Hery Seputro: Bakti Merawat Bahari

Hery Seputro: Bakti Merawat Bahari

Kecintaan pada laut tumbuh saat memandu para wisatawan asing mengeksplorasi keindahan alam Derawan. Pun ketika menjadi aparatur sipil negara, ia memutuskan tetap setia merawat bahari. Sarjana komputer ini mendedikasikan hidupnya  merawat pesisir. Menjaga biota laut. Saat masih tercatat sebagai mahasiswa semester I Universitas Balikpapan, Hery Seputro melayangkan surat lamaran menjadi pemandu wisata bawah laut. Tak menyangka, meski belum punya pengalaman menyelam, ia menjadi salah satu dari tiga kandidat yang diterima. Ia menyisihkan kandidat lain karena lolos tes bahasa Inggris dan beberapa ujian lainnya. Kepiawaiannya berbahasa internasional menjadi poin tambahan.  “Rupanya perusahaan itu yang punya pak Seno (Senoadji Sastrodiantoro), salah satu instruktur selam yang tergabung di PADI (Professional Association of Diving Instructors),” katanya. Setelah diterima, para kandidat dilatih teknik penyelaman selama tiga bulan. Cukup mahir, mereka pun dikirim ke Derawan. Selain melayani tamu yang ingin mengeksplorasi keindahan Derawan, sebagai pemandu juga harus bersedia memberikan bantuan para turis selama di darat. Butuh proses cukup panjang sebelum Hery mampu mengenal terumbu karang, mengetahui jenis ikan dan lokasi favorit mereka, sampai teknik yang baik menyelam di kedalaman dengan arus yang deras. Sadar bahwa kliennya rata-rata para profesional, Hery pun menambah pengetahuan. Berbagai buku, literatur dan bahan bacaan tentang laut dia lahap. Setiap menjumpai hal baru selalu dicari tahu. “Mereka (klien) pofesional. Artinya setiap menyelam selalu membawa kamera dengan tujuan memotret atau membuat film. Ada yang dijual, kadang untuk diri sendiri. Karena itu saya harus bisa menyediakan informasi yang bisa membantu,” katanya. Karena itu, sebelum mulai menyelam, biasanya selalu ditanyakan tujuannya. Dari situ, Hery akan mengarahkan kemana harus membawa tamunya. Misal ada tamu yang ingin melihat kudalaut, maka ia akan mengarahkan lokasi kudalaut. Ada yang ingin meneliti hewan kecil, maka dicari spot khusus tempat hewan yang dimaksud. Ada tamu yang ingin menyaksikan ikan pari, hiu, jelly fish, akan diarahkan ke lokasi biota lau itu. Untuk mengetahui spot-spot binatang laut itu, Hery cukup lama melakukan survei. “Misalnya untuk mengetahui lokasi ikan pari manta (manta ray), kita harus terjun ke perairan yang menyebabkan badan gatal. Itu menandakan banyaknya plankton yang menjadi makanan manta ray,” kata Hery. Plankton biasanya mengikuti arus, sedangkan ikan melawan arus. Momen itulah yang menjadi pertunjukan bagi wisatawan sehingga ada kesempatan untuk mendokumentasikan. Untuk keperluan para kliennya Hery mempelajari semua hal tentang biota laut, habitat, serta ekosistem. Bahkan, ia dengan gampang menyebut nama-nama hewan laut itu dalam bahasa latin. Berdasarkan penelitian yang dia lakukan, kawasan Derawan punya klaster masing-masing. “Di Derawan bagus untuk eksplorasi hewan makro, dan penyu. Lalu di Sangalaki terdapat manta ray, pari raksasa. Sementara Kakaban kaya akan jelly fish lake atau ubur-ubur yang tidak menyengat. Sedangkan Maratua terkenal dengan big fish country,” jelasnya. Di lokasi terakhir itu, banyak dijumpai ikan barakuda, juga napoleon. “Orang Bajau menyebutnya sebagai kehe guita. Kehe berati lubang dan guita adalah gurita. Amerika menyebutnya ikan mauri karena mirip wajah orang Mauri,” imbuh Hery. Selama menjadi pemandu, Hery mengaku pernah menyaksikan pari manta selebar 3 meter. Dia juga sering menyaksikan schooling ikan barakuda atau tiger shark. Agar bisa menyaksikan atraksi itu, memang diperlukan pengalaman, skill dan keberanian. “No current no big fish. Arus yang kencang pasti ikannya gede. Tantanganya ada di arus. Ikan ngelawan arus, kita ikuti arus jadi pasti ketemu. Makanya pemandu selam biasanya punya motto just follow the current,” kata dia lagi. Dekompresi Akibat Klien Selain pengalaman menakjubkan dapat menyaksikan dunia bawah laut, Hery juga punya cerita tak menyenangkan ketika bertugas. Seorang dive master asal Amerika memandang sebelah mata kemampuan guide asal Indonesia. Dia menolak penyetelan perlengkapan selam. Suatu saat, ketika menyelam di lokasi ekstrim Kakaban, arus sedang kencang. Ada schooling baracuda, diikuti hammer head atau hiu martil. Saking asyiknya mengikuti ikan, sampai kehabisan oksigen di kedalaman 30 meter. Ternyata ada kebocoran pada tabung oksigen akkibat kesalahan pemasangan. Bergegas, Hery menyodorkan selang darurat untuk pertolongan. Cerita lainnya berasal dari turis Jepang. Lantaran keasyikan mengikuti hiau dan ikan napoleon, tak sadar jika tekanan udara sudah habis. “Dia lupa melihat indikator depth gauge dan pressure gauge,” cerita Hery. Cukup panik karena melihat kondisi fisik klien, tanpa berpikir panjang dia langsung menyerahkan selang dan tabung oksigen. “Saat itu kedalaman lebih dari 30 meter, arus kencang, dan ikan barakuda muter-muter. Klien menyedot oksigen sampai hampir habis. Dari 2.000 psi sampai mendekati separuh. Jika di kedalaman itu dipakai 2 orang, akan cepat habis. Makanya saya mengalah dan kembali ke permukaan tanpa tabung,” ujarnya. Dengan mulut yang dipaksa menganga menjaga supaya paru-paru tak pecah. Ia sampai di permukaan. Setelah mendapatkan tabung oksigen cadangan ia kembali ke dasar dan menetralisir dekompresi yang dialami. “Masyarakat kita biasa menyebut dekompresi dengan hantu laut,” imbuh Hery. Sesuai standar keamanan, tabung oksigen dengan ukuran 3.000 psi mampu bertahan selama 60 menit. Durasi itu dihitung sejak masuk ke dalam air, sampai tiba kembali di permukaan.   Jadi PNS dan Aktivis Lingkungan Setelah dua tahun menjadi pemandu selam, ia kembali ke Balikpapan dan melanjutkan pendidikan. Hery memutuskan kuliah di sekolah tinggi ilmu komputer (STIKOM) dan mencari pekerjaan lain. Tahun 2003 ia diterima sebagai tenaga honorer di bagian Ortal Sekretariat Kota Balikpapan. Sambil mengurusi sistem teknologi informasi, ia juga aktif dengan para blogger Balikpapan. Keahliannya menyelam juga terus diasah melalui komunitas yang diikuti. Ia adalah anggota komunitas Forum Penyelam Balikpapan. Di bidang lingkunga, Hery adalah anggota Forum Peduli Teluk Balikpapan, Gerakan Pennyelamat Teluk Balikpapan, Koalisi Penyelamat Satwa, Borneo Wildlife Education & Conservation, dan puluhan organisasi lingkungan lainnya. Melalui organisasi yang diikuti, Hery mengkampanyekan perlindungan dan penyelamatan kawasan pesisir. Tak sekadar bersuara, dia juga turun tangan. Mulai menanam mangrove di kawasan Manggar, menyelamatkan hewan konservasi, sampai membentuk relawan yang terdiri nelayan dan anak muda. Setelah menjadi Koordinator Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Klandasan, dia mengedukasi nelayan agar tak menangkap penyu. “Ketika nelayan tak sengaja menangkap hewan yang dilindungi, mereka langsung mengontak saya,” kata pria yang terlibat dalam pemecahan rekor pengibaran bendera di bawah laut pada 2018. Ketika tumpahan minyak menggenangi Teluk Balikpapan, Hery masuk sebagai tim selam Kementerian Lingkungan Hidup untuk menginvestigasi dampak peristiwa itu. Ia juga masuk dalam tim Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam pengambilan data oceanografi peristiwa itu. Pengambilan data pada bencana ekologi itu sangat menantang karena jarak pandang di bawah 10 meter mencapai zero. Alias tidak terlihat. “Saat itu, kami bekerja di kedalaman 30 meter dengan tantangan arus deras, lalu lintas di permukaan yang ramai dan jarak pandang zero. Tangan sendiri pun tak nampak,” katanya. Bersama mahasiswa IPB pula, ia menjadi pendamping ekspedisi dalam penelitian habitat Duyung Dugon di Teluk Balikpapan. Tahun lalu, Hery juga membantu penelitian untuk disertasi mahasiswa S3 Tohoku Iniversity Jepang di kawasan mangrove. Dan menmapingi puluhan mahasiswa lain dalam penelitian mereka tentang pesisir, biota laut dan ekosistem yang ada di sekitarnya. Pesisir Harus Dijaga Hery Seputro mengatakan, kondisi pesisir Balikpapan berbeda dengan Derawan. “Bottom composition-nya mud atau lumpur. Makanya keruh. Di Derawan bottom composition sand atau pasir. Maka kelihatan biru, jernih,” ujarnya. Kondisi tersebut diperparah dengan pemanfaatan teluk untuk lalu lintas kapal. Sehingga sangat sulit melihat pantai Balikpapan jernih. Meski begitu, secara umum kawasan pesisir masih cukup bagus dengan beberapa indikator pada tiga ekosistem utama. Yaitu terumbu karang, padang lamun dan mangrove.  Kawasan mangrove masih bagus karena masih ada biota seperti bekantan, monyet ekor panjang, kuntul, pekakak, ikan dan bangau. Sedangkan terumbu karang masih didiami penyu lekang, penyu sisik dan penyu hijau. “Ada 7 jenis penyu di dunia. 6 diantaranya ada di Indonesia. Dari jumlah itu 3 ada di Balikpapan,” kata Hery.  Kemudian padang lamun juga masih disinggahi biota mamalia laut, khususnya duyung dugong. Dari dua jenis dugong di dunia, dugong dugon ekornya seperti lumba-lumba ada di Balikpapan. Sedangkan dugong manate berekor kipas, adanya di Amerika Serikat dan Selatan, Amazon. Meski begitu, Teluk Balikpapan terus terancan keberadaannya dengan pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Hery dan komunitas yang dibinanya terus bergerak merawat pesisir. (yos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: