Swadaya Atlet Bangun Lapangan
Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Pasir putih terhampar membentuk lapangan. Memiliki luasan sekira 320an meter. Bentuknya memang lapangan. Di sisinya tampak baru disemen. Terdapat dua gawang yang saling berhadapan. Di pinggir lapangan para remaja tampak bersemangat membangun tempat berteduh. Lebih tepatnya bench pemain. Mereka ada rata-rata masih berstatus pelajar SMP hingga SMA. Ya, mereka adalah atlet. Bukan ahli infrastruktur yang bisa membangun lapangan bola tangan. Tapi karena kegigihan, semangat, dan kebersamaan membuat segalanya menjadi mudah. Tak ada raut wajah lelah. Diantara mereka sering kali saling melempar candaan. Agar suasana lebih cair dan tidak tegang. Bahkan pelatihnya juga saling bercanda. Lapangan itu dibangun di atas lahan milik Pemkot Balikpapan. Tepatnya di komplek Balikpapan Tenis Stadium, Jalan HM Asnawi Arbain atau lebih familiar jalan bejebeje. Melalui Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (DPOP) Balikpapan yang memberikan kemudahan untuk Asosiasi Bola Tangan Indonesia (ABTI) Balikpapan bisa punya lapangan khusus bola tangan pantai. Sekadar menyediakan lahan saja. Selebihnya ABTI Balikpapan mesti cari jalan sendiri untuk membangun lapangan. Sekarang sudah mulai bisa dipakai latihan. Dibangunnya lapangan itu bukan berasal dari bantuan dana. Melainkan murni swadaya dari para atlet. Setiap atlet menyisihkan sebagian uang yang didapat dari bonus mengikuti kejuaraan. "Sejak awal mereka ikut latihan kita tekankan bahwa di sini bukan cari uang tapi cari prestasi. Jadi kalau dapat uang dari handball dan keluar untuk handball itu diutamakan," ujar pelatih cabor bola tangan Balikpapan Dwichandra Hariwibowo. Cabor bola tangan Balikpapan memang jadi andalan. Selain di nomor indoor, juga di pantai jadi lumbung medali. Pada Porprov 2018 lalu di Kutai Timur misalnya. Dua emas berhasil ditorehkan dari kategori putra-putri. Ingin mengulang kesuksesan di ajang yang sama tahun ini tentu butuh persiapan. Salah satunya lapangan. Ketua Pengkot ABTI Balikpapan Suraji akui kesulitan mencari lapangan yang ideal. Sebelumnya mereka kerap latihan di beberapa pantai Balikpapan. Tapi tersingkir secara perlahan-lahan. Pengelola pantai yang mulanya membolehkan lama kelamaan merasa terusik. "Yang bisa digunakan cuma pantai Manggar. Tapi di sana cukup jauh bagi atlet. Jadi kami inisiatif bagaimana caranya punya lapangan permanen walau bukan hak milik," ujar Suraji. Sekitar dua pekan pembangunan lapangan beach handball berjalan. Tinggal penambahan bench pemain saja. Total sekitar Rp 30 juta biaya dari swadaya untuk lapangan tersebut. Suraji turut berterima kasih pada Pemkot Balikpapan juga KONI Balikpapan yang memberikan ruang untuk atletnya berlatih dengan maksimal. "Kalau untuk Pemkot dan KONI kami rasa sudah sangat membantu kami selama ini. Seperti diizinkan untuk tempat latihan, untuk tempat recovery dan masih banyak lagi," katanya. Tentu apa yang dilakukan para atlet bola tangan hanyalah sebagian kecil dari sulitnya mendapatkan tempat latihan yang layak. Terlebih Balikpapan nanti bakal dituntut untuk bisa menjuarai multi ajang yang berlangsung di Berau November mendatang. (fdl)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: