Tak Perlu Panik PPKM dan Cuaca, Stok Bahan Pokok Kaltim Cukup untuk 3 Bulan

Tak Perlu Panik PPKM dan Cuaca, Stok Bahan Pokok Kaltim Cukup untuk 3 Bulan

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Diperpanjangnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat menimbulkan kekhawatiran akan ketersediaan bahan-bahan pokok.

Mengingat penambahan kasus positif COVID-19 di Indonesia masih tinggi. Tercatat, sebanyak 575.904 kasus positif baru di rentang 4 sampai 17 Juli. Sementara di Kaltim kasus harian pada 18 Juli (sampai pukul 18.00 Wita) konfirmasi positif tercatat 1.514 orang. Dengan angka sembuh 708 orang dan meninggal 51 orang. (data covid19.kaltimprov.go.id) Persediaan bahan pokok (bapok) di Kaltim yang bergantung dari daerah lain juga berpotensi memburuk. Jika distribusi terhambat akibat cuaca. Seperti diketahui, analisis sepekan BMKG hingga 23 Juli menunjukkan bahwa kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia. Khususnya di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kaltim HM Yadi Robyan Noor meminta masyarakat tidak panik. Sebab, pihaknya memastikan stok bahan pokok mencukupi hingga beberapa bulan ke depan. Meski umat muslim akan menghadapi Hari Raya Iduladha. Yang diperkirakan volume belanja akan naik sampai 25 persen. “Kita juga sudah berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan secara virtual. Menyampaikan pesan Pak Presiden, bahwa (stok dan distribusi, red) bahan harus pokok dipastikan aman,” kata Roby, sapaannya kepada Disway Kaltim, kemarin. Dari 19 komoditas bahan-bahan pokok, Kemendag meminta seluruh daerah mengamankan setidaknya 5 pasokan komoditas. Yakni beras, minyak goreng, gula pasir, telur dan daging ayam. Dari data terpadu milik Disperindagkop, ketersediaan beras per 16 Juli ada di angka 127.315 ton. Sementara kebutuhan per bulan berkisar di 42.787 ton. Yang artinya, stok beras bisa bertahan kurang lebih tiga bulan. Sementara gula pasir bertahan lebih dari 4 bulan dengan kebutuhan 6.182 ton per bulannya. Hal sama juga untuk ketersediaan telur ayam dan minyak goreng. “(Stok) Daging ayam memang yang agak rawan, kebutuhan sekitar 17.545 ton per bulan. Kami sedang dorong pemasok daging ayam untuk segera menambah stok. Karena update 16 Juli, stok hanya cukup untuk 0,8 bulan (24 hari, red),” terang Roby. Seperti diketahui, mayoritas kebutuhan bahan-bahan makanan di Bumi Etam dipasok dari daerah lain. Yakni Jawa Timur, Jawa Barat dan Pulau Sulawesi. Beberapa komoditas dipenuhi petani lokal dengan persentase 40 persen. “Kami perkirakan secara keseluruhan persediaan ini cukup untuk 3 bulan ke depan,” sebutnya. Melihat historis penanganan distribusi dan stok sejak akhir tahun lalu, kondisi ini tidak akan jauh berbeda. Sebab, dua momen penting, Natal dan tahun baru dilalui tanpa gejolak harga signifikan. Namun pengawasan harga harus intens dilakukan. Roby menyebut, Disperindagkop sampai ke daerah-daerah mengontrol harga dengan sistem informasi perdagangan. Dengan memonitor dan mengambil sampel harga di 18 pasar di 10 kabupaten-kota se-Kaltim.  “Jangan sampai masyarakat mau diprovokasi. Ada informasi (harga) telur naik, padahal stok kita banyak,” katanya. Selain langkah aktif di lapangan, Disperindagkop kata Roby, juga mengambil upaya antisipasi. Yakni dengan kerja sama antarpulau. Seperti business matching dengan Provinsi Jawa Timur. Hal ini sangat efektif memotong mata rantai distribusi agar harga bisa terkendali. Sekadar informasi, transaksi di pasar se-Kaltim berkisar sebesar Rp 29 miliar per harinya. Daging ayam berkontribusi paling besar, yakni Rp 1 miliar per hari disusul telur ayam Rp 900 juta per hari.  BEN/ENY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: