Pilkada Balikpapan: ‘Serangan Darat’ dari Bakal Calon Kandidat (3 – Habis)

Pilkada Balikpapan: ‘Serangan Darat’ dari Bakal Calon Kandidat (3 – Habis)

Baliho Wakil Ketua DPRD Balikpapan, Sabaruddin terpampang di sepanjang jalan utama. (Ariyansah/DiswayKaltim)

Balikpapan, DiswayKaltim.com - Di era 4.0 ini, baliho masih menjadi pilihan seksi. Bagi para politisi. Atau pelaku industri.

Media luar ruang tetap dipandang ampuh sebagai alat mengenalkan diri. Meski dalam berbagai penelitian lembaga politik, tingkat efektivitas baliho semakin mengerucut. Dari 20 persen menjadi 7-10 persen.

Di Balikpapan, baliho pun tetap dioptimalkan. Sebagai ruang perkenalan para kandidat bakal calon kepala daerah.

Bagi mereka dan para politikus kebanyakan, baliho masih menjadi andalan serangan darat. Di antara blusukan, temu warga dan atau pembagian sembako jelang Hari Raya. Atau jelang hari pencoblosan.

Diakui atau tidak. Besar atau kecil. Baliho tetap punya peran mempengaruhi. Minimal untuk mengenalkan sosok baru, yang bagi warga sosok baru itu dinilai masih asing.

Selain itu baliho juga dianggap punya nilai marketing tinggi. Khususnya bagi para target yang enggan atau jarang berselancar di dunia maya. Maka tak heran, tokoh-tokoh di Balikpapan masih menggunakannya.

Selain Heru Bambang dan Ahmad Basir,  sejumlah tokoh lain juga memanfaatkan baliho. Khususnya bagi mereka yang namanya mencuat. Dalam peta politik Balikpapan menuju Pilkada 2020.

Semisal Sholehuddin Siregar, Yaser Arafat, bahkan para legislator. Yang digadang-gadang bakal maju. Seperti Wakil Ketua DPRD Balikpapan Sabaruddin, juga legislator Syukri Wahid.

Mereka memasang baliho di beberapa titik. Di sejumlah pusat keramaian dan sisi ruas jalan utama Balikpapan. Namun, mereka memiliki alasan berbeda. Terhadap tujuan pemasangan baliho yang memapangkan wajahnya di beberapa ruas jalan itu.

Semuanya sih tak masalah. Jika baliho-balihonya itu disebut sebagai ajang sosialisasi. Tanda niat maju di pilkada nanti.

Sabaruddin, misalnya. Wakil ketua DPRD Balikpapan ini memaparkan tujuan baliho  besarnya di titik keramaian. Dan sejumlah jalan utama.

"Yang jelas. Kami memasang baliho dalam rangka menyambut datangnya atau pemindahan ibu kota negara ke Kaltim," katanya kepada DiswayKaltim.com, Selasa (15/10/2019).

Baliho Sabaruddin tersebut, bergambar wajahnya, dengan tulisan "Selamat Datang Ibu Kota Negara di Bumi Kalimantan Timur". Kemudian di bawah wajahnya, terdapat tulisan namanya. Sebagai wakil ketua DPRD Balikpapan.

"Itu sah-sah saja masyarakat menilai sebagai ajang sosialisasi. Untuk persiapan maju di Pilkada Balikpapan," lanjutnya.

Rencana Sabaruddin maju di pilkada tetap bulat. Dukungan terhadap dirinya maju, diklaim makin menguat. Baik di jajaran DPC Partai Gerindra Balikpapan maupun DPD Partai Gerindra Kaltim.

"Gerindra ingin mengusung kadernya sendiri. DPD dan DPC mendorong nama saya. Tapi kami kembalikan ke DPP untuk memilih. Karena kita juga membuka penjaringan secara umum. Terbuka untuk siapa saja," katanya.

Baliho Syukri Wahid di Balikpapan Baru. (Ariyansah/DiswayKaltim).

Lain hal dengan Syukri Wahid. Ia menerangkan pemasangan baliho tentang dirinya, inisiatif loyalisnya. Sebagai wujud dukungan mereka. Yang menginginkan mantan wakil ketua DPRD Balikpapan itu maju. Bertarung di Pilkada Balikpapan 2020.

"Itu keinginan tim. Kalau itu (baliho) dimaknai dengan perspektif bahwa saya akan maju. Ya saya tidak bisa pungkiri. Karena ini juga menuju tahun-tahun politik. Saya tidak menyangkal," kata Syukri, ketua Fraksi PKS DPRD Balikpapan.

Secara pribadi. Syukri memang punya niat. Maju di Pilkada Balikpapan. "Kalau saya masih wait and see. Keinginan ada. Tapi posisi nothing to lose. Soal kabar berpasangan dengan Pak Rahmad Mas'ud, itu rumor aja," katanya.

Syukri mengusung nama populer ESWE. Akronim dari namanya sendiri. Alasannya, itu panggilan akrab di kalangan koleganya.

"Tulisannya memang diawali huruf E. Tapi di telinga tetap terdengar SW, singkatan nama saya. Tambahan E di belakang S bagian estetika," ungkapnya.

Tagline yang dimunculkannya soal akhlak bangsa dan peradaban. "Memperbaiki akhlak, membenahi peradaban. Kita perlu memperbaiki akhlak kita untuk menularkan kebaikan. Yang nantinya memberi pengaruh pada perbaikan peradaban," jelasnya.

Baliho Syukri memang menyoal peradaban. Lengkapnya: Persatuan dalam Kemajemukan Ruh Utama Majunya Peradaban. Dengan selipan tagar ESWE. Di atasnya tertulis: Balikpapan Kubangun, Kujaga, Kubela.

Saat ini, memasuki era 4.0. Era yang ditandai munculnya revolusi industri ke-4. Dimulai dengan revolusi internet.

Era 4.0 menjadi tantangan bagi politisi dan partai. Mengacu data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. Merinci, pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa. Atau 54,68 persen dari total populasi 262 juta orang.

Tingginya pengguna internet menunjukan: berselancar di dunia maya menjadi bagian hidup baru di zaman sekarang. Bahkan, sejak 11 tahun silam internet sudah digunakan sebagai ajang kampanye. Yang akhirnya membawa kemenangan di ajang Pemilihan Presiden.

Kampanye di media sosial itu dianggap sukses. Bahkan menjadi rujukan banyak negara, yaitu kampanye presiden Barack Obama tahun 2008 di Amerika Serikat.

Ini lah titik awal meledaknya kampanye di dunia maya yang kemudian diikuti oleh SBY. Hasilnya menang juga. Begitu pula akhirnya diadopsi oleh Jokowi dan para kepala daerah serta caleg di Indonesia. Menang pula.

Untuk kalangan yang relatif terdidik, kampanye media sosial memang dinilai lebih efektif. Dibanding baliho dan spanduk.

Alasannya sederhana: orang yang relatif terdidik dan well inform tidak akan percaya isi baliho, billboard atau spanduk.

Publik lebih percaya pemikiran koleganya di jejaring sosial. Padahal, dalam baliho, masyarakat tidak pernah menemukan hoax. Laiknya hoax yang terserak di sosial media. (sah/rap)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: