Liverpool Tetap Akan Rayakan Gelar
Momen Liverpool merayakan gelar UCL musim lalu. (Joanna Durkan/This Is Anfield)
Hingga Premier League berumur 27 tahun. Liverpool yang kala itu sangat digdaya, belum juga bisa meraihnya. Sampai musuh bebuyutannya,Manchester United meraih 13 kali. Tim kaya baru, Chelsea (5), Manchester City (4). Arsenal 3 kali meraihnya. Bahkan tim semenjana Blackburn Rovers dan Leicester City meraih masing-masing sekali. Liverpool masih setia dengan semangat ‘Next Year’. Jika ditotal, tim Kota Pelabuhan sudah berpuasa gelar Liga Inggris selama 30 tahun.
Musim ini harusnya semua kutukan itu terputus dengan dramatis. Liverpool telah kembali. Liverpool yang di era First Division adalah pemegang tahta raja. Kini terlahir kembali.
Jika memenangkan dua laga Premier League, harusnya pada tanggal 21 April Liverpool sudah dipastikan juara. Empat hari kemudian Anfield akan merayakan pesta besar saat mereka menjamu Burnley. Dan di akhir musim, Kota Liverpool akan mengarak trofi Liga Inggris itu. Diikuti oleh pesta meriah.
Namun semesta sepertinya belum memberi restu pada Liverpool. Untuk merayakan juara sebagaimana mestinya. Corona kadung menyerang Inggris Raya. Liga lalu dihentikan dua pekan sebelum Liverpool seharusnya merayakan gelar tersebut.
Time flies. Pemerintah Inggris sudah mengizinkan liga kembali berjalan. Dalam konteks ini, fans Liverpool sangatlah lega karena sebelumnya ada wacana jika Liga Inggris dihentikan total tanpa ada juara dan degradasi.
Hanya yang jadi soal kemudian adalah. Baik federasi dan pemerintah tidak mengizinkan Liverpool merayakan juara dengan cara melakukan parade atau semacamnya. Benar-benar tak boleh melakukan perayaan di tempat umum.
Dengan hanya butuh memenangkan dua dari sembilan pertandingan, Liverpool hampir dipastikan akan merengkuhnya dalam waktu dekat. Mereka akan juara, tapi hanya boleh merayakan di dalam stadion. Yang tanpa kehadiran satu suporter pun itu.
Merayakan juara tanpa fans bukanlah jalan ninja yang dimiliki Jurgen Klopp –pelatih Liverpool-. Ia sudah berencana untuk tetap mengadakan parade juara. Di Kota Liverpool. Bersama para pendukung Liverpool tentunya.
Tapi tenang, Klopp bukan sedang merencanakan upaya pembangkangan. Malah sebaliknya, rencana yang diutarakan Klopp bisa mereduksi kemungkinan warga Liverpool bertingkah bandel untuk tetap menggelar parade di masa pandemi seperti sekarang.
"Bahwa kamu tidak bisa merayakan juara dengan cara yang selalu kamu impikan, itu tidak baik. Aku benar-benar mengerti itu," kata Klopp pada Sky Germany sebagaimana dinukil dari Sky Sports.
"Maksudku, aku memikirkan hal yang sama. Merayakan juara sendirian di stadion, lalu pulang ke rumah, bukanlah cita-citaku.”
“Jika kamu berpikir kami akan melakukan itu, tidak, tidak seperti itu. Sayangnya kami tak bisa mengubah situasi saat ini (pandemi),” lanjut Klopp yang menyebut timnya tak akan melakukan hal bodoh untuk tetap merayakan gelar. Terlebih sampai melanggar protokol kesehatan.
Lalu apa yang dipikirkannya? Adalah merayakan juara semeriah mungkin jika pandemi sudah reda bahkan benar-benar tidak ada lagi di Tanah Inggris. Bahkan jika masa normal itu akan hadir di paruh musim depan, Liverpool tetap akan merayakannya secara besar-besaran bersama fans.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: