Diskusi Sambil Jalan di Negeri Singa Putih (1): Salat Subuh dan Perubahan Waktu

Diskusi Sambil Jalan di Negeri Singa Putih (1): Salat Subuh dan Perubahan Waktu

Pembina Disway Kaltim Zainal Muttaqin mengajak diskusi. Tapi sambil jalan-jalan. Membuka cakrawala pengetahuan awak jurnalis. Trip pertama ke Singapura. Berikut ulasannya.

Oleh : Ariyansah

DARI kurang lebih 72 masjid di Singapura, Al-Falah salah satunya. Masjid ini berdiri di dekat kawasan pusat kota Singapura, Orchard Road. Tepatnya, berada di lantai satu gedung Chairnhill Place, Biderford Road 15.

Masjid ini resmi dibuka 25 Januari 1987 oleh Ahmad Mattar. Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Urusan Muslim Singapura, saat itu.

Saya tiba di Singapura bersama rombongan Disway Kaltim, malam hari. Jumat (4/10/2019). Tujuh orang rombongan. Pak Zainal Muttaqin, telah menunggu kami. Lebih dulu tiba di Singapura. Kami semuanya, menginap di Hotel Supreme, Kramat Road.

Esok harinya. Waktu subuh. Saya pergi ke masjid itu. Untuk salat subuh bersama Pak Zainal Muttaqin. Dan Pak Rachman Muttaqin. Pukul 05.00 waktu setempat, kami beranjak dari hotel. Jalan kaki. Tiba di masjid itu, sekira 15 menit kemudian.

Jika dihitung-hitung, dari hotel menuju masjid ada sekitar 3.000 langkah. Bolak-balik jadi 6.000 langkah. Lumayan, menyehatkan.

Selama berjalan kaki juga asyik. Melewati gedung-gedung pertokoan di pusat kota. Meski subuh itu, tak terlalu banyak lalu-lalang orang. Karena praktis Singapura mulai berdenyut setelah pukul 10.00 pagi. Hanya burung jalak di atas pohon. Di pinggir-pinggir jalan itu yang ramai. Menemani langkah menuju Masjid Al-Falah.

Salat Subuh di Singapura, umumnya dimulai pukul 05.30 waktu setempat. Hari itu, salatnya dimulai 05.35 waktu setempat. Terlambat 5 menit. Ya, wajar saja. Yang penting kan waktu untuk Subuh belum berakhir.

Luasan dalam masjid cukup besar. Dapat menampung 1.500 orang. Tapi saat Salat Subuh, ya hanya satu baris saja. Hari itu.

Sebetulnya, masih memungkinkan Salat Subuh pukul 06.30 waktu setempat. Mengapa? Karena waktu di Singapura maju satu jam lebih dulu. Letak geografi Singapura, harusnya mengikuti waktu GMT +7, sama seperti Jakarta. Alias Waktu Indonesia Barat (WIB).

Oleh Singapura, waktunya dimajukan satu jam lebih dulu. Mengikuti GMT +8. Sama dengan Waktu Indonesia Tengah (Wita). Ya, soal waktu Salat Subuh tentu bisa saja dilakukan pukul 06.30 waktu setempat. Tapi juga harus memperhatikan batas waktu Subuh di ajaran Islam. Yaitu sebelum terbit matahari.

Tapi ada yang menarik. Bagi saya. Yaitu zona waktu Singapura itu.

Letak geografi Singapura, itu sebagiannya dikelilingi wilayah Indonesia. Sebelah barat ada Pulau Sumatera. Di selatan, ada Pulau Batam. Jauh di sebelah timur, ada Kalimantan Barat. Semuanya berada di zona waktu GMT +7. Jika di-Indonesiakan, ya sebutannya WIB. Jika melihat itu. Seharusnya Singapura juga ikut zona GMT +7.

Tapi Singapura tak ikut zona GMT +7. Melainkan ikut zona GMT +8. Di Indonesia, GMT +8, merupakan zona Waktu Indonesia Tengah (Wita). Loh kok bisa? Padahal, letaknya sangat dekat dengan Pulau Sumatera. Yang masuk WIB. Tapi kok bisa Singapura zona waktunya ikut Wita? Saya orang awam, melihat ini sebuah keanehan.

Rasa penasaran saya pun berontak. Saya tanya ke Pak Zainal Muttaqin. Ketika perjalanan kembali ke hotel. Dari masjid. Kala itu suasana pagi Singapura sangat sejuk dan damai. Dan Pak Zam (sapaan Pak Zainal Muttaqin) sekilas menjelaskan.

Alasan Singapura menerapkan zona GMT +8 bukan tanpa sebab. Yang tiba-tiba ada begitu saja. Singapura memilih waktu GMT +8 karena pertimbangan ekonomi. Artinya, Singapura lebih maju satu jam dari kota lain. Jakarta misalnya.

Demikian pula dalam hal pasar modal. Singapura juga maju satu jam. Dan itu hal penting bagi mereka. Jangankan satu jam. Semenit saja dalam pasar modal begitu berharga.

Singapura punya pertimbangan soal zona waku itu. Ya, pertimbangan ekonomi. Dan dalam ekonomi. Selain itu juga dalam hal produktivitas. Untuk karyawan misalnya. Masuk kerja tak terlalu siang. Pulang tak terlalu sore. Zona waktu GMT +8 itu, oleh Singapura telah berlangsung sejak 1982.

Setelah saya telusuri. Singapura bukan satu-satunya. Yang wilayahnya masuk zona GMT +7, tapi waktunya ikut GMT +8. Ada juga Malaysia. Semua pertimbangan berlandas pada produktivitas. Dan perekonomian. Memang. Untuk urusan perekonomian, waktu itu sangat berharga. Begitu penting. Ya, time is money.

Yang tidak bisa digeser hanya waktu subuh. Bisa ribet urusannya. (dah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: