Bikin Turnamen e-Sport; ESI dan IESPA Tekankan Kolaborasi
Perkara pembayaran hadiah turnamen dan gaji klub e-Sport di Kaltim belakangan ini. Bisa menjadi batu loncatan bagi cabor ini. Untuk melangkah lebih jauh ke depan. Kaltim sangat bisa memiliki deretan player top di jalur prestasi ataupun profesional. Namun tergantung bagaimana memanajemennya. SDM di level penyelenggara dan regulator harus siap beriringan dengan pertumbuhan gamer, tentunya.
PADA bagian pertama dan kedua tulisan ini. Telah diulas bagaimana keterlambatan pembayaran hadiah turnamen bisa terjadi. Lewat pengakuan player yang bersangkutan. Serta sumbang saran dari pengamat olahraga, agar ke depan, organisasi e-Sport harus rajin mendampingi mereka yang berada di akar rumput. Kali ini, ESI Kaltim, ESI Balikpapan, dan IESPA Balikpapan akan berbicara soal bagaimana seharusnya kejuaraan digelar. Dan seperti apa pengelolaan klub profesional itu.
Dari 3 organisasi e-Sport yang diakui di Indonesia. ESport Indonesia (ESI) dan Indonesia ESport Association (IESPA) memiliki eksistensinya di Benua Etam. Kedua organisasi ini cukup aktif menjalankan perannya masing-masing.
Seperti diketahui, ESI yang berada di bawah naungan KONI bertugas melakukan pembinaan atlet untuk jenjang prestasi. Maksudnya, via multi ajang sedari Porprov, PON, kejurnas di bawah kendali PB ESI, hingga Olimpiade. Sementara IESPA lebih ke arah pembinaan atlet profesional.
Punya dua organisasi besar yang eksis. Mestinya menjadi keuntungan tersendiri bagi player e-Sport serta penyelenggara kejuaraan. Karena ada badan regulator yang bisa digandeng sewaktu-waktu.
Dan sebaliknya, akan menjadi kekacauan jika penyelenggara memilih jalannya sendiri. Alias tidak melibatkan satu dari dua organisasi tersebut. Yang ujung-ujungnya, potensi keterlambatan pembayaran hadiah bisa terus terjadi. Bahkan pemain tidak memiliki landasan hukum saat ingin memperjuangkan haknya.
Persoalan pembayaran hadiah itu, sejatinya sudah sampai di telinga pengurus ESI Kaltim. Hanya memang mereka belum bisa berbuat banyak karena sejak awal tidak dilibatkan oleh penyelenggara.
Di ranah e-Sport jalur prestasi. Dikatakan Ketua Umum ESI Kaltim Brigjend TNI Moch. Amin melalui Sekum ESI Kaltim Hasbi Muhammad. Setiap kegiatan kejuaraan e-Sport itu bisa terlaksana bila dapat rekomendasi dari ESI selaku induk olahraga.
"Nanti pihak kepolisian boleh memberikan izin asal penyelenggara dapat rekomendasi dari ESI. Jadi untuk menghindari kegiatan yang berimbas atletnya tidak tersampaikan hadiahnya dan lain-lain termasuk prestasinya tidak tercatat," ujar Hasbi.
Jadi regulasinya jelas seperti itu. Tidak ada kejuaraan di jalur prestasi yang tidak melibatkan ESI. Kalau nekat, kerugian paling minimal adalah, atlet tidak terdata capaian prestasinya. Pun tidak masuk radar pembibitan atlet oleh ESI.
Sementara soal klub-klub e-Sport yang mulai menjamur. Serta kewajiban mereka membayar gaji pemainnya. Hal itu tidak lagi menjadi kewenangan ESI.
"Itu kemandirian klub, bagaimana mereka mau menggaji atau kerja sama dengan pihak sponsor. Itu urusan klub. Kita hanya mengurusi atletnya saja yang memang mau jalur prestasi," tegasnya.
Beralih ke ESI Balikpapan, yang ketuanya cantik itu. Fathi Rezqi Utami. Dia menegaskan bahwa semua kejuaraan yang diselenggarakan ESI atau rekanannya. Tidak bakal dikenakan biaya pendaftaran. Sementara hadiahnya, telah ada yang menjamin.
Sehingga tidak ada cerita lambat membayar hadiah karena keterlambatan pembayaran biaya pendaftaran atau lainnya. Lagian menurut Tami, ESI bukanlah organisasi profit. Murni sebagai wadah bagi e-Sport, dalam hal ini player asal Balikpapan. Untuk menjadi pemain hebat di jalur prestasi.
"Untuk ESI Balikpapan, setiap turnamen yang diadakan tidak meminta uang pendaftaran. Karena ESI bukan lembaga profit, sama seperti cabor lainnya. Setiap ada event kejurkot, tidak memungut biaya pendaftaran," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: