Gawat! Bakteri Pemakan Daging Mewabah di Jepang, 97 Orang Tewas
Ilustrasi - Warga Jepang memakai masker menyeberangi jalan di Tokyo.-(Foto/Reuters)-
BALIKPAPAN, NOMORSATUKALTIM - Jepang kini sedang menghadapi ancaman serius dari infeksi bakteri pemakan daging yang mematikan, menyebabkan kematian puluhan orang dalam waktu singkat.
Secara medis, penyakit ini disebut Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS), sebuah penyakit serius yang disebabkan oleh infeksi bakteri pemakan daging.
Bakteri ini dikenal bisa membunuh dalam waktu kurang dari 48 jam. STSS berasal dari bakteri Group A Streptococcus, yang biasanya hanya menyebabkan sakit tenggorokan atau penyakit ringan.
Namun, infeksi ini bisa berkembang pesat dengan gejala awal seperti demam, menggigil, nyeri otot, mual, dan muntah.
BACA JUGA: Pemkot Samarinda Lakukan Berbagai Upaya untuk Turunkan Angka Stunting
Dalam waktu 24 hingga 48 jam, kondisi ini bisa memburuk dengan cepat, menyebabkan tekanan darah rendah, detak jantung yang tidak teratur, pernapasan cepat, dan bahkan nekrosis fasia yang dapat berujung pada amputasi anggota tubuh, kegagalan organ, dan syok toksik.
Dilansir dari Medical Daily, Selasa (26/6/2024), data dari Institut Nasional Penyakit Menular Jepang menunjukkan peningkatan tajam kasus STSS.
"Hingga 2 Juni, terdapat 977 kasus dilaporkan, melampaui total kasus tahun lalu yang berjumlah 941. Infeksi ini telah merenggut 77 nyawa dari Januari hingga Maret tahun ini. Tahun lalu, tercatat 97 kematian akibat STSS, yang merupakan angka kematian tertinggi kedua dalam enam tahun terakhir," tulisnya.
BACA JUGA: Mengenal Zhang Ziyu, 'Raksasa' Cina yang Bikin Tim Basket Putri Indonesia Terbantai 109-50
Profesor Ken Kikuchi, seorang ahli penyakit menular dari Tokyo Women's Medical University, memperingatkan bahwa jika laju infeksi terus meningkat, jumlah kasus di Jepang bisa mencapai 2.500 pada tahun ini dengan tingkat kematian sekitar 30 persen.
"Sebagian besar korban meninggal dalam 48 jam. Pembengkakan yang muncul di kaki pada pagi hari bisa menyebar ke lutut pada siang hari, dan mereka bisa meninggal dalam waktu 48 jam," jelas Kikuchi kepada The Japan Times.
BACA JUGA: Dinkes Berau Tegaskan Pentingnya Pencegahan Stunting Sejak Dini
Penyebaran dan Pencegahan
Bakteri penyebab STSS biasanya masuk melalui luka terbuka atau lecet, meskipun sering kali sumber infeksi tidak bisa diidentifikasi dengan jelas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: