Terapkan Konsep Nir Limbah, Tapi Nelayan Dapat Batubara
Nomorsatukaltim.com - Gubernur Kalimantan Timur, Isran Noor menyampaikan telah menerapkan Blue Economy atau menciptakan produk kelautan dan perikanan nir limbah alias zero waste. Namun kenyataan di lapangan, saat nelayan Manggar Baru Balikpapan Timur melaut, mereka masih sering mendapatkan limbah batubara. Para nelayan Manggar menduga batubara dan limbah laut yang kerap diperolehnya, berasal dari kapal perusahaan yang sering melintas di perairan Balikpapan. Limbah yang didapatkan beragam. Dari ban mobil besar, kaleng cat sampai batu bara. Terbaru, nelayan Manggar membagikan video rekaman yang menampilkan jaring nelayan yang rusak akibat bongkahan batubara. Nelayan bernama Agus, dalam rekamannya menampilkan hasil tangkapannya seperti ikan, udang, cumi lainnya, bercampur bongkahan batubara yang tersangkut di jaring. "Mohon tanggapannya Pemerintah setempat, ini semua batubara. Hancur kita kalau begini, sudah sakit punggung di bikinnya, gak kembali ongkos melaut," ujar Agus, dalam video yang dilihat media ini, Kamis (18/1/2023). Ia juga memohon kepada kapal perusahaan yang sering melintas di perairan Balikpapan untuk memperhatikn kapal nelayan dan jaring nelayan saat berhenti menggunakan jangkar. "Mohon pontin batubaranya lebih tertib lah kalau parkir. Jangan sembarang parkir karena kasian nelayan kecil, sudah lelah menarik jangkar, tapi hasilnya bercampur dengan batu bara," ujar Agus. Nelayan Manggar lainnya, Dewan, kepada media ini pernah mengeluhkan hal serupa. Seringkali ia mendapat pelbagai macam limbah buangan yang dinilainya dari kapal perusahaan besar. Limbah yang didapatnya itu dibawa naik ke daratan. “Sudah lama saya kalau melaut yang nyangkut di jaring bukan hanya ikan pak, tapi limbah. Mungkin dari perusahaan pak, bekas kaleng oli, ban besar, pernah waktu itu batu bara terbawa di dalam jaring Pak,” ungkapnya. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan, Sudirman Djayaleksana, saat dikonfirmasi soal limbah itu, menyampaikan jika ada nelayan yang menemukan limbah atau terdampak limbah, dapat membuat laporan ke DLH. Namun harus disertakan dengan bukti sebagai informasi dasar. "Kami tidak tahu kondisi di lapangan, karena yang merasakan dampak di lapangan nelayan yang melaut. Jika mereka terdampak limbah, segera laporkan ke DLH, minimal kami tahu informasi dasar," terangnya. Sudirman menjelaskan setelah mendapat informasi dasar, pihaknya akan melakukan pantauan dan pengecekan langsung ke lapangan dengan beberapa pihak terkait. "Jika telah mendapatkan informasi dasar, kami akan melakukan pemantauan dan mengecek ke lapangan langsung dengan beberapa pihak. Untuk mengetahui lebih dalam terkait informasi tersebut, laporkan saja, kami sangat menerima selama itu benar," jelasnya. Pihaknya berjanji, jika ada temuan yang melanggar aturan maka perusahaan terkait akan dikenai sanksi. Sebelumnya, Humas PT Bayan, Syahbuddin mengatakan pihak PT Bayan memohon maaf jika operasional atau kegiatan perusahaan pernah mengganggu mobilitas dan hasil tangkapan para nelayan. Sebagai wujud permintaan maaf itu, pihaknya berjanji akan mengusahakan anggaran bantuan untuk nelayan di Balikpapan. Sekaligus berupaya berkolaborasi untuk meningkatkan SDM nelayan. “Yang pertama saya meminta maaf pada para nelayan jika memang operasional kami mengganggu para nelayan. Kami pasti mengutamakan kemaslahatan bersama, selain itu akan memanfaatkan SDM lokal. Kalau bisa kalian daftar di Balai Latihan Kerja, yang nanti direkomendasikan ke kami,” janji Syahbuddin. Para nelayan sering mengeluhkan wilayah tangkapan ikannya dipenuhi varian limbah dari kapal-kapal besar perusahaan. PT Bayan sendiri dikenal sebagai salah satu perusahaan terbesar batu bara, di wilayah Kalimantan Timur. Mereka pun melakukan audensi dengan Humas PT Bayan, pada Rabu (11/1) pekan lalu. Saat itu, pertemuan dihelat cukup lama hampir dua jam. Baru-baru ini Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur telah mencanangkan konsep ekonomi biru untuk menciptakan produk perikanan dan kelautan yang nir limbah. “Konsep blue economy ini menciptakan produk kelautan dan perikanan nir limbah atau zero waste,” papar Gubernur Kaltim Isran Noor dalam keterangan resminya, dikutip pada Rabu (18/1/2023). Isran berpendapat, kegiatan usaha nihil limbah akan semakin memperkuat pengelolaan potensi kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. Selain itu, akan lebih produktif dan berwawasan lingkungan. (*) Reporter: Muhammad Taufik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: