53 Prajurit di KRI Nanggala Gugur

53 Prajurit di KRI Nanggala Gugur

Jakarta, nomorsatukaltim.com - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan seluruh awak kapal KRI Nanggala 402 yang berjumlah 53 orang dipastikan meninggal dunia. Hal ini diketahui berdasarkan hasil citra bawah air secara visual menggunakan kamera.

Hadi menuturkan, bagian dari KRI Nanggala yang meliputi kemudi vertikal belakang, jangkar, bagian luar badan tekan, hingga baju keselamatan awak kapal MK 11 telah ditemukan. “Berdasarkan bukti-bukti otentik tersebut, dapat dinyatakan bahwa KRI Nanggala telah tenggelam dan seluruh awaknya telah gugur,” ujar Hadi dalam konferensi pers, Minggu (25/4). “Oleh karena itu dengan kesedihan yang mendalam, selaku Panglima TNI saya menyatakan bahwa 53 personel yang onboard KRI Nanggala 402 telah gugur. Prajurit-prajurit terbaik Hiu Kencana telah gugur saat menjalankan tugas di perairan utara Bali”. “Atas nama prajurit dan keluarga besar TNI, selaku panglima saya sampaikan rasa duka cita sedalam-dalamnya kepada seluruh keluarga prajurit yang gugur. Semoga Tuhan Yang Maha Besar memberikan keikhlasan, kesabaran dan ketabahan,” imbuh Hadi. Dia menjelaskan, KRI Nanggala sebelumnya telah dinyatakan subsunk atau tenggelam. Tim satgas SAR telah mengerahkan seluruh kemampuan sejak Sabtu (24/4) malam untuk memastikan keberadaan KRI Nanggala. Kemudian KRI Rigel melakukan pemindaian secara lebih akurat di lokasi menggunakan magnetometer. “Sehingga dapat menghasilkan citra bawah air yang lebih detail,” katanya. * Kapal selam KRI Naggala-402  yang hilang kontak sejak Rabu (21/4) belum ditemukan. TNI telah menetapkan KRI Nanggala-402 dengan status subsunk (submarine sunk) atau tenggelam. Namun operasi penyelamatan tetap dilanjutkan dengan bantuan militer Amerika Serikat (AS). Menurut Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono, Nanggala 402 diperkirakan berada di kedalaman 700 hingga 850 meter di bawah permukaan laut di perairan Bali. “Kedalaman yang kami deteksi ada pada kedalaman 850 (meter). Jadi sangat riskan dan sangat memiliki kesulitan yang tinggi (untuk penyelamatan dan evakuasi),” kata Yudo saat konferensi pers. Dalam kegiatan konferensi pers itu TNI menaikkan status pencarian KRI Nanggala 402 dari submiss menuju fase subsunk. Selanjutnya TNI menyiapkan evakuasi medis, sebagai aksi tanggap jika ada awak kapal yang ditemukan. Yudo menjelaskan, status subsunk diambil setelah ditemukan beberapa serpihan barang KRI Nanggala. Beberapa bukti otentik yang ditemukan adalah tabung torpedo, tabung air minum, hingga alat salat di sekitar radius 10 kilometer dari titik pencarian. Temuan itu diyakini sebagai bagian dari KRI Nanggala. Karena tidak ada kapal lain yang melintas di wilayah tersebut. TNI lantas membuat hipotesis bahwa kapal mengalami retakan. “Dengan alat (serpihan dan barang) yang sudah keluar, terjadi keretakan. Karena sampai dalam 700-800 meter tentu akan terjadi keretakan di kapal selam itu. Sehingga barang-barang keluar. Karena barang ini sebenarnya ada di dalam,” katanya. “Dengan adanya bukti otentik diyakini milik Nanggala itu, sehingga saat ini kami isyaratkan untuk menaikkan status dari submiss menuju fase subsunk. Namun kami belum bisa memastikan bagaimana mereka (kondisi awak kapal). Karena belum menemukannya,” ucap Yudo. Karena ada keretakan di lambung kapal selam, air dipastikan pula telah masuk. Namun, Yudo menjelaskan, belum tentu seluruh bagian kapal terendam. Pasalnya, ada kabin yang aman dari serbuan air. Karena kompartemen yang tertutup rapat. Sementara itu, Hadi memastikan KRI Nanggala tidak meledak. Walau kondisi kapal telah retak dan berada di kedalaman lebih dari 800 meter di atas permukaan air, ledakan tidak terdengar. “Terjadi serpihan keretakan ya. Karena keretakan secara bertahap di bagian-bagian tertentu. Mulai turun mulai dari kedalaman 300-500 (meter). Enggak ada ledakan ya. Karena kalau ada, pasti terdengar,” jelas Hadi. Dengan kondisi ini, ada dua asumsi yang kemungkinan terjadi di dalam KRI Nanggala. Pertama, cadangan oksigen di dalam telah habis karena telah melewati batas 72 jam sejak dinyatakan hilang kontak. Kedua, ada kemungkinan cadangan oksigen bisa bertahan hingga lima hari. Asumsi ini terjadi jika tidak ada kejadian blackout. Dalam artian tetap ada listrik di dalam kapal. Yang berarti pula masih ada daya yang bekerja. “Saya sampaikan 72 jam ketika kapal blackout. Tapi kalau tidak blackout, kalau ada listrik, (cadangan oksigen) bisa sampai lima hari. Kami tidak bisa lihat apakah dia blackout atau enggak. Soalnya pas (kapal) masuk air (pada Rabu dini hari) lampunya masih nyala,” ucap Yudo. Asumsi ini membuat TNI optimistis. TNI percaya seluruh awak kapal selam yang berjumlah 53 orang akan menerapkan hemat oksigen selama tenggelam. Karenanya pula TNI akan terus melakukan upaya maksimal pencarian. Pesawat P-8 Poseidon milik Angkatan Laut AS yang tiba pada Sabtu lalu pun sudah ikut melakukan misi pencarian kapal KRNI Nanggala 402. P-8 ini mulai melakukan aksi pada pukul 16.00 Wita. Adapun kapal MV Swift Rescue milik Singapura tiba di lokasi pada Minggu dini hari. Pada saat yang sama TNI juga masih menanti kedatangan kapal yang dikirimkan militer Australia, HMAS Sirius. Adapun titik pencarian ini masih tersebar di jarak 23 mile dari utara Bali atau sekitar 43 kilometer dari Celukan Bawang. * Yudo secara resmi telah menaikkan status hilangnya KRI Nanggala 402 dari fase submiss menuju fase subsunk. Dua istilah itu asing diketahui masyarakat awam. Peningkatan status ini diputuskan usai TNI bersama beberapa pihak menemukan beberapa bukti otentik serpihan barang KRI Nanggala. Salah satunya, berbentuk tabung torpedo. Peningkatan status itu membuat TNI menyiapkan evakuasi. Sehingga jika ditemukan anak buah kapal yang selamat bisa langsung dievakuasi. “Dengan demikian, dengan adanya bukti otentik diyakini milik Nanggala itu, sehingga saat ini kami isyaratkan untuk menaikkan status dari submiss menuju fase subsunk,” kata Yudo dalam konferensi pers, Sabtu sore. Pengamat militer Beni Sukandis menjelaskan, istilah fase submiss hingga subsunk merupakan istilah yang digunakan oleh TNI AL. Istilah tersebut muncul khususnya berkaitan bila terjadi suatu insiden terhadap kapal selam. Ia menjelaskan, fase submiss dideklarasikan ketika sebuah kapal selam sudah dipastikan hilang kontak namun diyakini belum tenggelam. Fase ini terjadi ketika komunikasi di kapal selam sudah terputus sama sekali. “Intinya fase kapal selam hilang di dalam laut. Enggak ada komunikasi kontak atau lost contact. Tapi belum dipastikan itu tenggelam. Hilang kontak atau hilang komunikasi, itu submiss. Tidak ada komunikasi sama sekali dan tak diketahui keberadaan,” kata Beni. Pada fase submiss, Beni mengatakan, TNI dipastikan akan melakukan pencarian secara besar-besaran. Ia merinci ada dua cara yang bisa digunakan TNI dalam melakukan pencarian kapal selam. Pertama, dengan mengerahkan pelbagai alutsista dan teknologi yang dimiliki oleh TNI maupun pihak lain di dalam negeri. Biasanya, alutsista dan teknologi dari dalam negeri yang dikerahkan berupa teknologi yang bisa mendeteksi seperti satelit atau berbentuk sonar. “Baik penggunaan sinar atau teknologi yang lain karena ini di laut. Atau pakai satelit atau sonar. Bisa mencari logam yang bisa mantul kembali. Walaupun tak bisa diketahui secara pasti. Karena wilayah di sana sangat dalam,” kata dia. Cara kedua, TNI bisa berkoordinasi dan melaporkan kehilangan kapal selam tersebut ke negara-negara lain untuk membantu pencarian. Salah satunya melalui International Submarine Escape and Rescue Liaison Office (ISMERLO). ISMERLO merupakan organisasi yang berada di bawah North Atlantic Treaty Organization (NATO) yang siap membantu mengoordinasikan bantuan pencarian kapal selam yang hilang di seluruh dunia. Selanjutnya ISMERLO akan mengirimkan sinyal darurat kepada negara-negara terdekat. Agar mengirimkan pelbagai bantuan untuk menyelamatkan kapal selam yang hilang. “Memang begitu. Bila hilang kontak, dan kita enggak punya kapasitas lakukan penyelamatan secara cepat, ya tentu kita deklarasi ke ISMERLO. TNI kan biasa kerja sama militer. Itu biasa,” kata Budi. “Kan sekarang ada juga kapal penyelamat yang lain dari Singapura datang. Pesawat pengintai ada datang dari AS. Nah, itu bisa lakukan deteksi lewat teknologi-teknologi yang negara-negara lain miliki,” tambah Beni. Selanjutnya, Beni menjelaskan, deklarasi subsunk merupakan tahap terakhir dalam fase pencarian insiden kapal selam. Beni mengatakan, fase ini akan dideklarasikan TNI apabila telah ditemukan pelbagai bukti-bukti yang menguatkan kapal selam telah tenggelam. “Deklarasi bila itu kapal tenggelam aja. Tenggelam itu ditandai dengan ditemukan bukti-bukti kuat dari kapal selam yang hilang tersebut,” kata Beni. Dia lantas mencontohkan bahwa TNI sudah menemukan pelbagai bukti-bukti. Sehingga kapal selam KRI Nanggala dinyatakan tenggelam. Beberapa bukti-bukti tersebut di antaranya tumpahan minyak dan oli, serpihan pelurus tabung torpedo dan pembungkus pipa pendingin dengan tulisan Korea; pelumas periskop kapal selam; serta alas salat ABK KRI Nanggala. Beni menduga KRI Nanggala tenggelam dalam kondisi badan kapal yang retak. Terlebih lagi, KRI Nanggala diperkirakan berada di bawah 850 meter dari permukaan laut. “Kapal selam itu kan bisa beroperasi maksimal 300 meter. Nah, di bawah itu ada tekanan. Di bawah tekanan itu kapal selam bisa kaya kerupuk itu. Sehingga alami retakan. Sehingga dimungkinkan air masuk. Dan flooding di palka-palkanya karena retak. Tapi kita enggak tahu. Sepertinya sangat besar (retakannya) dan mengeluarkan bukti-bukti tadi,” kata Beni. Pada fase subsunk, Beni mengatakan, badan kapal selam KRI Nanggala kemungkinan masih bisa ditemukan. Terlebih, negara-negara lain telah bergerak untuk membantu pencarian KRI Nanggala. Meski demikian, Beni enggan untuk berspekulasi terkait keselamatan para awak KRI Nanggala saat dalam kondisi subsunk. Ia berharap para awak masih bisa bertahan dalam kondisi tersebut. “Kalau soal awak selamat kita belum bisa memastikan ya. Itu berdasarkan kondisi. Apabila faktor pendukung keselamatan atau oksigen dan lain-lain bisa ada atau tersedia. Kalau pendukung oksigen habis, ya kita enggak tahu ya,” kata Beni. (cnn/qn) Sumber: Panglima TNI: 53 Awak Kapal KRI Nanggala Gugur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: