Pelayanan Dokter Terbang Diperluas

Pelayanan Dokter Terbang Diperluas

Pelayanan kesehatan oleh tim dokter terbang di Desa Tau Lumbis, Nunukan, beberapa waktu lalu.(dok disway) TANJUNG SELOR, DISWAY - Pelayanan kesehatan dokter terbang di wilayah terpencil, pedalaman dan perbatasan Kaltara, tahun ini diperluas. Yaitu terintegrasi dengan program bantuan akomodasi pasien rujukan. “Jadi, apabila ada pasien yang dalam pelayanan dokter terbang, diagnosanya butuh penanganan lebih, maka akan dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. Dalam hal ini, RSUD Tarakan dan RS lain yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan di luar Kaltara. Di sini, pasien dapat mengajukan permohonan bantuan akomodasi yang dilaksanakan Pemprov Kaltara,” papar Gubernur Kaltara, Irianto Lambrie. Data Dinas Kesehatan Kaltara, pada tahun ini untuk program dokter terbang dianggarkan Rp 3,5 miliar melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Kaltara. Menurut Irianto, anggaran tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya, khususnya dari APBD Kaltara yang sebesar Rp 739 juta. “Selain APBD, pada tahun lalu dari APBN juga dianggarkan. Nilainya sekitar Rp 127 juta. Jadi, total anggaran dokter terbang tahun lalu sekitar Rp 1,5 miliar,” kata gubernur. Program dokter terbang tahun ini, rencananya dimulai pada Februari mendatang. Tepatnya, di Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan. “Kalau dari data Diskes Kaltara, jadwal tentatif pelayanan dokter terbang dimulai pada 5 hingga 7 Februari 2020 di Puskesmas Long Bia, Kecamatan Peso, Bulungan. Dengan jenis pelayanan, di antaranya dokter spesialis anak, spesialis penyakit dalam, dan spesialis kandungan,” urai Irianto. Secara umum, sesuai jadwal yang disusun Dinkes Kaltara, untuk triwulan I 2020, program ini akan menyasar 3 kabupaten. Yakni, Bulungan, Malinau dan Nunukan. Bulungan sendiri, akan dilaksanakan di 3 titik, Nunukan 3 titik, dan Malinau 1 titik. “Penentuan titik pelayanan ini, disesuaikan dengan usulan dari pemerintah daerah setempat juga request masyarakat,” ungkapnya. Irianto mempertegas bahwa pelayanan yang diberikan pada program ini, sepenuhnya gratis. “Sekali lagi, program ini gratis. Bahkan obatnya diberikan secara gratis. Kalaupun ada obat yang belum dapat diberikan saat pelayanan, maka tim dokter terbang akan mengirimkannya kepada pasien. Jadi, pasien tak perlu memikirkan soal biaya pengobatan,” ulas Irianto sepertiu dirilis Humas Pemprov Kaltara. Gubernur berharap dengan meningkatnya sokongan anggaran pada program ini, pelayanan yang diberikan dapat lebih maksimal. Dan, tentunya jangkauan pelayanan baik secara kualitas maupun kuantitas pun meningkat dari tahun sebelumnya. “Pada 2019, dokter terbang berhasil melayani 3.529 pasien. Semoga pada tahun ini yang memanfaatkan program dokter terbang dapat lebih banyak. Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan Sumber Daya Kesehatan (Yankes SDK) Dinas Kesehatan Kaltara, Dedy Prasetya Noor, menambahkan, pelayanan di Kecamatan Peso, Bulungan pada 5 hingga 7 Februari 2020, direncanakan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Long Bia. “Secara umum, jadwal tentatif untuk pelaksanaan dokter terbang pada Februari dan Maret 2020 sudah kami susun. Sasarannya, ada di Bulungan, Nunukan dan Malinau,” jelasnya. Lebih jauh, Dedy meyakini bahwa pelaksanaan dokter terbang tahun ini dapat lebih baik dari sebelumnya. Ini berkaca pada pelaksanaannya tahun lalu, dimana animo masyarakat cukup tinggi. Diakui Dedy untuk pelaksanaan program dokter terbang tahun ini, tidak ada penambahan jumlah dokter spesialis. Sebab, program ini lebih mengedepankan pada unsur pengabdian para tenaga kesehatan ketimbang honor yang diberikan. “Tim yang diturunkan nanti, hampir sama dengan tahun lalu. Namun dilengkapi dengan alat kesehatan yang cukup memadai. Seperti, Apps Based Ultrasound, Fetal Dopler SR-100 dan lainnya,” ungkapnya. Salah seorang tenaga kesehatan yang diterjunkan pada program dokter terbang, Andy Kurniawan, dokter spesialis kandungan. “Yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program ini hanya waktu dan jaraknya. Sebab, dalam waktu pelayanan sekitar 4 hari, kami harus melayani sekitar 300 orang per harinya. Bahkan, pelayanan dilakukan hingga dini hari, apabila masih ada pasien yang membutuhkan,” jelasnya. Pun demikian, Andy mengaku cukup banyak pengalaman menarik yang diperolehnya selama mengikuti program ini. “Masyarakat yang kami layani selalu merasa senang. Dan, alhamdulillah selama pelayanan dilakukan, belum ada pasien yang mengeluh,” tuturnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: