Banjir Salah Siapa? Aktivis: Pemerintah, Pemkot: Warga…
Walhi Kaltim dan Pemkot Samarinda saling membongkar penyebab utama banjir di ibu kota. (Michael/DiswayKaltim) Samarinda, DiswayKaltim.com - Beberapa daerah tersebut sudah berubah menjadi pemukiman dan jalan raya. Kepala Departemen Advokasi dan Kampanye Walhi Kaltim Hafidz Prasetyo mengatakan, sistem penanganan banjir yang dilakukan pemerintah saat ini kurang tepat. Karena selalu bicaranya mengenai proyek. "Bikin pompa air, perbaikan drainase dan sebagainya," katanya saat dijumpai dalam diskusi publik gagasan HMI dengan judul Banjir Salah Siapa di Jalan Abdul Wahab Syahranie, Sabtu (8/2/2020) malam. Permasalahan utama adalah banyaknya alih fungsi lahan di Samarinda. Tambang, perumahan dan properti adalah contohnya. Yang merupakan penyebab terbesar banjir di Samarinda. Karena itu daerah resapan air di Samarinda hilang. "Parahnya, mereka itu berada di daerah resapan air. Itu kan pemerintah yang memberi izin. Itu yang kami persoalkan. Dan itu juga alasan kami kenapa pemerintah harus bertanggung jawab mengatasi persoalan ini," tegasnya. Ia menyebut setiap daerah harus membuat Kajian Lingkungan hidup Strategis (KLHS) sebelum membentuk aturan. Hal tersebut sudah di atur dalam UU nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. "Contohnya mau membangun rumah. Ya harus membuat KLHS. Karena itu menjadi suatu rujukan yang jelas. Jadi tidak hanya memberikan izin dan sembarang membangun. Itu yang menjadi sorotan Walhi," terangnya. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda Nurrahmani punya pendapat. Katanya masyarakat punya andil pemicu terjadinya banjir. Seperti membuat usaha di atas drainase. Serta, rawa yang menjadi penampung air sekarang juga sudah berubah menjadi rumah batu. "Hal-hal yang berhubungan dengan pembukaan lahan. Bikin perumahan, harus memotong gunung dan lainnya. Ditambah banyak kegiatan yang belum melakukan kajian lingkungan sudah bergerak duluan," bebernya. Dia meminta kepada masyarakat untuk bersama-sama mengurangi masalah lingkungan. Dengan tidak lagi buang sampah sembarangan. Temasuk jangan menimbun rawah. "Sekarang tugas kita. Kalau bahasa saya, setiap ada perubahan itu, pasti menyakitkan. Buatlah di daerah kita resapan air. Jangan ditutup semua," tutupnya. (mic/boy)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: