Pengusaha Cemas Dampak Resesi Global, Pertumbuhan Ekonomi Mentok 5,4 Persen

Pengusaha Cemas Dampak Resesi Global, Pertumbuhan Ekonomi Mentok 5,4 Persen

Slamet Brotosiswoyo. (Ferry Cahyanti/DiswayKaltim)

Balikpapan, DiswayKaltim.com – Para pelaku usaha di Kalimantan Timur mengkhawatirkan dampak resesi global terhadap perkembangan usaha.

Kegelisahan itu diungkapkan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Wilayah Kaltim, Slamet Brotosiswoyo, Jumat (11/10/2019).

“Saat ini pasar di dunia, khususnya sektor migas, batubara dan sawit sedang sulit. Padahal ketiga sektor itu masih dominan di Kaltim,” kata Slamet Brotosiswoyo. Hal itu juga tercermin dari komposisi anggota Apindo Kaltim yang berjumlah 675 pelaku usaha.

Dari jumlah itu, 35 persen berasal dari pengusaha kelapa sawit, 10 persen industri migas, dan 20 persen batubara. Sisanya berasal dari bidang usaha perhotelan, perdagangan dan jasa.

Dengan komposisi 65 persen dari sektor yang terkait dengan kondisi ekonomi global. Pelaku usaha mengaku kesulitan mengembangkan usaha. Dampaknya, pertumbuhan ekonomi Kaltim saat ini mentok di angka 5,43 persen.

“Sekarang pertumbuhan Kaltim sangat lambat atau melambat akibat terdampak resesi dan harga migas dunia,” kata Slamet. Artinya, ketika tiga sektor itu ‘jatuh’, sektor pendukung juga mulai merasakan.

Supaya jatuhnya tak terlalu dalam, Slamet  berharap adanya kebijakan terhadap industri turunan. Misalnya, kemudahan bagi industri batu bara membangun smelter. Perusahaan pengolah sawit (CPO) membuat pabrik turunan.

“Sebenarnya itu agar kita tidak tergantung pada pasar global. Karena kalau kita selalu tidak mandiri, dampaknya akan buruk,” ucapnya.

Jika hanya mengandalkan sumber daya alam, lama kelamaan akan surut. Apalagi, harga dari sumber alam ini tergantung dari pasar global. “Mereka memainkan industri kita. Contohnya seperti CPO. Eropa sangat memainkan (harga)," sebutnya.

Agar terhindar dari dampak resesi ekonomi global. Pemerintah daerah, menurut Apindo, harus memperbanyak industri. Karena itu, pemerintah dituntut membuat regulasi yang bijak terhadap industri turunan atau industri hilir.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor barang migas di Kaltim pada Agustus 2019 sebesar US$ 0,15 miliar. Jumlah itu lebih rendah 12,86 persen dibanding Juli 2019. Sementara ekspor barang non migas Agustus 2019 mencapai US$ 1,13 miliar. Juga melorot 9,09 persen dibandingkan dengan Juli 2019.

Secara kumulatif nilai ekspor Provinsi Kalimantan Timur periode Januari-Agustus 2019 mencapai US$ 10,93 miliar atau turun 9,33 persen dibanding periode yang sama tahun 2018.

Dari seluruh ekspor periode Januari-Agustus 2019, ekspor barang migas mencapai US$1,36 miliar atau turun 12,86% dan barang non migas mencapai US$ 9,57 miliar atau turun sebesar 9,09% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018.

Dibandingkan dengan nilai Impor pada Agustus 2019 mencapai US$216,68 juta atau turun 10,01% dibandingkan pada Juli 2019. (fey/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: