Nuklir untuk Listrik di IKN, Mulai Dibahas
Wacana Ibu Kota Negara (IKN) baru sedikit banyak membangkitkan gagasan-gagasan yang sempat lesu. Pengembangan energi nuklir, adalah di antara mimpi lama yang mengintip peluang bangkit. IKN baru yang didesain berbasis teknologi. Membuat kestabilan pasokan listrik perlu dipastikan. Akan kah PLTN menjadi solusinya? Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Pusat pemerintahan yang direncanakan berpindah ke Kalimantan Timur tersebut. Diketahui publik bakal mengusung konsep kota pintar sekaligus kota hutan. Perpaduan konsep ini tampak menarik. Dapat dibayangkan, Ibu Kota Negara (IKN) baru nanti. Jauh dari kesan perkotaan yang dipenuhi gedung pencakar langit. Lantaran akan banyak pepohonan yang tumbuh di antara kantor-kantor pemerintahan serta bangunan lainnya. Pepohonan itu akan disiapkan oleh kementerian terkait dalam wadah Persemaian Modern IKN yang terletak di Kelurahan Mentawir, Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara. Kemudian, untuk memenuhi konsep kota pintar. Dua hal dasar yang perlu disiapkan adalah jaringan internet super cepat dan pasokan listrik yang tidak byar pet. Atas dasar bahwa IKN akan dibangun dengan cita-cita ramah lingkungan. Maka penggunaan energi untuk pembangkit listrik mesti keluar dari pembahasan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berbahan dasar batu bara tersebut. Jika benar ingin ramah lingkungan. Nah, berkaitan dengan pemenuhan energi di IKN tersebut. Wacana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) muncul. Tenang, Anda jangan langsung berpikir nuklir bakal menjadikan Tanah Borneo sebagai Chernobyl jilid dua dulu. Sinyalemen pengembangan PLTN di kawasan IKN ini disampaikan oleh Deputi Pengkajian Keselamatan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Dahlia Cokrowati Sinaga. Dasarnya adalah, keberadaan pembangkit listrik yang tersedia di Kaltim. Diragukan dapat memenuhi kebutuhan di IKN baru nantinya. "Pertanyaannya apakah cukup energi disuplai listrik yang ada di sini. Jadi persiapan berikutnya untuk IKN adalah energi untuk listriknya," katanya, usai pertemuan Pembinaan Peraturan mengenai Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Ketenaganukliran subsekstor Instalasi dan Bahan Nuklir, dan subsektor Pertambangan Bahan Galian Nuklir, di Hotel Golden Tulip Balikpapan, Selasa (28/9). Dahlia bilang, pemerintah saat ini tengah merancang rencana pembangkit listrik agar dapat memenuhi kebutuhan di IKN hingga kabupaten/kota penyangga. Hal ini berkaitan pula dengan keperluan jaringan internet guna mewujudkan kota berbasis teknologi. "Supaya daerah-daerah nanti enggak boleh ada listrik mati hidup terus." "Nah sistem online ini kan perlu energi listrik, itu harus dipasok oleh PLTN," tegasnya dilansir Disway Kaltim. Soal di mana letak pembangkit listrik berbahan nuklir tersebut akan dibangun. Dahlia berujar masih akan dilakukan kajian lebih mendalam. Lantaran PLTN memiliki keterkaitan dengan populasi manusia, kondisi alam, serta potensi kebencanaan. "Khususnya Kalbar, Kaltim atau mana pun itu kan nanti ada grade-nya, menimbang dari sisi sistemable. Lagian Kalimantan ini berada di tengah-tengah Negara Indonesia, harus bisa diakses, itu perlu energi yang cukup," urainya. Selanjutnya, pembangunan PLTN perlu memperhatikan faktor lainnya. Seperti aktivitas seismik, radioaktif, kegempaan, hidrologi, dan lainnya. Terlepas Kalimantan dinilai sebagai kawasan yang potensi bencananya kecil. Dahlia mengatakan bahwa kajian di semua aspek tetap perlu dilakukan. Agar nantinya, bentuk kontruksi PLTN dapat direkayasa. Disesuaikan dengan kondisi alam dan sosial sekitar. Terlebih, Pulau Kalimantan terkenal dengan bencana hidrologinya. "Apakah di situ daerah (rawan) banjir apa tidak, itu kita lihat lagi. Walaupun itu di daerah banjir kita nanti punya rekayasa ya, semisal dibangun wall (dinding), tapi harus dievaluasi lagi dari sisi delapan aspek tadi," katanya. Dahlia meyakini, pemanfaatan energi nuklir di masa depan adalah keniscayaan. Di luar dari pemahaman setiap orang terkait risikonya yang besar, namun di sisi lainnya energi nuklir juga dinilai akan membawa manfaat yang besar terhadap pemenuhan kebutuhan energi calon IKN di Benua Etam. "Kalau nuklir itu ada risiko ada manfaat. Selama kita punya manfaat yang besar dan risikonya diperkecil itu baru kita bolehkan (dimanfaatkan)," pungkasnya. Untuk diketahui, berdasarkan data dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Indonesia memiliki bahan baku nuklir berupa sumber daya uranium sebanyak 81.090 ton dan juga thorium sebanyak 140.411 ton. Bahan baku nuklir tersebut tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Secara terinci, Sumatera memiliki 31.567 ton uranium dan 126.821 ton thorium. Sementara Kalimantan memiliki sebanyak 45.731 ton uranium dan 7.028 ton thorium. Sulawesi memiliki 3.793 ton uranium dan 6.562 ton. (*)
Geolog: Bukan Tidak Mungkin
WILLIAM Walker dalam artikelnya di The Bulletin bertajuk The history of nuclear power’s imagined future: Plutonium’s journey from asset to waste. Mengatakan bahwa nuklir dapat diceritakan sebagai sejarah masa kini dan proyeksi masa depan yang dibayangkan. Nuklir juga dapat menjadi surga, pun bisa menjadi neraka. Semua tergantung siapa dan bagaimananya. Yang jelas, nuklir punya dua sisi soal tepat tidak tepatnya untuk dikembangkan. Pakar geologi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) Fajar Alam mengatakan bahwa pada dasarnya, tak sedikit wilayah di Indonesia punya potensi sebagai tempat pengembangan energi nuklir untuk kelistrikan. Tak terkecuali di kawasan IKN yang tak lain adalah Pulau Kalimantan. Wacana pembangunan PLTN di kawasan IKN dinilainya tepat-tepat saja. Berdasarkan potensi kebencanaan yang dikhawatirkan mengganggu keberlangsungan PLTN; gempa bumi dan tsunami. Kalimantan, terutama Kaltim tergolong daerah bebas bencana yang dimaksud. “Namun narasi bebas bencana itu tidak sepenuhnya tepat. Potensi gempa dan tsunami tetap ada. Tapi tidak sebesar seperti di beberapa wilayah lainnya,” katanya, kemarin. Kembali ke hal; siapa dan bagaimana, wacana pengembangan PLTN di wilayah IKN menurut Fajar. Hendaknya disiasati dengan baik. Maksudnya, kondisi geologi kawasan yang direncanakan harus dipahami secara rinci. Dilakukan oleh tenaga yang kompeten. “Dipahami dengan seksama untuk keperluan pembangunan PLTN itu. Semua informasi geologi yang diperlukan harus diperoleh dan dievaluasi sebaik-baiknya untuk menentukan model kontruksi seperti apa yang tepat,” lanjut Fajar Alam. “Proses Feasibility Study (FS) hingga pembuatan Detail Engineering Design (DED) mesti tepat.” “Jika perlu melakukan rekayasa kontruksi, ya lakukan. Jangan langsung menyerah.” Intinya bahwa pembangunan PLTN perlu sebuah komitmen yang kuat. Proyek ini tidak boleh disamakan dengan proyek lainnya. Karena apabila berhasil membangun dengan perhitungan serta eksekusi yang tepat, energi nuklir bisa menjadi surga di masa depan. Dan perlu diingat, potensi menjadi neraka tetap ada, apabila perlakuannya tanpa didasari komitmen membangun energi masa depan yang ramah lingkungan. Selain aspek keamanan, Fajar juga mengingatkan perihal untung rugi menggunakan energi nuklir sebagai pemasok listrik. “Nuklir memang membutuhkan lebih sedikit sumber daya (bahan baku). Tantangan saat ini, biaya operasional per satuan energinya masih di atas sumber energi konvensional. Itu perlu dicermati juga,” tandasnya. Pada akhirnya, kita perlu menaruh hormat pada Jepang dan Jerman dalam hal pengembangan energi nuklir sebagai pasokan listrik. Jepang yang dengan kondisi geologi rentan bencana gempa dan tsunami saja bisa. Kenapa di Kaltim tidak bisa? Kuncinya, bertindak cermat, komitmen, serta tidak gegabah. *AVACek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: