Memimpin Lima Perusahaan, Tepis Anggapan Sukses dari Warisan

Memimpin Lima Perusahaan, Tepis Anggapan Sukses dari Warisan

Glenn Aringga Nirwan.  2019 menjadi milik para milenial. Di bidang politik, banyak anak-anak muda menduduki jabatan eksekutif maupun legislatif. Di sektor bisnis, pengusaha –pengusaha senior mulai mewariskan tampuk pimpinan ke generasi berikutnya. Di Kalimantan Timur, tak sedikit ‘anak-anak’ milenial yang tampil, mengambil-alih kekuasaan dari para perintis. Glenn Aringga Nirwan, salah satunya. ------------------------------------------------------------------------- “Saya tidak mau bilang bahwa saya ini (mulai) dari nol. Kalau Glenn Nirwan mengaku dari nol, itu salah. Saya ini mewarisi orang tua untuk melanjutkan usaha mereka,” kata anak kedua pasangan Roy Nirwan dan Ida Royani itu saat dijumpai di kantornya yang asri. Glenn saat ini memimpin sedikitnya lima perusahaan di bawah bendera PT Balikpapan Ready Mix Pile (BRM) Pile. Perusahaan ini menjadi induk usaha berbagai korporasi yang terkoneksi dengan bidang infrastruktur dan konstruksi.   Ada BRM Marine, Goa Energi Mandiri, Balikpapan Ready Mix, Samarinda Ready Mix dan BRM Pile sendiri. Anak-anak perusahaan itu dibentuk untuk mendukung kebutuhan BRM Pile yang saat ini menangani berbagai proyek strategis nasional. Proyek yang dia kerjakan antara lain perluasan kilang Pertamina Balikpapan (RDMP), infrastruktur jalan dan jembatan, sampai suplai tiang untuk PLN. Mendapat warisan perusahaan yang sudah mapan bukan berarti Glenn ‘tak berkeringat’. Sebelum ditunjuk sebagai President Director yang mempekerjakan sekitar tiga ribu orang, ia sudah bergelut dengan pasir dan semen  ketika berumur 23 tahun. Pada 2014 ia memulai bekerja sebagai asisten produksi. Lalu pindah ke bagian finance supaya tahu harga komponen produksi. Kemudian jadi pemasar sebelum bagian purchasing.  “Semua saya kerjakan supaya mengerti benar barang yang saya ‘jual’,” kata penggemar balapan itu. Hobi itulah yang kelak membentuk jiwa kompetisinya saat memegang kendali. Terbukti ketika banyak pihak mengeluhkan kinerja perusahaan sejak 2017, BRM Pile tak hanya mampu bertahan. Bahkan sukses mengembangkan usaha ke berbagai daerah. Berikut wawancara Glenn Nirwan tentang ‘pengusaha warisan’ dan strateginya menghadapi persaingan. Khususnya dari perusahaan-perusahaan milik negara (BUMN). Pertumbuhan ekonomi nasional selama kurun waktu lima tahun terakhir stuck di kisaran 5 persen. Ekonomi dunia juga terpengaruh perang dagang Amerika-China. Banyak kalangan pengusaha terkena dampak. Bagaimana dengan BRM Pile? Tahun 2019 itu tahun berkah lah buat saya. Ini menjadi tahun terbaik selama saya memegang perusahaan. Karena saya juga mendapatkan satu proyek terbesar selama selama perusahaan ini berdiri. Proyek RDMP (perluasan kilang Pertamina) ini luar biasa besar. Dan saya Alhamdulillah mengejar proyek ini nggak satu, dua bulan. Tetapi setahun. Jadi kalau 2019 itu resesi global, Alhamdullah justru menjadi tahun yang sangat luar biasa. Jadi ya achievment tersendiri. Kita punya nilai proyek itu sangat besar. (dampak resesi) Mungkin pada sektor tertentu. Apabila dibandingkan tahun sebelumnya, jauh sekali (pencapaiannya). Saya pulang ke Indonesia itu 2016 cukup bagus. Saya tahu, karena 2014 sempat kerja di asisten produksi. Saat itu (pencapaiannya kalau diukur) ada di level 6. Begitu masuk tahun 2015 itu levelnya jatuh sekali. Karena waktu itu harga batu bara salah satu sektor pendukung ekonomi Kaltim lagi jatuh. Otomatis semua terkena seperti efek domino. Balikpapan sebagai kota pendukung sektor jasanya batu bara itu merasakan efek yang luar biasa otomatis pembayaran macet. Keinginan orang membuka usaha menurun, purchasing dan demand kita menurun juga. Otomatis pembangunan-pembangunan ikut menurun. Sektor pembangunan swasta juga menurun karena rumah-rumah tidak ada yang dibangun. Hotel juga tidak dibangun. Dan proyek pemerintah macet. Kita tahu banget tahun 2016, 2017 itu sampai ada sampai ada gajinya karyawan yang tidak dibayar. Itu mempengaruhi juga yang kita punya usaha sangat terpengaruh. Kemudian semester kedua tahun 2017 harga batu baru kembali stay. 2018 tidak naik signifikan tapi merata. Mulai kita mencari pegangan, ibaratnya mulai beradaptasi lagi dengan keadaan. Di tahun 2019, beda ceritanya. Tahun 2019, buat saya naik terus. Tahun 2019 ini berkahlah buat saya, saya nikah, punya anak terus sekarang saya punya pekerjaan di level yang luar biasa. Bagaimana proses penunjukan Anda menjadi pemimpin grup usaha BRM Pile? Jauh sebelumnya, tahun 2014 saya pulang ke Balikpapan setelah kuliah di Australia.  Saya tidak memegang kendali, tapi sebagai karyawan. Awalnya jadi asisten produksi, kemudian finance, lalu marketing, sampai purchasing. Saya pelajari semua supaya tahu produk apa yang saya jual, berapa cost produksinya, darimana bahan bakunya. Dan sebagainya. Jadi saya bisa tahu jika ada masalah, bagaimana memecahkan masalahnya, dan kapan saat yang tepat untuk ekspansi. Lalu 2015 saya kuliah lagi satu tahun untuk belajar manajemen konstruksi. Tahun 2016 saya pulang dan menjadi wakil direktur. Saya sudah boleh ikut rapat dengan direksi lain, pejabat dan akhirnya menjadi front men. Tidak ada proses khusus. Saat itu ayah saya ingin istirahat. Mau lebih santai dengan keluarga dan cucu. Akhirnya saya melanjutkan. Ketika tahun 2017 saya berhasil mencapai target, saya diangkat menjadi presiden direktur. Sampai sekarang saya selalu melampaui target yang dibebankan. Karena terus terang menjadi pengusaha yang by nasab itu tantangannya luar biasa. ketika orang bilang ‘ya iyalah dia berhasil sudah dikasih usaha sama bapaknya. Dia duduk-duduk saja bagus hasilnya’, padahal nggak seperti itu. Sebuah sistem bisa berjalan, ketika kita memiliki surveilance yang bagus. Kalau cuma running by sistem ya nggak bisa berkembang. Bisa dijelaskan soal pengusaha by nasab itu? Jujur saja saya bilang bahwa saya tidak memulai usaha ini. Salah kalau saya bilang Glenn Nirwan memulai dari nol. Saya mewarisi usaha ini dari orang tua. Kalau menurut saya, jadi pengusha itu awal mulanya ada 3.  Yaitu by nasib, by nasab, by design. Saya kasih contooh. Orang jadi pengusaha by nasib itu kira-kira begini. Ketika mau kerja, sudah pontang-panting cari kesana kemari  nggak dapat-dapat.  akhirnya dia buka usaha, jualan. Itu yang membentuk dia menjadi pengusaha. Kemudian by nasab, ya artinya dari garis keturunan. Saya ini by nasab. Saya ini mendapatkan warisan dari orangtua untuk melanjutkan usaha mereka. Mewarisi usaha juga memiliki tantangan yang berbeda. Ketika usahanya stuck disitu-situ saja atau tidak berkembang, artinya saya tidak memiliki dampak positif pada usaha yang dijalani. Apalagi kalau usaha itu jatuh. Berarti saya gagal, gitu kan? Ketika saya stay artinya biasa saja. Makanya saya harus bisa membuat dua kali lipat dari usaha yang sekarang ini. Ketika tahun 2017 saya diberikan kepercayaan memegang kendali 100 persen perusahaan, saya bisa ekspansi ke Palu (Sulawesi Tengah). Saya buka pabrik yang sama dengan Balikpapan dengan skala produksi lebih kecil. Selanjutnya saya juga buka lagi perusahaan yang bergerak di bidang fuel karena membutuhkan dukungan solar. Itu saya lakukan untuk menjaga kestabilan pasokan dan kualitas bahan bakar. Perusahaan saya buat sendiri dengan kualitas yang saya tahu. Karena di perusahaan ini ada beberapa divisi. Yang terakhir itu pengusaha by design. Ini yang kami lakukan di HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia). Ketika kamu mau jadi pengusaha, kamu bisa ‘sekolah’ di situ, berteman di situ, dan berorganisasi di situ. HIPMI ingin menciptakan pengusaha by design. Di dalam HIPMI itu tidak harus punya usaha besar dulu. Karena kita punya moto pengusaha pejuang,  pejuang pengusaha. Orang yang masih berjuang jadi pengusaha boleh bergabung di HIPMI. Kita ini menampung pengusaha-pengusaha bukan untuk memberikan pekerjaan kepada mereka. Tapi memberikan link pekerjaan. Artinya begini, ketika ada usaha A, membutuhkan usaha B, mereka dipertemukan. Beberapa tahun terakhir ini banyak pengusaha besar yang mulai menurunkan bisnis ke anak maupun cucu. Apa pendapat Anda? Pengusaha ortodoks itu lama kelamaan akan tertinggal dengan pengetahuan dan teknologi anak muda. Kita lihat saja sekarang. Seperti orang-orang milenial sekarang yang pimpin perusahaan. Contohnya paling gampang menterinya orang muda. Karena sudah mulai sadar, cara kerja anak muda di zaman sekarang sangat cocok karena melek teknologi. Contohnya, saat kami membeli mesin pembuat U - Ditch atau gorong-gorong sempat dipertanyakan direksi karena harganya mahal. Padahal itu bisa meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Zaman dulu, membuat gorong-gorong memakan waktu 8 jam. Sekarang saya buat gorong-gorong itu, satu unit hanya membutuhkan waktu 15 menit. Dulu untuk satu cetakan saja butuh waktu lama. Sekarang hanya satu cetakan bisa produksi banyak. Itu yang orang tua saya tidak tahu. Kenapa? karena nggak searching di internet. Sekarang apa sih yang diketahui dari internet. Hal-hal ini yang tak terpikirkan. Nah, ini menjadi tantangan saya untuk mengembangkan perusahaan.  Apa strategi Anda menghadapi persaingan di industri ini? Siapa kompetitor terbesar BRM Pile? Saya orangnya suka challenge. Saya lahir dan besar di keluarga pebalap. Waktu kecil nggak kenal lego. Yang saya kenal kunci, obeng. Kelebihan jadi pebalap itu punya semangat juang yang besar. Begitu saya dikasih perusahaan ini, saya agak gugup juga. Saat itu usia 25 tahun. Ketika saya bertemu dengan kolega bisnis itu juga masih dipertanyakan. Ini beneran BRM kirim anggota? Ketika saya presentasi, alhamdulilah bisa percaya diri sesuai dengan yang saya jual. Saya bisa menjanjikan sesuai dengan realisasi. Saya nggak pernah mau jualan dengan memberikan janji yang bohong. Ketika kita jujur ketemu klien, dia bilang sama saya ‘kamu harus selesaikan dalam enam bulan’ kemudian saya bilang enam bulan dua minggu. Saya meminta waktu untuk maintenance dan  spare waktu antisipasi eror, akhirnya project itu jatuh juga ke kita. Janji yang disebutkan pengusaha sakral. Dan itu memberikan warna tersendiri dalam era baru. Tantangan ke depan itu persaingan dengan perusahaan sejenis yang diisi oleh deretan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang tidak kecil. BRM Pile ini salah satu perusahaan swasta yang punya standar ISO. Ketika bersaing dengan swasta punya nilai lebih. Yang susah ketika kita bersaing perusahaan nasional khususnya BUMN. Tapi kita harus buktikan nggak boleh takut. Kita harus confidence. Rencana pemindahan ibu kota negara ke wilayah Kalimantan Timur menjadi tumpuan banyak pihak dalam meningkatkan perekonomian. Bagaimana Anda melihatnya?   IKN ini sudah menjadi trending topic. Ini juga berhubungan dengan infrastruktur pastinya, apalagi membuka suatu kota baru. Saya syukur Alhamdulillah dengan karena itu membuat usaha semakin berkembang. Ini juga yang saya tekankan kepada teman-teman HIPMI untuk mendapatkan proyek atas dasar prestasi (kemampuan) jangan atas dasar belas kasihan, atas dasar kita orang daerah. Karena kita akan membangun mukanya indonesia. Kita harus berpikir, saya mau turut andil dalam membangun IKN karena punya prestasi karena punya kualitas.  Ketika masuk dalam proyek RDMP, saya harus bersaing dengan perusahaan nasional, BUMN. Tapi karena kualitas, kita dipilih. IKN akan sangat berdampak bagi ekonomi dan pengusaha. Pasti butuh beton, tiang pancang, saluran, jembatan. Pembangunan jalan tol juga menggunakan produk kita. IKN apalagi. Jadi kita harus bersiap. Saat ini berapa karyawan di BRM Pile? BRM Pile ini punya misi mendukung perekonomian daerah. Yang bisa saya buat adalah menyerap tenaga kerja lokal. Secara grup BRM punya sekitar 1.000 tenaga kerja. Kami juga mendukung program pemerintah dengan menyediakan barang berkualitas tinggi untuk proyek jalan, antisipasi banjir, dan sebagainya. Itu untuk mendukung kota kita lebih baik. (Fey/eny)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: