Sulitnya Mendaftarkan Sekolah Anak
Oleh: Zulkiflian Nur*
SETIAP tahun para orang tua murid akan disibukkan dengan pendaftaran sekolah anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Meskipun pemerintah sudah memfasilitasi dengan kemudahan pendaftaran sekolah melalui online, masalah tetap timbul karena jarak wilayah dan aturan sistem zonasi.
Kondisi ekonomi juga berpengaruh sehingga para orangtua lebih memilih sekolah negeri untuk anaknya. Meski tidak ada biaya iuran bulanan, namun tetap ada biaya uang saku agar si anak tidak busung lapar atau maag atau mungkin dehidrasi di sekolah... hehehe. Bayangkan kalau sekolah swasta, tentu biaya lebih tinggi karena ada iuran bulanan dan uang saku. Hanya saja untuk masuk ke sekolah negeri yang diinginkan, atau yang jaraknya lebih dekat dari rumah, kok malah sulit ya. Kejadian inipun saya alami sendiri. Ketika anak saya harus melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, yakni sekolah menengah atas (SMA). Karena domisili saya di wilayah Sungai Ampal, Kecamatan Balikpapan Tengah, justru mendapatkan zona sampai jauh ke Balikpapan Utara. Yaitu SMAN 2, SMAN 6 dan SMAN 9. Padahal justru yang terdekat jaraknya adalah SMAN 1, SMAN 2, SMAN 4 dan SMAN 5 Ketika mendaftar, saya hanya memilih satu sekolah. Alasan pertama karena saudara-saudara saya dan saya sendiri juga alumni sekolah tersebut, yakni SMAN 2 Balikpapan. Alasan kedua saya abaikan pilihan sekolah berdasarkan zona tersebut (SMAN 6 dan SMAN 9) karena terlalu jauh dari domisili kami dan terlalu riskan dengan mobilitas lalu lintas (bus dan kendaraan berat) ke arah itu. Secara nilai anak saya tidaklah rendah. Meski berdasarkan statistik nilai saat ini, anak saya tergeser dari SMAN 2. Namun sebetulnya masih bisa masuk di SMAN lain sesuai zona. Hanya ya itu tadi, terlalu jauh dari domisili saya. Secara statistik, nilai anak saya justru masih berpeluang masuk di SMAN 5 dan SMAN 4. Sayangnya sekolah tersebut tidak ada dalam pilihan berdasarkan zonasi. Padahal jarak sekolah tersebut lebih dekat dari rumah saya, ketimbang sekolah yang masuk zona. Pertanyaannya, bagaimana membuat perhitungan zonasi ini? Karena yang saya pahami sistem zonasi ini dilakukan agar siswa tidak terlalu jauh dari rumah. Dan banyak pertimbangan lain tentunya. Tapi nyatanya, kok malah lebih jauh. Sementara sekolah yang jaraknya lebih dekat malah tidak masuk zona. Mungkin hal demikian juga dialami para orangtua siswa lain selain saya. Mungkin perlu diberikan kelonggaran terkait kondisi geografis domisili siswa memilih zona domisili berdasarkan kondisi akses terdekat. Atau seharusnya ada tahapan pendaftaran tambahan terkait hal tersebut. Atau aturan khusus terkait itu. Misalnya terkait pendaftaran lintas zona yang ternyata secara geografis lebih dekat dari domisili calon siswa. Sehingga orangtua murid dapat memilih untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah yang lebih dekat dan dirasa nilai si anak masih bisa masuk. Mudahan kesulitan melanjutkan sekolah untuk anak seperti yang saya alami tidak terjadi lagi di masa yang akan datang. (*/warga Balikpapan)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: