Diskusi Sambil Jalan di Negeri Singa Putih (2) : Histeria di Pulau Sentosa

Diskusi Sambil Jalan di Negeri Singa Putih (2) : Histeria di Pulau Sentosa

Diskusi sambil jalan tim Disway Kaltim dan Kaltara berlanjut. Kali ini sambil hiburan. Sentosa jadi tempat yang harus dikunjungi. Apalagi kalau bukan Universal Studios Singapore (USS).

Oleh: Ariyansah

INI wahana bermain Universal Studios yang pertama. Di Asia Tenggara. Kedua di Asia. Setelah Universal Studios Japan.

Taman bermain menyuguhkan tema film-film terkenal Hollywood. Yang diproduksi Universal Studios. Di sana ada banyak wahana bermain. Tentu, menghibur. Apalagi kalau datangnya ramai-ramai. Menikmati wahana juga bareng-bareng. Dengan teman, kerabat atau keluarga.

Saat berkunjung ke Singapura. Tepatnya, diskusi berjalan. Ya, rapat berjalan. Antara Disway Kalimantan Timur dan salah satu pembina Disway Kaltim. Zainal Muttaqin. Di Singapura. Kami sempat datang ke sana. Ke USS. Sabtu (5/10/2019).

Jaraknya dari hotel tempat kami menginap: Hotel Supreme. Cukup jauh. Harus naik MRT (Mass Rapid Transit) untuk ke USS. Kalau jalan kaki, bisa saja. Tapi bisa gempor.

Dari hotel naik MRT. Kami akhirnya tiba di Harbour Front Station. Dari sini. Petualang kami ke USS dimulai.  

Dari Harbour Front Station kami menyebrang ke Pulau Sentosa. Naik kereta gantung. Singapore Cable Car namanya. Tingginya, kira-kira capai 200 meter dari permukaan tanah. Bahkan di beberapa titik lebih tinggi.

Sebelum ke Pulau Sentosa. Kereta gantung menuju Mount Faber Station, dari Harbour Front Station. Awalnya. Dari bawah. Sebelum menaiki kereta gantung ini. Saya merasa biasa saja. Ternyata, ketika di atas. Saat melihat pemandangan ke bawah. Tiba-tiba baru sadar, takut ketinggian. Moment itu sungguh menguras jantung. Sampai saya tak mau berdiri. Pegangan kuat. Tak mau menengok ke bawah.

Pemimpin redaksi saya yang saat itu berada satu kereta gantung. Juga demikian. Dia baru sadar. Kalau dia juga takut ketinggian.

Perlahan mulai biasa. Panorama dari atas cukup cantik. Kami akhirnya tak takut lagi. Ternyata rasa itu hanya perkenalan saja. Selain itu, juga karena di bawah bukan lagi tanah. Melainkan air. Lautan. Hehehe. Jadi, kalau terjadi apa-apa, jatuhnya masih di air.

Dari ketinggian kita bisa melihat pemandangan. Bukan hutan. Melainkan gemerlapnya dunia bisnis. Ya, dari kereta gantung itu. Terlihat gedung-gedung perkantoran, perhotelan hingga pelabuhan internasional. Fasilitas bongkar muat peti kemas tampak berjejer rapi. Crane-crane besar dan tinggi. Tampak ribuan peti kemas berjejer.

Pantas saja, jika Singapura menjadi pusat bisnis. Pertemuan antar pebisnis. Pelabuhannya sangat menunjang. Kapal-kapal besar tak perlu antre.

Kereta gantungnya, berhenti di Sentosa Station. Perjalanan keliling di USS berlanjut.

Ada banyak wahana permainan di sana. Dan wahana lain yang menghibur para pengunjung. Ada pula wahana pertunjukan. Seperti Donkey Live, Trick or Treat, Waterworld, Minion Monsters Trickly Treats, Rhythm Truck, Dance for The Magic Beans, Turntables, Madagascar Boogie.

Kemudian ada juga Autobots Roll Out, Happily Ever After, Meet Gru, Meet The Egyptian Royalty, Raptor Encounter, Hatched dan Hollywood Walk of Fame.

Waterworld, adalah pertunjukan pertama. Yang kami saksikan. Menghibur? Sudah pasti. Tapi tak ada teriakkan histeris dari pengunjung. Yang ada hanyalah tepuk tangan riang para penonton. Seperti pertunjukkan drama aksi. Yang diangkat dari cerita film Waterworld. Tahun 1955.

Sehabis dari Waterworld. Kami beranjak ke wahana lain. Adalah Autobots Roll Out. Semacam wahana semi roller coaster, dengan tampilan 3D. Membuat pengunjung serasa berada dalam perkelahian antar autobots di film Transformers.

Antrean pengunjung untuk wahana ini, tak perlu disebutkan panjangnya. Karena saya trauma. Yang jelas, kami saat itu harus mengantre selama satu jam lebih. Tak terbayar. Dengan keseruan wahana itu. Meski pertunjukannya hanya berlangsung kurang lebih 10 menit.

Wahana Autobots Roll Out ini sedikit menguras jantung. Detak jantung agak meningkat. Ya semi senam jantung begitulah. Kami bersama-sama pembina Disway Kaltim Zainal Muttaqin dan tim. Semua ada delapan orang.

Setelah wahana itu, rasa penasaran kami tertuju pada wahana Meet The Egyptian Royalty. Di wahana ini ada yang namanya Revenge of The Mummy. Dan kami mencoba itu. Tak ada kabar atau informasi sebelumnya. Kami hanya tahu. Bahwa wahana itu pertunjukan mummy.

Ternyata itu wahana roller coaster di tengah kegelapan. Sungguh, sensasinya kejam. Jantung bergejolak. Berdetak lebih cepat. Lebih dari rasa gugup ketika kencan pertama kali dengan gebetan. Yang bisa kami lakukan saat roller coaster melaju kencang. Adalah berdoa dan teriak.

Dan memang sebutan roller coaster itu adalah roller coaster setan. Begitu orang kebanyakan menyebut. Pak Zam (sapaan akrab Zainal Muttaqin) sudah tak ikut. Harus kembali ke hotel lebih dulu. Jadi kami tinggal bertujuh.

Dari Revenge of The Mummy, kami beranjak. Mencoba yang lebih ekstrem. Masih sama. Roller coaster juga. Kali ini, roller coasternya terlihat. Tak seperti di Revenge of The Mummy itu. Ini lain. Tak malu-malu menunjukkan dirinya. Ini wahana roller coaster terpanjang di Asia Tenggara. Namanya Battlestar Galactica. Ini berada dalam salah satu halaman USS.

Ada dua versi Battlestar Galactica itu. Versi human dan versi Cylon. Kami mencoba yang versi human. Yang memiliki pijakan kaki. Kami memilih versi human karena kami sadar. Nyali kami hanya berani yang versi itu.

Boro-boro naik yang versi cylon, yang versi human saja tiga di antara kami, mundur teratur. Tak ikut. Hehehe. Jadi kami berempat.

Teriak-teriak histeris pengunjung lain yang tengah menikmati wahana itu, terngiang di telinga. Saat itu. Ketika tengah antre. Seakan coba menanyakan kembali apakah kami yakin menaiki wahana itu.

Ketika berada di depan antrean. Akhirnya masuk giliran kami. Panjang lintasannya kurang lebih satu kilometer. Ditempuh hanya dalam waktu kurang lebih dua menit. Oleh roller coaster itu. Kebayang kan kecepatannya. Pun bisa dibayangkan kencangnya teriakan kami waktu itu. Jantung berdetak lebih kencang? Sudah pasti.

Hari itu, sungguh menguras jantung. Tapi lebih besar rasa keseruannya. Karena dijalani bersama. Ya, karena apapun lebih indah jika dijalankan bersama-sama. Layaknya senam. Tak asyik, jika hanya dijalankan sendiri. (sah/dah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: