Harga Sudah Turun, Pembeli di Pasar Induk Sangatta Tetap Sepi

Harga Sudah Turun, Pembeli di Pasar Induk Sangatta Tetap Sepi

Kutim, nomorsatukaltim.com – Selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berjalan, rupanya berpengaruh terhadap pendapatan pedagang. Khususnya yang berada di Pasar Induk Sangatta, Kutai Timur (Kutim). Meski harga bahan pokok anjlok tetap saja jumlah pembeli tak bertambah. Bahkan terus berkurang.

Terpantau, beberapa harga bahan pokok di Pasar Induk Sangatta mengalami penurunan harga. Seperti daging, telur, ikan dan beras. Sementara untuk harga kebutuhan dapur lainnya masih relatif stabil. Beruntungnya untuk pasokan bahan pokok ini masih normal dan tidak mengalami hambatan. Telur contohnya, mengalami penurunan harga untuk yang dari luar daerah. Dari awalnya Rp 54 ribu per piring kini menjadi Rp 48 ribu per piring. Sementara untuk telur lokal, atau yang didatangkan dari sekitar Kutim stabil pada harga Rp 50 ribu per piring. “Karena memang permintaan juga sedikit. Dari pekan lalu tepatnya. Telur lokal tetap harganya karena lebih segar,” ungkap Ardi, pedagang telur. Harga cabai juga ikut turun. Cabai merah besar misalnya, dari Rp 35 ribu per Kg menjadi Rp 28 ribu. Begitu juga dengan cabai lokal, dari Rp 40 ribu anjlok menjadi Rp 30 ribu per kilogramnya. Termasuk pula cabai keriting yang turun dari Rp 35 ribu menjadi Rp 30 ribu. Sementara untuk beras, bawang putih dan merah harganya masih stabil. Beras premium bertahan pada harga Rp 13 ribu per Kg. Bawang putih Rp 33 ribu dan bawang merah Rp 30 ribu per kilonya. Sama halnya dengan tepung terigu dari berbagai merek juga tidak ada perubahan harga. Tepung terigu merek Cakra Kembar dan Kunci Biru harganya Rp 12 ribu per kilo. Sementara merek Segitiga Biru masih bertahan di harga Rp 11 ribu. Namun yang begitu merasakan efek dari PPKM ini adalah pedagang daging. Turunnya harga daging tak juga memancing pembeli. Biasanya penjual mematok harga Rp 140 ribu per kilogram daging sapi. Tapi kini meski dipasang pada harga 130 kilogram masih saja sepi pelanggan. “Karena semua dibatasi, termasuk rumah makan. Padahal mereka pelanggan utama kami,” ucap Sabri, pedagang daging. Ya, pelaku usaha restoran atau tempat makan merupakan pelanggan utama pedagang daging. Namun dengan adanya pembatasan PPKM, otomatis kebutuhan daging pun berkurang. Sabri mengukur hal itu dari daging yang habis terjual. “Biasa habis 70 kilo daging tiap hari, kini habiskan 50 kilo saja susah. Karena yang beli semakin sedikit,” tuturnya. Ia menjelaskan, kini jumlah pengunjung pasar pun menurun drastis. Jika sebelumnya ia menutup jualan dagingnya sekitar pukul 9 pagi. Tetapi saat ini ia mesti menunggu hingga tengah hari sebelum merapikan dagangannya. “Itu jualan sejak subuh. Karena memang pengaruhnya bukan daya beli. Tapi karena ada pembatasan. Jadi tidak banyak pula daging yang dibutuhkan di rumah makan,” tandasnya. Kepala UPT Pasar Induk Sangatta, Bohari mengakui kondisi penurunan pengunjung pasar. Sehingga berdampak pada permintaan barang yang turun. Hingga berujung terjadi penurunan harga. “Selama pandemi memang terjadi penurunan pengunjung. Daya beli masyarakat juga ikut berkurang,” ucapnya. Menanggapi hal itu, pihaknya coba memberi keringanan kepada pedagang. Salah satunya dengan penangguhan pembayaran retribusi pedagang. Bahkan Pemkab Kutim sempat membebaskan retribusi selama 3 bulan pada awal tahun. “Karena sangat berpengaruh dengan pendapatan pedagang. Apalagi sempat ada pengurangan jam operasional pasar,” tandasnya. BCT/ENY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: