Tarik Ulur Kenaikan UMP, SBBI: Tetapkan Sesuai UU Ketenagakerjaan

Tarik Ulur Kenaikan UMP, SBBI: Tetapkan Sesuai UU Ketenagakerjaan

Nason Nadek. (Istimewa) Samarinda, DiswayKaltim.com – Setiap tahun, penetapan upah minimum provinsi (UMP) kerap menuai pro dan kontra. Tak terkecuali keputusan Kementerian Ketenagakerjaan terkait peningkatan UMP 2020 sebesar 8,51 persen. Pengusaha menyebut keputusan pemerintah tentang kenaikan UMP tak sesuai harapan. Sedangkan asosiasi buruh, kerap mengaku besaran UMP tidak memenuhi standar kebutuhan hidup layak (KHL). Ketua Serikat Buruh Borneo Indonesia (SBBI) Kaltim Nason Nadeak memberi saran. Agar hal serupa tak terulang saban tahun. Ia berpendapat, pemerintah mesti menyerahkan keputusan tentang UMP kepada Dewan Pengupahan. Hal itu sesuai amanah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenegakerjaan. Prosesnya, Dewan Pengupahan melakukan survei KHL. “Di Dewan Pengupahan itu kan ada akademisi. Mereka yang bisa melakukan survei. Kemudian silakan disampaikan secara obyektif,” saran Nason, Rabu (30/10/2019). Akademisi yang tergabung dalam Dewan Pengupahan dituntut tidak berpihak pada buruh atau pengusaha. Kata Nason, keperpihakan itu yang justru merusak kepercayaan publik. “Kalau pun hasil survei itu membuktikan bahwa UMP harus diturunkan, kita tidak bisa memungkirinya. Disampaikan saja sesuai kenyataan,” tegasnya. Sementara jika besaran UMP dari hasil survei Dewan Pengupahan terlalu tinggi, maka perusahaan dapat menyampaikan alasan-alasan tak dapat melaksanakan keputusan Dewan Pengupahan. “Sesuai Undang-Undang Ketenegakerjaan, ada celah buat perusahaan. Menunda pelaksanaan UMP. Tetapi faktanya, belum ada perusahaan yang mengajukan keberatan atas besaran UMP yang diputuskan,” ungkapnya. Ia menyebut, sejatinya tergolong aneh apabila perusahaan menggugat besaran UMP. Sebab belum ada satu pun perusahaan yang gulung tikar karena upah buruh terlalu tinggi. Perusahaan ditutup umumnya disebabkan pengelolaan keuangan yang tidak transparan dan efisien. “Bisa juga karena biaya siluman yang terlalu banyak. Kemungkinan itu ada. Dan sering kita lihat begitu,” sebut Nason. (qn/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: