Dokter di Garis Depan (2)#Lawan Corona; Baju Berlapis di Ruangan Tanpa AC

Dokter di Garis Depan (2)#Lawan Corona; Baju Berlapis di Ruangan Tanpa AC

Sejak wabah Coronavirus Disease (COVID-19) terdata masuk Kutai Kartanegara (Kukar). Ada yang ditetapkan sebagai pasien dalam pemantauan (PDP) dan ada dua orang dinyatakan positif, para perawat mulai sibuk. Nasibnya sama dengan pasien tersebut, ikut dikarantina. Oleh: M Rafii, Kukar FATHUR Rahman harus rela menahan rindu. Jauh dari istri yang tengah mengandung anak pertamanya. Usia kandungannya sudah empat bulan. Sudah dua pekan Rahman, sapaan akrabnya, menjadi orang dalam pemantauan (ODP). Bukan lantaran dia terpapar virus corona jenis baru atau COVID-19, melainkan karena ia kini ada di garis depan. Merawat pasien terindikasi corona dan pasien yang sudah positif terpapar. Rahman seorang perawat berusia 27 tahun di RSUD AM Parikesit Kutai Kartanegara (Kukar). Sejak ditemukannya pasien terindikasi virus yang berasal dari Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, Tiongkok di Kukar, ia harus rela meninggalkan keluarga kecilnya di Samarinda. Biasanya Rahman pulang pergi (PP) Samarinda – Kukar. Paling lama satu jam perjalanan. Namun, karena ia salah seorang yang ditunjuk untuk menangani wabah COVID-19 itu, akhirnya harus ikut dikarantina. Seperti prosedur yang ditetapkan. Lantaran berinteraksi dengan pengidap positif. Rahman dan teman-teman sejawatnya sadar. Risiko terpapar dalam pekerjaannya sangat tinggi. Sudah banyak cerita soal itu. Karenanya mereka sampai rela kehilangan waktunya untuk bersosialisasi. Berkumpul bersama keluarga. Hanya untuk merawat pasien-pasien tersebut. Selain itu, satu hal yang harus ia lawan. Yakni menaklukkan kekhawatiran akan terpapar virus corona jenis baru itu. Di balik itu semua. Rahman merasa bangga. Bisa ambil bagian dalam melawan COVID-19 di Kukar. "Jadi kebanggaan tersendiri bisa bergabung di tim ini. Dipercaya oleh rumah sakit untuk menjaga pasien COVID-19," ujar Rahman, saat diwawancarai Disway Kaltim. Rahman awalnya merupakan seorang perawat di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD AM Parikesit. Namun ia diberi kepercayaan untuk fokus dalam penanganan isolasi COVID-19. Sejak dua pekan terakhir. Ia menceritakan bagaimana saat-saat dirinya akan merawat pasien positif. Harus menggunakan setelan baju hazmat. Yang berlapis-lapis. Ia kenakan selama menjalani giliran jaga. Begitu terbayang bagaimana panasnya. Tanpa dilengkapi Air Conditioner (AC) dalam sebuah ruangan isolasi. Karena kabarnya virus tersebut tidak betah dalam kondisi gerah. "Jadi ya, sepengap-pengapnya (gerah) tu lah," ujar Rahman. Terlebih kalau dapat jatah jaga shift malam. Dirinya harus memakai Alat Pelindung Diri (APD) tersebut selama 10 jam. Bukan waktu yang singkat. Makan, minum, buang air kecil (BAK) hingga buang air besar (BAB) harus ditahan. Hanya demi menghemat APD. "Jadi semalaman pakai itu dulu, istirahat, tidur hingga salat pakai terus, hingga berbekas di wajah," lanjutnya. Selama ini ia masih tahan. Menahan BAK dan BAB. Tanpa harus menggunakan pembalut (popok). Karena ada sebagian perawat atau dokter yang mengenakan itu ketika giliran jaga. Untungnya manajemen rumah sakit masih menyediakan keperluannya selama dua minggu terakhir. Baik itu makan-minum, tempat tidur, hingga laundry. Ditambah bantuan dari masyarakat melalui berbagai organisasi. Setiap langkah atau keputusan yang diambil, pasti menimbulkan suka dan duka. Duka yang dialaminya memang cukup menggetarkan hati. Apalagi ia baru menikah akhir tahun lalu. Namun kini tidak begitu sulit. Masih bisa memanfaatkan teknologi smartphone. Video call dengan sang istri menjadi rutinitas di kala senggang. Untuk sekadar memberi kabar dirinya sedang baik-baik saja. "Tapi istri kadang komplain juga, kapan pulang, kenapa lama betul," ujar Rahman, mencontohkan. Terlebih dirinya saat ini ditetapkan sebagai Orang Dalam Pemantauan (ODP). Dikarenakan berhadapan langsung dengan pasien positif COVID-19. Tidak bisa kemana-mana. Ia ikut dikarantina di ruangan khusus perawat RSUD AM Parikesit Kukar. Karena itulah, dia berpesan kepada seluruh masyarakat Kukar. Baik yang belum ditetapkan sebagai ODP maupun PDP yang masih "nakal", agar tetap berdiam diri di rumah. "Kalau memang enggak urgent enggak usah keluar. Enggak usah nongkrong dulu, " imbuh Rahman. (dah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: