Terapkan Teori Law of Attraction, Sisihkan Pendapatan untuk Sedekah

Terapkan Teori Law of Attraction, Sisihkan Pendapatan untuk Sedekah

Rumus Sukses Es Teler Dioji Berangkat dari sebuah teori, yang disebut law of attraction atau hukum tarik menarik dalam dunia bisnis, Santi, seorang ibu rumah tangga sukses mengembangkan usaha minuman es teler. Darul Asmawan, Balikpapan====================================== Ide bisnis Es Teler Dioji milik Santi itu, merupakan dampak dari kebiasaannya yang penyuka es teler. Setiap kali ke Samarinda, hampir tidak pernah absen membeli minuman yang berisi aneka buah itu. Karena seringnya, pada satu hari, ia berkeinginan juga membuat usaha jualan es teler, dan berhasil diwujudkan. Dia menyebut hal itu dengan teori law of attraction. Santi menceritakan, mulai merintis usaha dengan berjualan kacang telur pada 2016 dan berjalan cukup baik. Lalu dia berfikir, bagaimana caranya meningkatkan pendapatan. Jualan kacang telur saja tentu tidak cukup. Sejak saat itu, dia menargetkan setiap tiga bulan harus menghasilkan produk baru. Terbukti, saat itu dia mengeluarkan produk kacang pedas, inovasi dari kacang telur. Produk kacang-kacangan itu, disambut baik oleh pasar. Tentunya setelah dikemas dan dipromosikan dengan baik. Beranjak ke 2017, Santi berfikir lagi, apalagi ? Kemudian ia teringat dengan es teler. Akhirnya coba-coba membuat. Lalu dipromosikan lewat media sosial. Juga ditawarkan ke teman-temannya, hingga tersebar dari mulut ke mulut. Melihat prospek yang menjanjikan, Santi merekrut enam orang karyawan. Dipekerjakan sebagai kurir untuk mengantarkan pesanan es teler. "Selama setahun, jualan cuma dari rumah, pembeli mengorder terlebih dahulu. Kami ada kurir yang mengantar. Belum terlalu banyak, minimal dalam sehari ada tiga orderan," ujar Santi saat ditemui Disway Kaltim di outlet-nya Jalan Ruhui Rahayu, Senin (6/1/2019). Santi mengaku, belajar meramu es teler secara autodidak. Dengan ilmu seadanya dia menemukan resep es teler yang pas. Dengan paduan buah-buahan seperti alpukat, kelapa muda, apel, nangka dan lain-lain. Namun, resepnya dirahasiakan, terutama cara mengolah gulanya, yang manisnya pas. Untuk produksi dia dibantu seorang  karyawan di rumahnya. Sementara untuk promosi dan marketing dilakukannya sendiri. Kini, dia memproduksi beberapa varian rasa es teler, diantaranya es teler original, es teler durian dan es teler premium. Untuk pengadaan bahan baku, dibeli dari pedagang buah di pasar, beberapa pesan lansung dari petani. Es Teler Dioji mulai melangkah perlahan pada 2018. Santi memutuskan membuka outlet pertamanya di Jalan Syarifudin Yoes, di dekat perumahan Balikpapan Regency. "Opening outlet pertama, Alhamdulillah langsung ramai," ucap perempuan yang kerap disapa Yanti itu. Tak cukup dengan satu outlet, ia melebarkan sayap lagi  sampai terbentuk empat outlet. Namun dalam perjalanan, satu outlet ditutup karena kekurangan karyawan. Ketiga outlet-nya yang masih beroperasi ada di Jalan Ruhui Rahayu, kawasan Sepinggan dan Kampung Timur, Balikpapan. Satu outlet lagi, ada di Mal Fantasi yang akan pindah ke Mal Pentacity. Outlet tersebut, kata Santi, khusus untuk mengikuti festival Go food dari Gojek. Event itu digelar sepanjang tahun, untuk bergabung di festival itu, ujarnya, dia harus melalui proses seleksi yang cukup ketat. Santi melanjutkan, dari outlet es teler di festival makanan itu, dia mampu mengantongi omzet Rp 8 juta per harinya. "Jadi kita dapat support dan syukurnya lolos seleksi. Sistemnya bagi hasil, dari Rp 8 juta itu, kita bagi ke Gojek sebesar Rp 2 juta. Tapi penjualan juga naik turun, mengikuti tren pasar," jelasnya. Karena fokus pada pengembangan es teler, Santi terpaksa berhenti produksi kacang telur dan kacang pedas sejak 2018. Namun begitu, pada awal 2020 ini, dia berencana memproduksi lagi produk turunan kacang tanah tersebut. "Karena kekurangan tenaga, jadi produksi kacang telur dan kacang pedas berhenti sementara, hanya saat dekat hari raya saja memproduksi untuk memenuhi pesanan dari konsumen langganan, tapi kami berencana untuk memproduksi lagi " imbuh dia. Santi menjelaskan, kini dari semua outlet Es Teler Dioji miliknya, dia mampu meraup omzet rata-rata per bulan sebesar Rp 60 juta. Dengan tren penjualan yang naik turun. Dia mengatakan, hal itu terkait dengan karakter masyarakat Balikpapan. Yang cenderung cepat bosan terhadap satu produk, terutama kuliner. Biasanya yang dicari adalah produk yang tengah ramai dibicarakan di media sosial, atau dianggap baru dan unik. Untuk itu, inovasi selalu dibutuhkan sebagai jurusnya. Agar bisa bertahan membangun usaha. Untuk penjualan, selain dari outlet, pelanggan juga dapat memesan Es Teler Dioji melalui jasa ojek online. Bahkan, kata Santi, 60 persen penjualan dilakukan melalui jasa ojek online. Santi juga menceritakan pola bisnis yang dia terapkan. Menurutnya berbisnis, tidak melulu mengejar keuntungan yang besar. Perlu bagi dia menyisihkan sebagian penghasilan untuk disedekahkan atau diberikan kepada yang membutuhkan. "Yang paling utama bagi kami, adalah keberkahan dari usaha kami. Kami bersyukur bisa sampai seperti sekarang. Bersyukur jika bisa bermanfaat untuk orang lain, dengan menciptakan lapangan kerja misalnya, bahkan dari orang yang dipekerjakan itu juga bisa membantu keluarganya," tutur Santi. Prinsip yang diterapkan Santi itu, adalah pelajaran dari pengalaman hidupnya. Pernah terlilit utang pinjaman modal usaha sebelumnya di bank dan cicilan KPR. Santi mengungkapkan, bisnis es teler saat ini adalah bisnis tanpa pinjaman modal dari  bank. Hal itu dipahaminya sebagai bisnis tanpa riba. Bagi Santi, itu adalah titik balik hidupnya. Setelah dia menyelesaikan semua beban utang dan cicilan, bergabung dengan komunitas MTR (masyarakat tanpa riba). Belajar banyak terkait hal-hal seputar aktivitas utang piutang itu. "Bersyukur bisa menyelesaikan semua urusan dengan bank dan KPR. Dan memulai usaha tanpa pinjaman modal dari bank lagi. Saya merasa lebih berkah dan hidup lebih tenang sekarang," ucap Santi menceritakan pengalamannya. Pencapaian prestasi Es Teler Dioji, dalam hal inovasi dan manajemen bisnis, rupanya mendapat pengakuan dan perhatian dari banyak pihak. Santi menyampaikan, banyak pihak dari dalam dan luar daerah yang meminta kemitraan, franchise terhadap produknya. Namun dia tidak ingin terburu-buru menerima, masih merasa perlu mengembangkan usahanya. "Saya belum siap untuk di-franchise-kan. Mikirnya sekarang, agar bisnis ini bertahan lama. Saya juga takut, tidak bisa me-manage mitra saya. Kan belum tentu ramai terus, takutnya nanti kalau tiba-tiba redup, mitranya tidak kuat, kalau kami kan, alhamdulillah fundamental-nya sudah cukup kuat," pungkas Santi. (eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: