Industri Hilir Adalah Solusi

Industri Hilir Adalah Solusi

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim Tutuk Setya Hadi Cahyono. (Khajjar/Disway Kaltim) Samarinda, DiswayKaltim.com - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim Tutuk Setya Hadi Cahyono mengatakan, memang sudah saatnya pemerintah melakukan hilirisasi industri. Hal ini dilakukan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi Kaltim yang stabil, berkesinambungangan dan inklusif. “Stabil artinya pertumbuhan ekonominya terus meningkat, jadi kalau tadinya tiga, terus ke empat, lima, enam dan seterusnya. Tinggi dan stabil. Gak dari tujuh, minus, 5, minus lagi,” sebutnya, Jumat (31/1). Sementara berkesinambungan, kata dia, artinya terus berkelanjutan. Ada sektor-sektor yang terus mendukung terciptanya pertumbuhan yang stabil dan tinggi tadi. Inklusif, bisa memberikan dampak kesejahteraan kepada masyarakat secara keseluruhan. “Tidak eksklusif, hanya orang tertentu saja yang menikmati. Tapi semua, mulai dari elite, UMKM, masyarakat menengah dan ke bawah. Seberapa besar menikmatinya? Tergantung kontribusi,” ungkap Tutuk. Kaltim disebut Tutuk memiliki potensi untuk menciptakan tiga kriteria pertumbuhan ekonomi tersebut dengan mengembangkan hilirisasi industri. Sesuai dengan potensi sumber daya alam (SDA) yang dimiliki Bumi Mulawarman. Salah satunya adalah kelapa sawit. “Karena kalau barangnya masih seperti itu (mentah, red) belum bisa memenuhi syarat  untuk stabil. Semakin diproses lebih tinggi, semakin ada nilai tambah dan harganya lebih stabil,” sebutnya. Crude Palm Oil (CPO) dari kelapa sawit, kata Tutuk, bisa diproduksi menjadi biofuel untuk memenuhi kebutuhan pabrik-pabrik industri otomotif di Jawa Barat. Ia menyebut industri otomotif Indonesia sudah memiliki daya saing di ASEAN. Hilirisasi adalah solusi untuk bisa melakukan dorongan besar mengangkat pertumbuhan ekonomi sesuai dengan tiga kriteria tadi; stabil, berkesinambungan dan inklusif. Hal pertama yang dilakukan untuk membangun hilirisasi Kaltim adalah mengundang masuknya investasi. Sayangnya, iklim investasi di Kaltim masih minim. Tutuk menyebut, masalah regulasi, biaya logistik, transportasi, dan infrastruktur jadi kendala masuknya investasi. “Investor itu mencari di mana dia bisa berbisnis seefisien mungkin. Bandingkan misalnya, dia produksi di sini harganya Rp 100 juta sedangkan di Thailand bisa Rp 95 juta. Dia pilih mana? Kenapa di sini mahal dan di sana murah? Mungkin di Thailand ada insentif fiskal, pajaknya dikurangin dan sewa tanahnya murah,” jelasnya panjang lebar. Terciptanya industri hilir Kaltim tergantung bagaimana masalah-masalah tersebut bisa diatasi. Cepat, lambat, atau tidak sama sekali tergantung seberapa responsif Kaltim memenuhi kebutuhan investor. “Lahan ada, listrik tersedia, infrastruktur baik, dan keamanan kondusif. Kalau itu bisa dipenuhi oleh kita, maka dengan sendirinya investor akan masuk. Kita dalam hal ini, semua stakeholder dan siapapun yang berkepentingan,”  pungkasnya. (krv/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: