Bingung Mengisyaratkan Nama Kota dan Istilah Medis

Dalam setiap rilis perkembangan COVID-19 di Pemkot Balikpapan. Ada sosok yang tampil beda. Menyampaikan informasi dengan bahasa isyarat. Mari berkenalan.

Darul Asmawan, Balikpapan--------------------------

Namanya Fajar Asyifianto. Berperawakan tinggi. Berkulit putih. Lahir di Balikpapan. Namun dibesarkan di Jakarta. Pada 2015 Fajar pindah ke kota kelahirannya. Untuk bekerja di kantor perwakilan salah satu BUMN.

Profesinya ini disebut Juru Bahasa Isyarat (JBI). Tugasnya merubah bahasa verbal ke dalam bahasa isyarat. Atau sebaliknya. "Mengubah dari bahasa isyarat ke bahasa verbal," kata Fajar saat diwawancara kemarin usai rilis media di pelataran Balai Kota Balikpapan.

Fajar menjelaskan, kelompok penerjemah ini dinaungi Pusat Layanan Juru Bahasa Isyarat (PLJ). Yang berkantor di Jakarta. Hingga saat ini, belum ada perwakilan PLJ di Kalimantan atau pun di Balikpapan.

Sementara ini kelompoknya itu bekerja sama dengan Gerakan Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin). Sebuah organisasi di bawah Dinas Sosial.

Di dalam Gerkatin, ada sebuah komunitas yang namanya komunitas Semut (semangat muda tuli). Merekalah yang bertugas untuk mengedukasi, mengadvokasi, atau mengajarkan orang-orang yang tertarik dengan profesi ini.

"Saya diajarkan oleh mereka, ketika pertama kali pindah ke Balikpapan,"

Fajar bergabung di gugus tugas COVID-19 Balikpapan sebagai penerjemah. Yang awalnya untuk menggantikan seorang juru bicara dari Tenggarong. Ia ditunjuk untuk menggantikan karena posisinya yang menetap di Balikpapan.

Namun, dia tidak sendiri, terkadang Fajar berpasangan dengan Dinda, seorang juru bahasa isyarat dari kaum tuli atau tuna rungu.

"Jadi, juru bahasa isyarat itu ada dua, ada yang dengar ada yang tuli," kata Fajar menjelaskan.

Dinda bekerja sebagai juru bahasa isyarat menggunakan feeder atau seorang pengumpan. Dia akan mengikuti isyarat dari pengumpan tersebut. Biasanya, jika Dinda yang menjadi penerjemah, maka Fajar lah yang menjadi feeder.

Sumber: