Kekayaan Alam Kaltim di Mata Budayawan

Kekayaan Alam Kaltim di Mata Budayawan

Indonesia dianugerahi kekayaan alam yang luar biasa. Zamrud khatulistiwa. Sekeping tanah dari surga. Namun bencana kerap melanda. Dari perut bumi, hingga kolong langit. Dua budayawan Kalimantan Timur bicara tentang upaya melestarikan alam di Bumi Etam. Nomorsatukaltim.com - "Kaltim miniatur Indonesia. Ada laut, sungai, gunung, bukit. Juga punya keragaman hayati dan hewani. Jika Indonesia sepotong surga di muka bumi, serpihannya ada di Kaltim," kata Syafruddin Pernyata,  budayawan, penulis buku, yang hobi menjelajah. Mantan Kepala Dinas Pariwisata Kalimantan Timur itu menyebut Bumi Etam sangat kaya. Semua yang ada di Indonesia, dimiliki daerah ini. “Kecuali gunung berapi. Oleh karena itulah, justru karena tanpa gunung berapi, kita ini serpihan surga,”  ujar Ketua Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca itu. Gambaran itu disampaikan dalam program Ngopi Sore (Ngobrol Pintar dan Inspiratif) Kamis (18/11). Program yang dipandu Nichita mengangkat tema “Keberlangsungan Alam dan Seluruh Penghuninya.” Syafruddin Pernyata menambahkan, dengan kekayaan itu masyarakat belum sadar sepenuhnya. Menurutnya, hal tersebut lumrah dan tak hanya terjadi di Kaltim. Karena semuanya kembali pada cara pandang, latar budaya, latar ekonomi. "Itu dari berbagai sudut, mah biasa. Bukan hanya Kaltim, tapi Indonesia juga seperti itu. Di mana-mana alamnya kayanya, tapi belum tentu kesadaran pada kekayaannya, pararel dengan anugerah yang diberikan," terangnya, dilansir Disway Kaltim. Bukan berarti ia membenarkan. Melainkan melihat dari berbagai sisi. "Harusnya bisa membuat masyarakatnya sejahtera," sebut Syafruddin yang dalam 5 tahun terakhir menjelajahi 127 air terjun di Indonesia. Perihal sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) sangat erat kaitannya. Ia mencontohkan, perusahaan yang mengeksplorasi dan mengeksploitasi SDA saat awal-awal beroperasi di Benua Etam, tak sepenuhnya warga Kaltim. "Pucuk pimpinannya dari luar daerah. Ya orang Kaltim ada, ketika itu jadi sopir. Tapi sekarang anak-anak Kaltim hebat-hebat tidak sedikit. Tapi yang kurang hebat juga tidak sedikit," selorohnya. Hal senada dikatakan Misman, pegiat pencinta lingkungan dan pencinta alam. Ia bilang, kekayaan alam Kaltim ibarat lumbung yang luar biasa. Namun eksploitasi berlebihan, banyak menyebabkan alam rusak. "Jadi hubungannya kerusakan alam, saya nggak menyalahkan yang apa, siapa. Cuma mengatakan, kerusakan alam itu terjadi ada dua aspek. Yaitu perusakan dan pencemaran," urainya. Dirinya mencontohkan, mengubah sedikit tampilan awal alam sudah termasuk merusak lingkungan. Misal membangun tempat tinggal, mencabut sehelai rumput saja itu merusak alam. Pencemaran paling berbahaya saat ini limbah B3 (Bahan Berbahaya Beracun) dan emisi CO2, tak kelihatan mata. "Nah itu  terjadi kalau di dunia deforestasi. Tapi sebenarnya yang terjadi degradasi vegetasi. Karena yang mempunyai kemampuan menyerap CO2 itu, daunnya, termasuk rumput liar," jelasnya. Terkait dengan bencana alam, seperti tsunami, gempa dan petir. Dituturkannya, jika itu cara alam mempertahankan keberlangsungannya. "Sebenarnya tidak ada bencana. Yang ada kerjaan untuk mempertahankan kehidupannya, dia (alam) proses kerja," tutur Misman, filosofis. "Jadi bagi saya, itu kerja alam untuk menyehatkan alam. Ada hitung-hitungan kimia, tsunami itu untuk membuat daratan ratusan tahun mendatang, dan banyak hal yang untuk disiapkan. Alam ini juga menyiapkan pantai semakin lebar bagi anak cucu kita ratusan tahun mendatang," urainya. Sama halnya saat menghadiri presentasi perihal air bersih di IKN. Di mana sungai itu terdapat buaya, hampir semua ribut mengenai hal itu. Dirinya mengatakan, akankah buaya dipindahkan di hotel? "Itu memang tempatnya buaya. Inikan airnya diperlukan, ya pakai pipa. Jangan diobok-obok sungainya," imbuh Misman. Ada orang yang memposisikan sungai sebagai sebuah sistem pengaliran air. Sementara dirinya menempatkan sungai sebagai sumber air bersih dan sehat. Jika pengaliran, melakukan pembangunan dengan keruk, didalami, lebarkan kemudian dibeton. "Ya nggak salah sih. Tapi harus dicatat penyebab banjir tak ada hubungannya dengan sungai. Sungai itu punya ruang, bukit lembah rawa dan tumbuhan liarnya," terang Misman. Sungai itu lumbung air bersih dan sehat. Ia menyarankan pemerintah untuk selalu menjaga ekosistemnya. "Setiap drainase, parit atau got yang muaranya ke sungai harus di IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)," tandasnya. Simak obrolan lengkap mereka di Instagram Dikominfo Kaltim, atau kanal Facebook Nomorsatukaltim.com. (*ASA)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: