Mampu Atasi Krisis Air Warga, Desa Batuah Pemenang Pekan Inovasi Desa 2022

Mampu Atasi Krisis Air Warga, Desa Batuah Pemenang Pekan Inovasi Desa 2022

Kukar, nomorsatukaltim.com - Desa Batuah di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) berhasil menjadi pemenang pada Pekan Inovasi Desa 2022. Lewat program Gerakan Merdeka Lewat Air Pamsimas (GEMERLAP).

Desa yang terletak di Jalan Poros Samarinda-Balikpapan itu mengungguli desa lainnya, seperti Desa Sumber Sari dan Kota Bangun. Kepala Desa Batuah Abdul Rasyid mengatakan, pencapaian Desa Batuah ini berkat kerja sama yang baik antara dunia usaha dan akademisi, pemerintah desa dan warga. Apalagi inovasi yang dilakukan itu melibatkan partisipasi masyarakat. “Semua ikut terlibat, sehingga inovasi yang dilaksanakan bisa berjalan maksimal. Andai kata tidak bergerak bersama, sulit mewujudkan inovasi ini,” kata Rasyid, ditemui usai menerima penghargaan. Rasyid menjelaskan, inovasi Desa Batuah merupakan bagian dari kegelisahannya melihat kondisi air bersih di Batuah yang begitu sulit didapatkan. Bahkan bisa dibilang Desa Batuah krisis air bersih, karena faktanya memang tidak ada jaringan PDAM dan sumber air seperti sungai besar. Semua warganya hanya mengandalkan sumur bukaan yang kondisinya akan surut jika terjadi kemarau beberapa hari. ”Kalau satu minggu tidak hujan, warga mulai beli air. Harganya cukup mahal, sehingga begitu banyak keluhan terkait sulitnya mendapatkan air bersih,” sambungnya. Untuk itulah, Rasyid kemudian belajar ke Desa Tani Harapan yang lebih dulu menjalankan air pamsimas. Ia membawa beberapa tim. Hasilnya kemudian disimpulkan untuk membuat sumur bor dan penampungan air dari terpal. Lalu dibuatkan pipanisasi ke rumah-rumah warga. “Pokoknya saya maunya jalan dulu. Nanti kalau ada kendala, kita pikirkan sama-sama,” kenangnya. Pada awal 2020, Kades peraih suara terbanyak di Kukar ini kemudian bersilaturahim dengan Politeknik Samarinda (Polnes) yang sebelumnya pernah membantu filter untuk mendapatkan air bersih yang layak. ”Saya memohon agar Polnes membantu desa dalam menciptakan teknologi yang bisa menciptakan air bersih yang layak konsumsi, karena air di Batuah cenderung asam, sehingga belum layak untuk konsumsi,” bebernya. Setelah bertemu dengan Polnes, kemudian Rasyid bersama BPD dan lembaga desa lainnya berkoordinasi dengan PT BSSR untuk membantu skema pembiayaan untuk menciptakan teknologi yang bisa membantu mengatasi krisis air bersih di Desa Batuah. “Saya sampaikan ke Polnes, urusan biaya jangan dipikirkan. Tugasnya kepala desa yang cari uang, berapa pun kebutuhannya, kita akan berusaha mencari,” tandasnya. Singkat cerita, dibuatlah skema pembangunan Instalasi Pengelolaan Air (IPA) pamsimas dengan sistem kolaborasi antara dunia usaha, akademisi dan pemerintah. Selanjutnya mulai dibahas di Musrenbang supaya dituangkan dalam perencanaan di tahun 2021 sambil berjalan menggunakan terpal. Dan pada 2022, mulai dibangun IPA permanen. Dananya bersumber dari dana desa (DD), CSR perusahaan dan program pengabdian masyarakat. IPA disepakati dibangun di Dusun Karya Makmur sebagai percontohan. ”Berjalan enam bulan, kemudian kami tingkatkan dari satu RT ke RT lainnya dan kemudian berkembang ke beberapa dusun di Desa Batuah,” katanya. Nama GEMERLAP muncul saat Desa Batuah ingin mengikuti lomba inovasi desa tingkat kabupaten. Waktu itu, Rasyid mulai mengotak-atik apa nama inovasi yang pas. Berbekal pengalaman sebagai wartawan, muncullah nama Gerakan Merdeka Lewat Air Pamsimas yang dimaknai sebagai bagian dari perjuangan untuk mendapatkan air bersih lewat Pamsimas. Dirinya mulai mengumpulakan data, termasuk melengkapi agar inovasi yang didorong bisa menjadi solusi untuk mengatasi krisis air bersih. “Saya tidak pernah berpikir menang atau kalah. Saya pikirkan, saya ingin menawarkan inovasi mengatasi krisis air bersih, khususnya wilayah-wilayah yang tidak terjangkau PDAM. Minimal bisa dicontoh untuk daerah yang memiliki karakter yang sama dengan Desa Batuah,” harapnya. Lantas apa perbedaan Pamsimas Batuah dengan Pamsimas lainnya? Perbedaannya tentunya di teknologi pengelolaan airnya yang berstandar PDAM, namun biayanya lebih murah. Hasilnya hampir sama. Bahkan kualitas airnya bisa lebih baik dari PDAM. (*/dah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: