Rupiah Semakin Melemah, Kini Tembus Rp16.412 per Dolar AS

Rupiah Semakin Melemah, Kini Tembus Rp16.412 per Dolar AS

mata uang rupiah dan dollar-istimewa-

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Nilai tukar rupiah berakhir melemah menjadi Rp16.412 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Jumat (14/6/2024).

Menurut data dari Bloomberg, rupiah menutup perdagangan dengan penurunan sebesar 0,87% atau setara dengan 142 poin, berada di posisi Rp16.412 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar tercatat naik 0,03% ke level 105,235.

Beberapa mata uang di kawasan Asia lainnya juga mengalami penurunan terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah sebesar 0,36%, yuan China melemah 0,04%, baht Thailand melemah sebesar 0,07%, sedangkan dolar Hong Kong dan Singapura masing-masing turun antara 0,01% hingga 0,17%.

BACA JUGA : BI Balikpapan Gandeng Lembaga Pendidikan Perkuat Literasi Keuangan

Selain itu, won Korea turun 0,39%, ringgit Malaysia turun 0,14%, rupee India turun 0,01%, dan peso Filipina melemah 0,08%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyatakan bahwa data pada hari Kamis menunjukkan harga produsen di AS secara tak terduga menurun pada bulan Mei.

Indeks harga produsen (PPI) utama turun 0,2% bulan lalu, setelah mengalami kenaikan sebesar 0,5% pada bulan April yang tidak direvisi.

“Harga inti tetap stabil setelah mengalami kenaikan 0,5% pada bulan sebelumnya. Penurunan ini terjadi setelah indeks harga konsumen (CPI) AS untuk bulan Mei yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan hasil lebih lemah dari perkiraan para ekonom, yang kemudian memicu aksi jual tajam pada dolar AS,” katanya.

BACA JUGA : Dorong Ekonomi Daerah Melalui 'Halal Value Chain', BI Balikpapan Gelar Pekan Ekonomi Syariah Nusantara

Jika digabungkan, rilis IHK dan PPI kemungkinan besar akan menyebabkan Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed, juga menunjukkan penurunan tekanan harga.

Namun, optimisme terhadap pendinginan inflasi ini tidak cukup untuk mencegah pelemahan dolar.

Sementara itu, di dalam negeri, risiko ekonomi global masih cenderung negatif, meskipun ada kemungkinan beberapa kejutan positif.

Ketegangan geopolitik yang meningkat dapat menyebabkan harga komoditas bergejolak, sementara fragmentasi perdagangan lebih lanjut berisiko menyebabkan gangguan tambahan pada jaringan perdagangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: