Mengenal Gaya Kepemimpinan Kapolres Kukar AKBP Arwin Amrih Wientama

Mengenal Gaya Kepemimpinan Kapolres Kukar AKBP Arwin Amrih Wientama

Kapolres Kukar, AKBP Arwin Amrih Wientama menyempatkan berbincang santai dengan nomorsatukaltim.com - Disway News Network (DNN). Gaya kepemimpinannya jadi fokus perbincangan di ruang kerjanya. nomorsatukaltim.com - Menjadi pimpinan institusi tertinggi, rupanya menjadi tanggung jawab yang yang besar dan berat. Harus mampu menempatkan diri, dan mampu mengambil keputusan yang tepat, menjadi tantangan tersendiri. Begitulah kira-kira pesan tersirat yang disampaikan oleh Kapolres Kukar AKBP Arwin Amrih Wientama. Memang ketegasan sangat perlu dilakukan. Namun bukan berarti tegas itu harus disertai kekerasan. Itu sangat tidak bisa ditolerir sama sekali. Terlebih dalam keluarga besar Polres Kukar, banyak orang yang harus dibina, pun dirangkul. Bagaimana bisa memposisikan diri sebagai seorang bapak dan kakak bagi personil yang lebih muda. Serta memposisikan sebagai sahabat bagi personil yang lebih tua darinya. Baca juga: Polres Kukar Musnahkan Barang Bukti Narkotika "Saya secara pribadi tidak membedakan orang, saya anggap Polres Kukar sudah seperti keluarga besar," ujar Arwin sambil meneguk air mineralnya. Namun tentu ada batasan-batasannya. Tidak serta-merta bisa berbuat seenaknya. Tetap ada aturan yang berlaku. Tidak pandang bulu ketika ada yang berbuat salah. Begitu juga bagi personil yang berprestasi, pasti akan mendapat manfaatnya. "Ada reward dan punishment-nya," lanjut Arwin lagi. Kedekatan kepada personel pun tetap dilakukan, sebagai "ayah" yang memimpin sebuah institusi. Bagaimana peran yang diberikan oleh pimpinan tertinggi kepadanya, dalam hal ini Kapolri. Seperti saling diskusi, saling sharing, ngopi bareng. Tidak canggung menghabiskan waktu bersama anggota, ketika memang ada waktu luang. "Kepada personel itu ada kalanya santai, ada kalanya tegas," timpal Arwin lagi. Dalam tipe kepemimpinan, Arwin pun mengaku memodifikasi berbagai tipe kepemimpinan yang diketahuinya. Seperti menerapkan tipe kepemimpinan yang tegas kepada personel, tanpa meninggalkan konsep demokratis. Di mana personil bisa memberikan saran dan masukan, dan ia pastikan bakal menampung hal tersebut. Sehingga ada solusi konkret bersama yang tercipta. Juga tipe kepemimpinan transformatif, yang mana merubah hal-hal yang dianggap kurang baik dan maksimal, menjadi lebih baik lagi. Modifikasi ke arah yang lebih baik, dengan meninggalkan kekurangannya. Namun yang ia pastikan, jika dalam bekerja ia perlu dukungan semua pihak. Tentu tidak bisa bekerja sendiri tanpa bantuan staf-stafnya. Sehingga menjelma menjadi tim yang kompak dan solid. "Memang saya pertama kali menjadi Kapolres, langkah yang saya lakukan yakni dengan melakukan konsolidasi internal, mengumpulkan staf saya, kita sharing ada kendala apa, menukan langkah kemajuan organisasi kearah yang lebih baik," tutup pria berpangkat melati dua ini. (mrf/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: