Aruna, Startup Teknologi Perikanan Diguyur Tambahan Dana Rp 500 Miliar

Aruna, Startup Teknologi Perikanan Diguyur Tambahan Dana Rp 500 Miliar

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Startup yang fokus pada industri perikanan dan kelautan, Aruna.id, mendapat tambahan dana Seri A senilai Rp 500 miliar rupiah. Suntikan dana dari pelbagai investor ini digunakan melanjutkan komitmen Aruna; meningkatkan taraf kesejahteraan nelayan.

Komitmen ini kembali dipertegas Aruna dalam gelaran konferensi digital pertamanya, 16-17 Agustus 2021 lalu. Aruna mengangkat tema besar Menuju Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia: Semangat Kolaborasi dan Peran Teknologi Dalam Membangun Ekosistem Perikanan yang Inklusif, Adil dan Berkelanjutan. Kegiatan itu dibuka dengan sambutan tertulis Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Panjaitan. Luhut mengapresiasi Aruna sebagai startup yang berpikir strategi berkelanjutan. Dengan menggunakan pendanaannya untuk memulihkan perekonomian di desa pesisir yang terdampak pandemi. "Ini adalah pendanaan Seri A terbesar di sektor agritech dan maritim. Saya optimis ini bisa membawa Indonesia selangkah lagi menuju poros maritim dunia. Selamat untuk Aruna," ujar Luhut, dalam sambutannya. Sebelumnya, Aruna menerima suntikan dana dari para investor senilai 35 juta dolar Amerika atau setara sekitar Rp 500 miliar lebih. Pendanaan ini dipimpin oleh Prosus dan East Ventures (Growth Fund) didampingi investor lain termasuk AC Ventures, SIG, Vertex, MDI dan lainnya. Berita Terkait: Aruna Mendunia dari Kampung Baru, Balikpapan  Pendanaan ini tercatat sebagai pendanaan Seri A terbesar untuk sektor pertanian dan maritim. Aruna kemudian memutuskan menggunakan pendanaan itu untuk melanjutkan komitmennya meningkatkan taraf hidup komunitas nelayan. Dengan mendorong praktik perdagangan ikan yang adil dan bertanggungjawab untuk keberlangsungan industri perikanan dalam jangka panjang. Di sektor perikanan dan maritim, Aruna hadir untuk mengurangi kesenjangan antara harga beli pada konsumen akhir dan harga jual dari nelayan kecil. Rantai pasok yang panjang selama ini menyebabkan nelayan kecil terpaksa menekan harga jualnya. Agar dapat tetap terjangkau bagi konsumen akhir, sehingga berpengaruh terhadap kesejahteraan nelayan di desa pesisir. Industri perikanan (fishery industry) Indonesia menurut Grogorius Magnus Arya Sena, dari AC Ventures, sangat mungkin berkembang secara berkelanjutan karena beberapa faktor. Dari sisi suplai, ada faktor geographical, social economic dan political condition. "Ketiga faktor ini sangat penting menopang supply side dari fishery industry di Indonesia," ujarnya. Dari sisi lokasi, Indonesia berada di Coral Triangle dengan biodiversitas yang kaya. Indonesia juga merupakan negara maritim terbesar dengan 17 ribu pulau dan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. "Driver (penggerak, red) lainnya adalah dari jumlah tenaga kerja, industri perikanan secara historis bisa menyerap tenaga kerja hingga 30 persen," katanya. Arya Sena menilai dari sisi market, industri agrikultur memiliki ukuran yang sangat besar. Dan berkontribusi untuk menopang 13 sampai 14 persen dari total Gross Domestic Product (Produk Domestik Bruto/PDB) beberapa tahun belakangan. Ia menilai sektor perikanan berada di posisi tertinggi bila dibandingkan sektor lain di industri agrikultur. "Dari sisi government, kita bisa melihat pemerintah sangat mendukung industri perikanan di Indonesia. Dilihat dari jumlah regulasi dan jumlah transformasi untuk dua hal, sustainable fishery dan juga kesejahteraan nelayan," urainya. Menteri Kelautan dan Perikanan RI Sakti Wahyu Trenggono melalui Staf Ahli Menteri Bidang Kemasyarakatan antara Lembaga Kementerian Kelautan dan Perikanan Budi Sulistyo, dalam pertemuan digital itu juga sempat menyampaikan tiga program terobosan hingga 2024. Antara lain peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sumber daya alam perikanan tangkap untuk kesejahteraan nelayan. "Ke depannya hasil dari PNPB ini akan dikembalikan untuk perlindungan nelayan," ungkapnya. Terobosan kedua yakni pengembangan perikanan budi daya untuk meningkatkan ekspor yang didukung dengan riset kelautan dan perikanan. "Ketiga adalah pembangunan kampung-kampung perikanan budi daya. Baik tawar, payau dan laut berbasis kearifan lokal," urainya. Pada hari pertama Aruna Marine Conference itu juga menghadirkan Dr Taryono dari Departemen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Yang memberikan gambaran lansekap industri perikanan berkelanjutan. Sementara pada hari kedua, acara ini menampilkan berbagai studi kasus dari organisasi dan program yang berhubungan industri perikanan. Antara lain dari Yayasan Maritim Nusantara Lestari, Koperasi Maritim Nusantara Lestari, Global Fishing Watch dan Desa Sejahtera Astra. "Ini baru awal. Ke depannya kami akan ketuk pintu ke berbagai stakeholder lain yang berhubungan dengan perikanan dan juga kesejahteraan masyarakat pesisir untuk berkolaborasi," ujar Chief Sustainability Office Aruna, Utari Octavianty. "Pintu kami juga selalu terbuka bagi ajakan kolaborasi demi mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia," tambahnya. RYN/ENY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: