Simak Peluang IHSG Pekan Ini, Potensi Kembali Menguat?

Simak Peluang IHSG Pekan Ini, Potensi Kembali Menguat?

Gelombang ketiga dan masalah vaksin AstraZenca menjadi katalis negatif pelaku pasar. Meski begitu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan berpeluang konsolidasi menguat di awal pekan ini.

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Tren naik di bursa Amerika Serikat, diikuti Yield Treasury USA yang stabil. Dan dukungan kebijakan bunga longgar The Fed serta index VIX yang rendah. Ini membuka peluang pasar ekuitas melanjutkan kenaikan pekan ini. Gelombang ketiga dan masalah vaksin AstraZenca menjadi katalis negatif pelaku pasar. Meski begitu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan berpeluang konsolidasi menguat di awal pekan ini. Dengan support 6,000 sampai 5,944 dan resistance di level 6,150 sampai 6,230. Sementara pergerakan indeks global akan dipengaruhi oleh laporan keuangan yang mulai keluar. Demikian dikemukakan Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, saat dihubungi Disway Kaltim, Minggu (11/4) kemarin. Dalam pekan ini, menurutnya ada beberapa sentimen yang memengaruhi IHSG pada pekan kedua April 2021. Pertama, di bursa Wall Street saham yang diuntungkan terkait dengan pemulihan ekonomi memimpin kenaikan di tengah percepatan peluncuran vaksin dan stimulus fiscal. Serta anggaran jumbo infrastruktur Amerika Serikat. Tiga hal ini mendorong harapan pemulihan ekonomi yang kuat. Presiden AS Joe Biden telah menjabarkan rencana infrastruktur pemerintahannya sebesar USD 2 triliun. Yang mencakup kenaikan tarif pajak perusahaan menjadi 28 persen. Dan menyatakan bersedia untuk bernegosiasi tentang kenaikan pajak yang diusulkan tersebut. “Usulan kenaikan pajak perusahaan sebagai sumber utama pendapatan pajak bagi rencana infrastruktur Gedung Putih. Dalam seminggu Indeks Dow Jones telah naik 2 persen sampai akhir pekan,” katanya. Sementara Indeks S&P 500 menguat 2,7 persen. Menorehkan kenaikan mingguan terbaik sejak awal Februari. Adapun Indeks Nasdaq juga naik 3,1 persen di periode yang sama. Di sisi lain saham teknologi unggulan juga mengalami kenaikan seiring dengan turun dan stabilnya Yield US Treasury 10 year dan dukungan pernyataan The Fed. Kedua, risalah rapat terbaru The Fed kembali berjanji untuk mempertahankan kebijakan moneter super longgar. Bahkan saat ekonomi pulih secara cepat. Risalah pertemuan terakhir The Fed menunjukkan anggota dewan gubernur merasa ekonomi masih jauh dari target dan tidak terburu-buru untuk mengurangi pembelian obligasi senilai USD 120 miliar per bulan. Hal ini akan terjadi sampai kuartal pertama 2020 sebelum The Fed mulai berbicara tentang pengurangan dengan perubahan aktual pada kecepatan pembelian. Chairman The Fed Jerome Powell mengatakan, kebijakan tidak akan bergeser sampai setidaknya ada serangkaian data yang positif selama berbulan-bulan. Bank sentral USA berupaya memenuhi target indeks harga (inflasi) tetap stabil dan lapangan kerja maksimum. Anggota dewan James Bullard mengatakan, The Fed bahkan tidak membahas perubahan sampai pandemi jelas-jelas berakhir. Ketiga, Yield US Treasury tenor 10 tahun naik tipis ke level 1,66 persen menyusul rilis data inflasi. Indeks harga produsen (PPI), yang mengukur inflasi harga grosir, naik di bulan Maret. Data PPI Maret menunjukkan kenaikan 1,0 persen. Dibandingkan dengan proyeksi 0,4 persen dari ekonom yang disurvei Dow Jones. Secara tahunan, PPI telah naik 4,2 persen. Yang menandai kenaikan tahunan terbesar dalam lebih dari sembilan tahun. “Imbal hasil obligasi USA pernah bertengger di level tertinggi 1,776 persen yang merupakan level tertinggi sejak Januari tahun lalu,” papar Hans. Level tertinggi itu dicapai pada Maret seiring data ekonomi AS yang baik dan memicu kekhawatiran lonjakan inflasi yang dapat memaksa The Fed menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan. “Perbaikan data ekonomi AS nampaknya bukan berita baik bagi negara berkembang karena cenderung mendorong Yield US Treasury 10 Year naik,” kata Hans Kwee. Sentimen selanjutnya, Indeks volatilitas Chicago Board Options Exchange (CBOE) yang dikenal sebagai VIX. Merupakan indeks yang mengarah ke harga opsi di S&P 500 untuk melacak tingkat ketakutan pelaku pasar di Wall Street. Hans mengatakan, VIX umumnya menggambarkan nilai indikatif 30. Di mana jika VIX di atas 30, menyiratkan volatilitas yang tinggi dan rasa takut yang terdapat di antara para investor. Bila nilai di bawah 30 menunjukkan keyakinan diri para investor, atau lebih tepatnya, volatilitas yang lebih rendah di pasar. Saat ini VIX telah diperdagangkan di bawah ambang batas 20 selama delapan sesi berturut-turut. Ini terjadi setelah volatilitas pasar telah menurun secara signifikan karena S&P 500 terus naik untuk memperbarui rekor tertingginya. Januari Indeks ini sempat naik ke level 37 akibat ketidakpastian jangka pendek menjelang FOMC. “Dan Januari tahun 2020 sempat mencapai 80. Level ini menggambarkan bahwa ketidakpastian di pasar keuangan AS sangat rendah,” ujarnya. Kemudian, reli kenaikan di pasar Wall Street terlihat sedikit melambat.  Sebab perhatian investor akan bergeser untuk fokus ke periode rilis kinerja laba emiten pekan depan. Musim laporan keuangan kali ini, laba emiten pada Indeks S&P 500 diperkirakan naik sampai 24,2 persen di kuartal pertama. Data ini berdasarkan estimasi Refinitiv IBES. Investor terlihat menunggu untuk melihat berapa kuat pencapaian laba emiten sebenarnya. Para investor akan menggunakan kinerja emiten untuk mengonfirmasi data indikator ekonomi yang positif belakangan ini. Pencapaian laba yang positif dan di atas perkiraan cenderung akan mendorong reli kembali indeks utama di Amerika Serikat. Sentimen yang juga memengaruhi pasar. Di mana pasar juga mencerna kesimpulan Badan Obat-obatan Eropa. Bahwa ada kemungkinan hubungan antara vaksin virus corona yang dikembangkan AstraZeneca dan Universitas Oxford, dengan masalah pembekuan darah yang jarang terjadi pada orang dewasa setelah menerima suntikan. Vaksin AstraZeneca dianggap sebagai pelopor dalam perlombaan inokulasi global sekarang terkendala masalah keamanan dan pasokan. Regulator obat Uni Eropa mengatakan telah menemukan "hubungan yang kuat" antara suntikan AstraZeneca dan pembekuan darah yang langka. Terutama pada pasien yang lebih muda. Regulator Inggris mengatakan, bahwa orang yang berusia di bawah 30 tahun harus ditawari vaksin alternatif, jika tersedia. Pernyataan ini menyusul teguran yang tidak biasa dari regulator Amerika pada Maret. Yang menuduh AstraZeneca merilis data yang "berpotensi menyesatkan" dari uji klinis besar di AS. AstraZeneca sedikit merevisi turun perkiraan kemanjuran vaksin buatannya. Australia dan Filipina membatasi penggunaan vaksin tersebut, sementara Uni Afrika membatalkan rencana untuk membelinya. Tentu ini suatu kemunduran dalam proses vaksinasi. Karena vaksin AstraZeneca dianggap lebih murah dan akan dipakai secara global terutama negara berkembang. Hans menyebut bahwa tahun 2020 ekonomi global terkontraksi 3,3 persen. Dalam World Economic Outlook, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global sebesar 6 persen di 2021. Naik dari 5,5 persen dari proyeksi Januari. Sedangkan untuk 2022, diperkirakan ekonomi dunia naik 4,4 persen dibanding proyeksi sebelumnya 4,2 persen. Proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) juga menyatakan pertumbuhan berjalan pada 4,4 persen pada 2021. Hampir sama dengan rata-rata negara maju. Tetapi jauh di belakang perkiraan 6,4 persen untuk AS. Tahun lalu PDB di Uni Eropa berkontraksi pada -6,6 persen dibandingkan dengan -3,5 persen di AS. Pertumbuhan ekonomi global didukung stimulus fiskal dan moneter berpeluang mendorong bullish pada harga komoditas global. “Ini yang berpotensi mendorong naiknya PDB negara berkembang karena data historis menunjukan korelasi positif kedua hal tersebut,” terangnya. Kemudian, International Monetary Fund (IMF) melakukan revisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2021. Dari proyeksi Januari di level 4,8 persen menjadi 4,3 persen. “Untuk 2022, PDB Indonesia diperkirakan tumbuh 5,8 persen, lebih tinggi bila dibandingkan rerata pertumbuhan ekonomi global,” ujar Hans Kwee. Prediksi pertumbuhan menggunakan asumsi yang berubah-ubah dari waktu ke waktu. Indonesia saat ini di peringkat 8 negara yang melakukan vaksin tercepat. Pemerintah juga memberikan guyuran stimulus, seperti bantuan sosial kepada masyarakat dan memberi insentif dunia usaha seperti perpajakan. Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dan dengan bantuan dari Bank Indonesia (BI), OJK, maupun LPS, akan membawa perekonomian Indonesia di 2021 tumbuh di kisaran 4,5 persen yoy hingga 5,3 persen yoy. Untuk kuartal I, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa estimasi GDP berada di minus 0,5 persen. Hal ini terjadi akibat PPKM dan pemulihan ekonomi yang lebih lamban dari perkiraan. (fey/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: