Sabaruddin Panrecalle: Tahu Penyakit Dunia Pendidikan

Sabaruddin Panrecalle: Tahu Penyakit Dunia Pendidikan

Saban tahun, proses pendaftaran siswa baru selalu menuai polemik. Seakan menjadi siklus yang tak berujung pangkal. Padahal, pemerintah sudah tahu pokok masalahnya.

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Inilah yang menjadi perhatian Sabaruddin Panrecalle. Anak nelayan yang kini duduk sebagai anggota legislatif.  Menurutnya persoalan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) adalah persoalan klasik. Karena itu, semestinya bisa segera dipecahkan. "Sudah tahu sebenarnya penyakitnya (pangkal masalahnya) tapi kenapa tidak kita urai satu-satu. Bahwa jumlah kelulusan tidak berbanding lurus jumlah sekolah yang ada," urai Wakil Ketua DPRD Balikpapan itu. Politisi Gerindra ini terus mendorong agar instansi terkait di daerah bisa menyuarakan kondisi yang terjadi di Balikpapan kepada pemerintah di pusat. Agar kebijakan pusat dapat menyesuaikan kondisi di daerah yang saat ini belum dapat mengakomodir sistem zonasi lantaran kekurangan sekolah. Adapun rencana penambahan sekolah dengan membangun infrastruktur di beberapa daerah, masih terganjal pendanaan akibat pandemi. "Mau ditegakkan sistem zonasi, sementara ada daerah yang tidak punya sekolah. Itu yang jadi persoalan, dipaksakan kehendak," ujarnya. "Berikan imbauan kepada pemerintah pusat. Ini loh daerah kami, belum siap sebenarnya," tandasnya. Ia menilai kondisi pandemi juga memengaruhi semua aspek kehidupan termasuk ekonomi. Sehingga ia menyayangkan bila regulasi PPDB terlalu ketat dalam hal pemberlakuan syarat-syarat penerimaan. Misalnya dengan meminta anak melakukan tes narkoba, sementara biaya sekali tes bisa mencapai ratusan ribu rupiah.  "Tahun kemarin sekitar Rp 160 ribu, tahun ini naik sekitar Rp 290 ribuan. Dalam suasana pandemi ini semuanya serba sulit. Ini kan perlu dibenahi," katanya.

Dua Periode

Lahir dan besar sebagai anak nelayan, mengasah mental Sabaruddin. Jalan hidup membawanya ke dunia politik pada awal 2000-an. Ia malang melintang di sejumlah partai politik sebelum bergabung ke partai pimpinan Prabowo Subianto. Pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2004 ia melenggang ke DPRD Bersama saudaranya yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPC Partai Gerindra Balikpapan, Muhammad Taqwa. Kedekatannya dengan masyarakat di pesisir timur Balikpapan mengantarkannya kembali menuju kursi Wakil Ketua DPRD Balikpapan periode 2019-2024, dengan perolehan lebih dari 3.600 suara dalam kontestasi Pileg yang lalu. Keberhasilan itu tak lepas dari upaya Sabaruddin mengakomodir aspirasi konstituen. Itu dibuktikan pada saat menduduki kursi pimpinan tepatnya sebagai wakil ketua DPRD Balikpapan, pada periode sebelumnya. Tingginya kepercayaan masyarakat mengantar Sabaruddin sebagai Wakil Ketua DPRD Balikpapan sejak periode 2014-2019 dan periode 2019-2024.

Suka Sepeda

Pria kelahiran Balikpapan itu merupakan sosok yang suka berolahraga. Ia senang menghabiskan masa lowongnya untuk bersepeda mengitari jalan dan gang-gang kecil pemukiman warga sampai ke daerah pelosok. Ia mengaku mengoleksi beberapa jenis sepeda mulai dari jenis road bike, sepeda gunung, sepeda seri. Ia juga mengaku mengoleksi sepeda lipat yang saat ini sedang tren. "Sejak muda saya sudah suka bersepeda. Jauh sebelum gowes ini viral. Terabas (dengan motor trail) juga sudah lama saya geluti," katanya. Ia menyebut hobinya itu tidak hanya memberi manfaat bagi kesehatan tapi juga untuk memonitor ruas-ruas jalan yang rusak atau drainase yang butuh perbaikan. "Gowes tetap, trail juga masih tetap. Tapi hobi kita ini sebagiknya juga ditunjang sesuai kebutuhan," ujarnya. Menurutnya, sebagai pengusaha sekaligus wakil rakyat, maka waktu menjadi sangat berharga. Nah, dengan hobi gowes tadi maka dia bisa memastikan bahwa aspirasi konstituennya terkait jalan dan drainase benar-benar terakomodir. Lantaran permasalahan semenisasi dan perbaikan drainase merupakan dua hal yang paling dominan disampaikan masyarakat, terutama saat reses anggota dewan. "Gowesnya dapat, seharusnya dapat, survei lapangan dan sapa masyarakat juga dapat. Sekali jalan ratusan pulau kita lampaui," tukasnya. Menurutnya gowes menggunakan sepeda juga butuh perencanaan. Perlu memetakan track dan mengukur jarak tempuh. Jika dirasa jaraknya cukup jauh, maka Sabaruddin lebih memilih menggunakan motor trailnya. "Kita lihat lokasinya kalau sampai ke pedalaman atau ke pelosok. Ya nawaitunya (niatnya) juga sama. Sehatnya dapat, survei dan sapa masyarakat juga dapat," imbuhnya. Ia menyebut ada komunitas trail yang dia ikuti. Hanya saja tidak bisa selalu mengikuti jadwal terabas atau touring lantaran terkendala dengan waktu. "Tapi biasa kalau ada komunitas yang ajak (kebetulan ada waktu) saya bisa ikut," tutupnya. (*) Pewarta: Ryan Amanta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: