Jalan Ninja City agar Lepas dari Sanksi

Jalan Ninja City agar Lepas dari Sanksi

Manchester City telah menyiapkan segalanya untuk memenangi persidangan. (Image/ESPN)

November 2018, sebuah situs bernama Football Leaks dan majalah asal jerman Der Spiegel mengeluarkan laporan yang mengejutkan publik sepak bola. Beberapa tim Eropa terjerat penyelewengan Financial Fair Play (FFP). Paris Saint-Germain dan Manchester City didapuk jadi dua tim yang pelanggarannya paling vital. Motifnya sama, memanipulasi laporan keuangan.


Dengan transfer gila-gilaan yang dilakukan PSG dan City beberapa tahun terakhir menjadi pertanyaan besar. Yakni, dari mana uangnya?


Der Spiegel yang bekerjasama dengan Football Leaks telah melacak bahwa kedua tim memasukkan dana raksasa dari owner klub. Padahal jelas, dalam aturan FFP dana yang dikelola klub haruslah berasal dari uang yang didapatkan klub itu sendiri. Baik dari sponsor, tiket, marchendise, dan kompensasi dari kompetisi yang diikuti.


Saat laporan itu dibuat, UEFA berjanji akan menelusuri temuan tersebut. Publik sempat ragu. Karena track record UEFA terhadap kasus FFP yang melibatkan tim elit Eropa sangat buruk. Kebalikannya jika berhadapan dengan tim dari luar 5 besar liga top Eropa.


Lebih dari setahun UEFA melakukan ‘penyelidikan’. Maret tahun lalu UEFA mendakwa Manchester City bersalah dan terancam sanksi larangan bermain di kompetisi Eropa selama dua musim. FA sendiri sempat akan memberi sanksi tambahan jika City terbukti bersalah di pengadilan.
Kasus terus berjalan. UEFA terus melakukan penyelidikan tambahan ke klub. Manchester City, menurut UEFA disebut menghalang-halangi proses ponyelidikan itu.


Kini City benar-benar diambang sanksi berat. Yakni larangan bermain di kompetisi Eropa (Liga Champions dan Liga Europe) selama dua musim beruntun terhitung dari musim depan. Serta denda sebesar 200 juta paun. Belum lagi ditambah sanksi susulan dari federasi sepak bola Inggris.


Lebih berbahaya bagi City karena tidak bermain di kompetisi Eropa, dimana mereka tak pernah absen bermain di Liga Champions sejak musim 2011/12. Potensi kehilangan pendapatannya mencapai 100 juta paun.


Hukuman itu juga akan membuat pemain bintang ogah untuk mendarat di Etyhad Stadium. Setidaknya selama dua musim ke depan. Masalah City bakal lebih berat jika mayoritas bintang mereka akan hengkang karena absennya tim tetangga Manchester United itu di kompetisi paling bergengsi di dunia, UCL.


Tapi, Manchester City bukanlah tim biasa. Mereka sudah menyiapkan jalan ninja. Yaitu menyewa pengacara super. City telah menyewa sekelompok pengacara terkenal untuk mewakili mereka di sidang CAS. Tim hukum mereka dipimpin oleh David Pannick QC dari Blackstone Chambers dan Paul Harris QC dari Monckton Chambers.


Lord Pannick berhasil mewakili Gina Miller melawan pemerintah pada bulan September ketika Mahkamah Agung memutuskan Perdana Menteri Boris Johnson bertindak ilegal dengan menangguhkan Parlemen.


Pengacara UEFA termasuk Dr Jan Kleiner, mitra di Bär & Karrer dan ketua kelompok praktik olahraga perusahaan Swiss, dan Mark Phillips QC dari South Square Chambers.


City nampaknya paham betul kelemahan UEFA. Federasi sepak bola Eropa itu memang kurang garang di meja hijau. Jejak rekam UEFA di kasus FFP melawan tim besar memang payah. Dengan menyiapkan pengacara tangguh, City berharap bisa lolos dari sanksi.


Sidang CAS sendiri akan dilakukan dalam beberapa hari ke depan. CAS akan menghadirkan 3 hakim dan persidangan akan dilakukan secara daring.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: