Kejutan Nol Emisi India di KTT Iklim COP26

Kejutan Nol Emisi India di KTT Iklim COP26

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Perdana Menteri India Narendra Modi mengejutkan para delegasi di KTT iklim COP26. Modi mengutarakan janji yang berani. Penghasil emisi terbesar ketiga di dunia akan mencapai nol emisi pada 2070. Melihat tren menanjak sekaligus koreksi harga batu bara termal pada Oktober, membuat tanda tanya nasib harga batu bara ke depan. Selain China, India adalah negara yang juga punya impor besar emas hitam dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Kalimantan Timur masuk di dalamnya. Kaltim merupakan daerah penghasil batu bara terbesar di Indonesia. Bahkan, menurut Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara, Kementerian ESDM, 4 dari 10 pengekspor batu bara terbesar Indonesia berasal dari Kaltim. Yaitu PT Kaltim Prima Coal, PT Kideco Jaya Agung, PT Berau Coal, dan PT Indominco Mandiri. Menurut Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), ekspor batu bara ke India pada terus menurun sejak 2020. Meminjam data Badan Pusat Statistik (BPS), permintaan impor batu bara dari India turun 65,8% pada Mei 2020 dibandingkan yang pada Mei 2019. Hingga 2019, India merupkan negara pengimpor rata-rata 240 juta ton batu bara per tahun. Di antaranya sekitar 122 juta ton, lebih dari 50 persen, berasal dari Indonesia. Di sisi lain bagi Indonesia, pasar ekspor batu bara ke India setara dengan 27 persen dari total ekspor batu bara nasional berdasarkan data dari APBI. Meskipun India merupakan pasar ekspor terbesar kedua bagi Indonesia, tetapi dampaknya sudah membuat industri pertambangan batu bara Indonesia tertekan. Bagaimana jika benar-benar India mencapai nol emisi? India memang menonjol di antara negara konsumen batu bara terbesar, termasuk AS dan China. Tantangan bagi India adalah mencari tahu bagaimana membiayai transisi energi nol emisi, yang akan membutuhkan triliunan dolar investasi. Modi menegaskan kembali pendiriannya, bahwa negara-negara kaya harus membantu mendukung negara-negara miskin. Dengan mengumpulkan lebih banyak uang untuk mempercepat peralihan ke energi bersih. Meskipun dia tidak merinci berapa banyak yang sebenarnya dibutuhkan dari komunitas internasional. “Adalah harapan India bahwa negara-negara maju di dunia menyediakan $1 triliun sebagai pendanaan iklim sesegera mungkin,” kata Modi, angka yang 10 kali lebih banyak dari target pendanaan iklim tahunan yang ditetapkan oleh negara-negara kaya. “Keadilan akan menuntut agar negara-negara yang tidak memenuhi komitmen iklim mereka harus ditekan.” Senin lalu, pemimpin India itu mendukung target net-zero 2070-nya dengan target jangka pendek yang lebih agresif. Dia menaikkan target 2030 India untuk kapasitas energi rendah emisi menjadi 500 gigawatt dari 450 GW. Modi berjanji untuk memproduksi setengah dari listrik negara menggunakan energi terbarukan. India juga akan memangkas emisi karbon dioksida sebesar 1 miliar ton dari bisnis seperti biasa pada akhir dekade ini. Untuk mencapai tujuan 2070, negara ini masih harus menyusun rencana terperinci,  untuk 40 tahun di antaranya. Salah satu harapan Presiden COP26 Alok Sharma untuk KTT Glasgow adalah untuk meningkatkan komitmen yang cukup dari negara-negara untuk menjaga tujuan Perjanjian Paris. Membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat celcius. Pengumuman Modi konsisten dengan apa yang menurut penelitian diperlukan untuk memenuhi target itu. Untuk menjaga suhu agar tidak naik lebih dari 1,5°C, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB memproyeksikan bahwa dunia harus mencapai nol emisi karbon dioksida sekitar pertengahan abad dan kemudian mencapai nol bersih di semua gas rumah kaca pada 2070. “Nol emisi tidak bisa sama untuk semua negara,” kata Arunabha Ghosh, kepala eksekutif Dewan Energi, Lingkungan dan Air, yang telah menjadi penasihat kantor perdana menteri. Target India, katanya adalah setara dan adil. Adalah kepentingan India untuk membendung pemanasan global. Bahkan jika masalahnya terutama disebabkan oleh karbon dioksida yang terakumulasi di atmosfer oleh negara-negara yang lebih dulu melakukan industri. Negara berpenduduk 1,3 miliar orang ini adalah salah satu yang paling rentan terhadap dampak iklim. Peristiwa cuaca ekstrem seperti gelombang panas, banjir, dan gangguan pada musim hujan akan berdampak buruk. Modi juga berkomitmen untuk meningkatkan tujuan pengurangan intensitas karbon India 2030-diukur sebagai emisi karbon dioksida per unit produk domestik bruto-dari 35 persen menjadi 45 persen. Stern, dari London School of Economics, mengatakan target baru itu bisa berarti India mencapai puncak emisi pada 2030. Nepal dan Thailand juga menetapkan target netralitas karbon baru. Masing-masing untuk tahun 2045 dan 2050. Sementara Kanada dan Australia menolak untuk menetapkan target emisi jangka pendek baru. Meskipun mereka menjanjikan sejumlah uang untuk membiayai transisi. “Dalam beberapa bulan terakhir, India telah menyusun kebijakan yang dapat membawanya ke tujuan ini, kebijakan tentang hidrogen, kendaraan listrik, energi terbarukan, dan dekarbonisasi industri,” kata Chandra Bhushan, presiden Forum Internasional untuk Lingkungan yang berbasis di New Delhi, Keberlanjutan dan Teknologi. “Sekarang India membutuhkan investasi.” *BEN/ENY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: