Memetik Hikmah Ramadan di Tengah Pandemi

Memetik Hikmah Ramadan di Tengah Pandemi

OLEH: READY WICAKSONO Ramadan datang di tengah pandemi. Riuh Ramadan yang biasanya dialami tiap tahun meredup. Tiada lagi keramaian penjual takjil yang dikelilingi pembeli menjelang buka puasa; tiada lagi suasana gembira buka bersama antara kerabat dan sahabat; tiada lagi keramaian salat tarawih berjamaah yang menghangatkan hati. Namun, semua itu tidak membuat Ramadan kali ini kehilangan makna. Justru banyak hikmah yang bisa dipetik dari Ramadan di tengah pandemi Covid-19 ini. Pertama, ini adalah ujian Allah terhadap keimanan dan ketakwaan segenap muslim di dunia. Mampukah kita menjaga kualitas puasa kita dalam kondisi yang lebih sulit? Mampukah kita menyikapi kesulitan ini dengan sabar dan tawakal? Jika kita mampu beradaptasi dengan kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan ibadah puasa dan mampu memanfaatkan Ramadan 1441 hijriah sebagai momentum untuk meningkatkan ikhtiar memutus rantai penularan virus corona dengan meningkatkan pembatasan sosial dan mengurangi pergerakan masyarakat, itulah sumber kemenangan dan keberkahan yang sesungguhnya dari Allah. Pengorbanan umat Islam dalam mengurungkan niat menjalankan tradisi mudik niscaya bermanfaat bagi kesehatan diri, keluarga, dan orang di tempat asal, serta meningkatkan amal sosial. Kedua, ini adalah pengingat Allah kepada umat manusia akan kekuasaan dan kebesaran-Nya. Betapa kecil, lemah, dan rapuhnya makhluk Allah yang bernama manusia. Hanya dengan organisme renik bernama corona, seantero manusia di muka bumi tunduk tidak berdaya. Tidak sedikit manusia yang luluh lantak kehidupannya: jatuh dalam krisis ekonomi dalam sekejap. Tiada artinya kecanggihan senjata yang dikembangkan, dipamerkan, dan disombongkan selama ini. Semua itu mengajarkan kepada kita tentang betapa daif manusia serta betapa agung dan kuasanya Allah. Semua itu menggambarkan ketidakpantasan manusia bagaimanapun pintarnya dan setinggi apa pun derajatnya untuk berbuat sombong di muka bumi. Hanya Allah yang Maha Besar dan Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ketiga, ini adalah pengajaran Allah agar manusia lebih melek teknologi dan mempercepat membangun peradaban baru: peradaban yang serba internet atau Internet of Things (IoT). Manusia yang selama ini masih tidak memedulikannya, masih enggan belajar dan beradaptasi, masih gamang dan gagap menghadapi gelombang revolusi industri 4.0, sontak dihadapkan pada kenyataan tentang pentingnya penguasaan dunia daring (online). Suka atau tidak, mau atau tidak, manusia di muka bumi kini harus mengubah cara belajar, cara mengaji, cara berdakwah, cara belanja, cara bersilaturahmi, dan pelbagai tata cara kehidupan lainnya dengan cara baru berbasis internet. Kemampuan adaptasi terhadap peradaban baru ini akan menentukan kesintasan (survival) ataupun kualitas hidup seseorang di masa depan. Baik secara individu maupun secara kelompok dalam suatu institusi, perusahaan, organisasi masyarakat, ataupun perserikatan lainnya. Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Tingkatkan keimanan, ingatlah kekuasaan Allah, dan sambutlah peradaban baru. Petiklah hikmah Ramadan di tengah pandemi. (*Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Balikpapan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: