Pemilih Muda Kaltim Didominasi Gen Z, Pengamat Kasih Saran Ini Agar Bisa Dilirik Para Calon Kepala Daerah

Pemilih Muda Kaltim Didominasi Gen Z, Pengamat Kasih Saran Ini Agar Bisa Dilirik Para Calon Kepala Daerah

Saiful Bahtiar.--

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM – Pemilih pemula di Kaltim bakal menjadi rebutan bagi dua kandidat cagub dan cawagub. Yang dikhawatirkan, demi menggaet suara mereka, praktik politik uang pun mendadak dihalalkan.

Seperti diketahui jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) Kaltim sebanyak 2.821.202 orang untuk Pilkada 2024. Dari DPT itu, ada Data Pemilih Sementara (DPS) berjumlah 3.521 jiwa.

Angka ini merupakan pemilih yang usianya di bawah 17 Tahun. Berdasarkan Data KPU Kaltim 2024, pemilih milenial mendominasi sekitar 37 persen atau sebanyak 1 juta pemilih. Sementara itu, generasi Gen Z yang berusia 26 tahun ke bawah mencapai 670 ribu pemilih.

Hal ini menjadi sorotan Pengamat politik, Saiful Bachtiar. Ia mengatakan bakal adanya potensi pemberdayaan terhadap pemilih pemula demi mendulang suara di kontes Pilgub.

BACA JUGA:Sosialisasi ke Pemilih Pemula, Bawaslu Kaltim Ingatkan Jangan Sembarang Sebar Pesan

BACA JUGA:Edukasi Pemilih Pemula, FISIP Unmul dan GBI Kelir Samarinda Gelar Sekolah Kebangsaan

"Kedua belah pihak itu sedang berusaha semaksimal mungkin dengan berbagai macam cara termasuk juga dengan penguatan-penguatan di tim IT-nya, di media sosial berusaha untuk merebut perhatian generasi Z atau pemilih muda," ucapnya Senin, (7/10/2024).

Saiful menerangkan, Jika masing-masing paslon ini ingin menggaet suara pemilih muda, tentunya harus menggunakan beragam strategi yang bisa menarik perhatian mereka.

"Nah secara spesifik juga para pemilih pemula atau pemilih yang baru 1-2 kali memilih dalam pemilu ini adalah Gen Z, yang umurnya sekitar 17 sampai 26 tahun. Secara usia itu masih rentan, masih tidak terlalu fokus kepada paslon mana yang akan mereka pilih," ungkap Dosen Ilmu Sosial dan Politik Unmul ini.

BACA JUGA:Pemilih Pemula jadi Bidikan Parpol

Tugas para paslon melalui tim suksesnya nanti adalah bisa meyakinkan mereka untuk memilih. Tidak boleh menggiring dengan cara-cara yang tidak terhormat, seperti money politic atau politik uang.

Demikian pula peranan media sosial sebagai kampanye. Saiful menjelaskan media yang efektif adalah media sosial yang digunakan menginformasikan atau menyampaikan kepada kelompok pemilih muda tadi.

Bukan menggunakan kampanye-kampanye dialogis yang sifatnya secara langsung. Hal itu yang perlu dilakukan oleh kedua belah Paslon agar pemilih muda ini dapat memahami visi-misi yang ditawarkan.

Dalam proses tahapan kampanye Pilgub ini, kedua paslon pun harusnya bisa mengedepankan proses edukasi kepada masyarakat. Mulai dari penyampaian program-program yang ditawarkan, lalu tidak menyerang secara personal masing-masing paslon ketika debat kandidat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: