DLH Samarinda Gaungkan Program Bank Sampah, Kelola Sampah Jadi Rupiah
Program Bank Sampah yang dicanangkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Samarinda akan kembali digulirkan. Jika terlaksana, manfaatnya banyak. Selain bisa menghasilkan rupiah, juga mendukung langkah mengurangi banjir dan Samarinda bersih.
-------------------------
SAMA halnya dengan fungsi bank. Namun ini yang ditabung berupa sampah. Bank Sampah menjadi tempat pengepul sampah. Mengolahnya dengan cara memilah-milah. Sebagian yang bisa dimanfaatkan akan digunakan sebagai bahan baku kerajinan. Sebagian lagi bisa dijual.
Kepala DLH Samarinda Nurrahmani mengatakan, seharusnya hari ini pihaknya berangkat ke Balikpapan untuk belajar secara detail soal pengelolaan Bank Sampah. Namun akibat pandemi COVID-19 yang terjadi di Balikpapan dan menyebabkan kota tersebut berada di zona hitam, Nurrahmani hanya mengizinkan stafnya untuk mengambil alat di sana.
"Cuma mengambil alat pencacah sampah plastik. Alat itu diberikan Badan Wilayah Sungai (BWS). Staf-staf yang kesana saya larang bertemu siapapun dulu karena pandemi," kata perempuan yang akrab disapa Yama ini, saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (2/7) kemarin.
Sistem kerja Bank Sampah, kata Yama, sama seperti bank-bank lainnya. Di mana ada penyetor yang merupakan masyarakat alias nasabah. Kemudian kelompok yang bertugas menerima dan mengolah sampah itu. Kemudian menjualnya kepada pihak-pihak yang bisa memanfaatkan sampah. Dan yang terakhir pembeli, yang membeli sampah lalu dikelola oleh sebuah bank sampah. "Pembeli bisa perorangan dan bisa juga sebuah perusahaan," ucapnya.
Jika benar bisa diterapkan, Bank Sampah Indung di Samarinda nantinya akan berbisnis dan mengekspor hasil sampah olahan ke Jawa. Namun lembaga ini masih baru mau dibentuk di tahun 2021 nanti. "Kita sudah rintis, akan berbeda dengan teman-teman lainnya, karena kita pakai website dengan nama 'storeplastik.com'," beber Yama.
Storeplastik.com ini juga dikelola oleh kelompok yang bernaung di DLH. Kelompok tersebut akan langsung menjemput sampah yang ada di rumah-rumah masyarakat. Jika masyarakat memiliki 30 kilogram sampah yang sudah dikumpulkan, maka sampah tersebut akan diambil dan langsung dibayar tunai.
Terkait harga, Yama juga belum menyebutkan secara detail. Namun katanya, harga sampah botol plastik air mineral saat ini menurun. "Yang naik harganya sampah plastik keras, seperti botol plastik oli. Detailnya nanti, kita akan atur harganya agar bisa stabil. Nanti kita akan belajar sepenuhnya dari Balikpapan," katanya.
Geliat Bank Sampah ini kembali digaungkan ketika Samarinda memasuki fase relaksasi tahap ketiga. Tim yang berada di lapangan juga sudah memilah-milah sampah sejak 1 Juli. "Hal ini merupakan bagian dari proses pengurangan sampah di Samarinda," terangnya. Selama pandemi, tidak ada kendala apapun yang dialami oleh stafnya yang berada di lapangan. Mereka tetap bekerja seperti biasa dengan mengikuti protap kesehatan. Yakni menggunakan masker, jaga jarak, dan rutin mencuci tangan. "Walaupun instansi lain diminta untuk Work From Home (WFH) tapi kita tetap bekerja," imbuhnya. (nad/dah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: