Stanley, Pembalap Liar yang Sukses di Biliar
Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Masa muda Stanley memang cenderung liar. Menjadi raja jalanan lebih penting ketimbang menjadi anak manis yang berprestasi di sekolah. Sejak remaja, ia sudah lekat dengan biliar dan balap liar. Sampai sekolahnya harus berakhir prematur.
Stanley sejak awal memang tidak berada di lingkaran yang bagus untuk menopangnya menjadi ‘orang’. Layaknya stereotip masyarakat Indonesia. Bahwa sukses itu ditakar dari kekayaan, pekerjaan bagus, yang bermula dari hasil akademis yang ciamik.
Stanley jauh dari asumsi itu. Jalannya berbeda. Tapi pada akhirnya, ia tetap menjadi orang yang berhasil walau melalui jalan yang tak lazim.
Pria kelahiran Manado itu sudah dekat dengan biliar sejak kecil. Ia bahkan punya bakat alami di permainan itu. Tapi yang perlu diingat, jauh sebelum hari ini. Biliar lebih lekat dengan stigma olahraga nakal. Hiburan malam. Alkohol, judi, dan wanita.
Stigma yang belum sepenuhnya hilang sampai saat ini. Ketika biliar sudah menjadi olahraga prestasi.
Sejak menyadari minat dan bakatnya di biliar, Stanley muda jadi tekun berlatih. Ia kesampingkan berbagai anggapan tentang olahraga pilihannya itu. Menutup telinga, dan melanjutkan apa yang sudah ia yakini. Ia ingin menjadi atlet biliar.
Sampai pada satu titik, Stanley berada di persimpangan. Karier biliarnya mulai menanjak. Jam terbangnya mulai tinggi. Sehingga harus sering keluar kota untuk bertanding di satu turnamen ke turnamen lain. Di sisi lain, ia masihlah seorang siswa.
Maka pilihannya; melanjutkan karier biliar yang jika ditunda belum tentu kesempatan emas itu akan kembali tiba. Atau meninggalkan sekolah dengan segala konsekuensinya. Dan Stanley memilih yang kedua.
"Awal kenal biliar (tahun) 1995. Cuma main begitu saja. Tahun 2000 mulai tekuni. Dari kelas 6 SD lulus kemudian SMP, masuk SMA mulai biliar sudah terlanjur bagus. Jadi malas sekolah.”
“Berhenti sekolah. Karena keenakan bertarung. Keluar ke mana-mana, Banjarmasin dan daerah lain. Jadi sudah merasa enak. Sekolah lupa,” jelas Stanley.
Selain biliar, balapan liar adalah sisi lain kehidupan Stanley. Menjadi pembalap liar adalah caranya mencari kesenangan masa remaja. Berkumpul, taruhan, balapan, adalah ‘kesibukan’ lain yang dilaluinya di luar kepenatannya menekuni biliar.
Trek sepi sepanjang Jalan Minyak sampai Melawai, Balikpapan menjadi saksi bisu betapa Stanley pernah menjadi pembalap liar di area itu.
“Balap itu karena gengsi. Jadi itu jadikan pengalaman. Syukur sekarang bisa lepas dari balap liar," lanjut Stanley saat berbincang dengan awak nomorsatukaltim.com.
Setelah melewati tempaan keras di biliar. Stanley akhirnya mendapat momen untuk masuk ke area prestasi. Pada tahun 2008, sewaktu Kaltim bertindak sebagai tuan rumah PON XVII.
Stanley menjadi orang yang terpilih mewakili Kaltim di multi ajang itu tanpa melewati Pra PON. Namanya juga tuan rumah. Namun begitu, bukan berarti prosesnya mudah bagi Stanley. Karena ia harus melewati banyak tahapan seleksi lokal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: