Sekolah Swasta Tarik SPP Penuh
"Kalau dari pemerintah bantuan sebenarnya sudah ada, dari Bosda dan Bosnas. Kalau digunakan untuk sekolah swasta, sebenarnya bisa dibilang nggak cukup juga. Karena swasta agak berbeda, seperti biaya SPP saja sudah beda," terangnya.
Pengeluaran biaya operasional sekolah swasta memang cukup besar. Selama ini pihak sekolah hanya mengharapkan pendapatan dari biaya SPP. Untuk menutupi biaya operasional yang dikeluarkan.
"Biaya operasional sekolah itu, seperti gaji guru misalnya. 'Kan sebagian besar guru sekolah swasta adalah honorer. Jadi dengan Bosda dan Bosnas ya nggak bisa terpenuhi seratus persen," ungkapnya.
Sementara itu, Ngatiran membeberkan sejumlah tahapan agar pihak sekolah dapat menggunakan dana BOS. Yang utama adalah wajib memberikan lampiran manajemen pengelolaan keuangan sekolah. Yakni melalui laporan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).
"Rencana anggaran itu kemudian dikumpulkan dan dikirim. Kalau sudah dikirimkan baru dana itu bisa cair. Sudah cair, dikumpulkan lagi Buku KAS Umum atau BKU. Baru dibikin lagi laporan yang riilnya. Jadi ada tiga kali bikin laporan," terangnya.
Ngatiran mengaku bahwa pihak sekolah akan mengalami kesulitan. Ketika para siswa mulai masuk sekolah pada 13 Juli mendatang. Dalam hal ini, kegiatan belajar mengajar nantinya wajib menerapkan protokol kesehatan dengan physical distancing.
Sehingga pihak sekolah terpaksa harus menerapkan sif. Agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung. "Kalau satu kelas berjumlah 30 siswa, maka terpaksa harus dibagi dua dan tentunya membutuhkan ruangan kelas lagi. Jadi harus ada sifnya," ucapnya
"Yang menjadi permasalahannya, bila ada sif pasti akan mengalami pembengkakan biaya lagi. Karena gaji guru sesuai dengan jamnya dia mengajar. Jadi biaya dua kali lipat," sambungnya.
Apabila proses kegiatan belajar mengajar belum boleh diberlakukan tatap muka secara langsung dengan pemerintah. Maka pihak sekolah kembali melangsungkan mengajar via daring. Apabila hal itu terjadi, pihak sekolah nantinya juga akan sedikit mengubah pola dalam hal memberikan tugas kepada siswa.
Para guru nantinya memberikan tugas kepada siswa hanya sekali dalam seminggu. Hal itu untuk menghindari menumpuknya tugas-tugas yang dikumpulkan siswa, lalu dikoreksi oleh guru.
"Satu guru misalnya, mengajar satu mata pelajaran di lima kelas. Setiap satu kelas ada 30 siswa. Dalam seminggu ada 3 jam mata pelajaran di kelima kelas itu. Jadi begitu diberi tugas, kemudian dikumpulkan via online, maka cukup membuat keteteran. Kalau tatap muka tugas bisa langsung dikumpulkan,” ungkapnya.
Menurutnya, sistem kegiatan belajar mengajar via daring cukup merepotkan. Para guru dan siswa terkadang harus menemui sejumlah kendala mulai dari jaringan lelet hingga paket kuota internet cepat habis.
"Kemarin kita sudah coba dan ada kendala, sebagian siswa kami tidak 100 persen tempat tinggal mereka bisa terjangkau dengan internet bagus. Selain itu, tidak semua siswa kami juga yang memiliki android sesuai standar aplikasi yang digunakan, karena ram rendah," pungkasnya.
BISA AJUKAN KERINGANAN
Sementara itu, Kepala Sekolah SMP IT Al Auliya Balikpapan Achmad Fajar Aprianto mengaku, telah berkoordinasi dengan pihak yayasan dan komite. Untuk memberikan bantuan pengurangan biaya SPP sebesar 25 persen, selama masa pandemi. "Buat orang tua terdampak, bisa mengajukan keringanan," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: