Dirgahayu. Di sana, daftar harga rapid test telah dipampang di depan bilik pendaftaran. Lokasinya tak jauh dari parkiran motor rumah sakit itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: