Simsalabim, Tumpukan Batu Bara Terlihat di Desa Martadinata

Simsalabim, Tumpukan Batu Bara Terlihat di Desa Martadinata

BONTANG, nomorsatukaltim.com - Desa Martadinata, Kecamatan Teluk Pandan, Kutim, kaget bukan kepalang. Mendadak salah satu wilayahnya ada gunung batu bara. Padahal, tak ada aktivitas penambangan di kawasan itu.

Warga setempat mengaku tak tahu sejak kapan emas hitam itu mulai menumpuk di sana. Lokasinya tak jauh dari batas Bontang - Kutai Timur: Jalan Pipa Kusnodo. Letaknya persis di sisi jalan. Jika dari arah Bontang, ada di sebelah kanan. Terminal penumpukan batu bara dipasangi pagar seng keliling setinggi 2 meter. Meski begitu dari jalan masih terlihat puncak tumpukan batu bara itu. Ditaksir tingginya lebih dari 6 meter. Darwis, warga setempat mengaku tak tahu sejak kapan batu bara mulai ditumpuk di sana. Dirinya hanya melihat lalu lintas mobil dump truck beroperasi saat malam. Mereka hilir mudik di depan rumahnya. "Ramai sih mobil truk semalam itu, sekitar jam 10-an lah," ungkapnya. Permukiman di sekitar lokasi penumpukan masih jarang. Kalau pun ada jaraknya agak jauh dari rumah warga. Rumah-rumah warga di sekitar juga terlihat tutup. Tak ada aktivitas. Disway Kaltim dan nomorsatukaltim.com coba mengkonfirmasi Direktur PT Borneo Suryanata Wijaya, Hendra Wijaya. Namun ia bergeming. Dirinya tak ingin berkomentar panjang. "Tunggu saja yah nanti," ujar Hendra kepada wartawan saat dikonfirmasi. Dari penelusuran wartawan, stock pile batu bara ini memang menjadi terminal penumpukan PT Borneo Suryanata Wijaya. Sumber yang enggan disebutkan namanya ini membenarkan hal itu. Pun demikian, ia juga tak banyak memberi informasi penting terkait perizinan yang dimiliki. "Biarkan saja dulu izinnya diurus," ujarnya. Dikonfirmasi terpisah, Wakil Wali Kota Bontang Basri Rase juga enggan berkomentar. Kali ini ia menyarankan wartawan menghubungi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bontang. Tetapi beberapa kali dikonfirmasi, pihak DLH belum memberi tanggapan. Peristiwa ini terjadi saat rencana pemanfaatan Pelabuhan Lok Tuan menimbulkan kegaduhan. Ada protes dari warga, yang didukung anggota dewan. Jaringan Tambang Advokasi (Jatam) curiga penumpukan batu bara di wilayah ini sebagai bagian dari izin pengangkutan itu.  Desa Martadinata diduga menjadi tempat pengumpulan batu bara sebelum diangkut ke Pelabuhan Lok Tuan yang berjarak sekitar 5,3 kilometer. Terkait dugaan ini, Pradarma Rupang dari Jatam mengatakan  pengoperasian Pelabuhan Lok Tuan untuk emas hitam akan memicu gugatan. Pemkot Bontang dinilai keliru apabila menyetujui Pelabuhan Lok Tuan untuk batu bara. "Sudah salah kaprah. Itu pelabuhan pengumpul untuk orang dan barang logistik bukan barang tambang," katanya saat dikonfirmasi. Ancaman debu selama proses pengangkutan batu bara bakal menjadi bahaya serius untuk warga.  Debu-debu dari truk pengangkut dapat mencemari wilayah yang dilintasi. (wal/yos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: